oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Dunia Arab sejak dulu memang
pengaruhnya sangat besar terhadap Indonesia. Masyarakat memahami bahwa Saudi Arabia
adalah negara yang termasuk negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan
Indonesia di samping Mesir, Palestina, dan negeri-negeri Timur Tengah lainnya.
Masyarakat pun tahu bahwa keluarga Al Saud adalah keluarga yang dipercaya
menjadi Penjaga Kota Suci Mekah dan Madinah. Meskipun ada beberapa masalah,
seperti, tenaga kerja Indonesia (TKI) atau persoalan izin-izin warga Arab yang
berada di Indonesia, hubungan kedua negara tetap baik. Permasalahan yang
terjadi di antara kedua negara tidak harus membuat hubungan baik menjadi
berantakan. Masalah itu selalu ada, tetapi selalu ada jalan keluarnya. Jalan
keluar itu seharusnya win win solution, ‘saling
menguntungkan’, dan bukan saling merasa diri paling berkuasa atau paling benar.
Pengaruh Arab terhadap perjuangan Indonesia sangat besar.
Salah satunya adalah pengaruh perjuangan Ibnu
Saud untuk menegakkan Kerajaan Saudi
Arabia. Sepak terjang Ibnu Saud menjadi inspirasi yang teramat besar bagi
Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Ir. Soekarno. Soekarno sangat mengagumi dan
meneladani perjuangan Ibnu Saud. Perjuangan Ibnu Saud ini ditularkan Soekarno
kepada rakyat Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
SOEKARNO. Sumber Foto: baeksoo11.blogspot.co.id |
Hal ini bisa dilihat dari kutipan surat Soekarno ketika
berada dalam masa pembuangannya di Endeh, 12 Juni 1936, kepada Hasan, tokoh
Persis di Bandung. Dalam suratnya tersebut, Soekarno menerangkan kertertarikannya
pada buku biografi Ibnu Saud.
Ia adalah
menggambarkan kebesaran Ibnu Saud dan Wahabism begitu rupa, mengobar-kobarkan
elemen amal, perbuatan begitu rupa hingga banyak kaum “tafakur” dan kaum
pengeramat Husain cs akan kehilangan akal nanti sama sekali. Dengan menyalin
buku ini, adalah suatu confession
bagi saya bahwa saya walaupun tidak mufakati semua sistem Saudisme yang masih
banyak feodal itu, toh menghormati dan kagum kepada pribadinya itu laki-laki
yang “Towering above all Moslems at his
time; an immense man, tremendous, vital, dominant. A giant thrown up out of the
chaos and agony of the desert--to rule, following the example of his Great
Teacher, Mohammad” (terjemahan bebasnya [Red.]: Menjulang di atas semua Muslim pada
waktu itu; seorang pria besar, luar biasa, penting, dominan. Seorang raksasa yang
dilemparkan keluar dari kekacauan dan penderitaan gurun-untuk memerintah,
mengikuti teladannya Sang Guru Terhebat, Muhammad saw).
IBNU SAUD. Sumber Foto: id.wikipedia.org |
Selagi
menggoyangkan saya punya pena menerjemahkan biografi ini, ikutlah saya punya jiwa
bergetar karena kagum kepada pribadinya orang yang digambarkan.
What a man! (Pria luar biasa!)
Mudah-mudahan saya
mendapat taufik menyelesaikan terjemahan ini dengan cara yang bagus dan tak
kecewa. Mudah-mudahan nanti buku ini dibaca oleh banyak orang Indonesia agar
bisa mendapat inspiration darinya. Hal itu disebabkan sesungguhnya ini buku
adalah penuh dengan inspiration. Inspiration bagi kita punya bangsa yang begitu
muram dan kelam-hati, inspiration bagi kaum muslimin yang belum mengerti
betul-betul artinya perkataan “Sunnah Nabi”,--yang mengira bahwa sunnah Nabi
saw itu hanya makan korma pada bulan puasa dan celak-mata dan sorban saja!
Demikian semangatnya
Soekarno terhadap isi buku yang mengisahkan riwayat hidup Ibnu Saud. Saking
semangatnya, ia pun menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.
Dengan demikian, sudah tidak ada alasan lagi untuk tidak menghilangkan segala bentuk kendala yang dapat menghalangi hubungan baik antara
Indonesia dan Arab Saudi. Hubungan ini harus terus ditingkatkan demi hubungan
yang terus baik di dunia dan di akhirat.
Bukankah menyenangkan jika kita semua bertemu kembali di
alam akhirat dalam keadaan selamat dan sentosa?
Bukan hanya inspirasi yang didapatkan Soekarno dari Ibnu
Saud, melainkan pula buku Ibnu Saud menjadi pula alat atau barang dagangan
untuk mengatasi kesulitan ekonomi yang dialami Soekarno. Ketika dalam masa
pembuangan di Endeh, Soekarno hanya diberi uang sebatas untuk makan (natura),
tidak lebih dari itu. Uang yang sangat sedikit itu harus dikurangi pula oleh
pihak kolonial. Oleh sebab itu, Soekarno menawarkan kesana-kemari buku hasil
terjemahannya tentang Ibnu Saud tersebut. Hal itu bisa dilihat dari suratnya
saat di Endeh kepada Hasan di Bandung.
Assalaamualaikum.
Saudara!
Saudara punya kartu pos sudah saya
terima dengan girang.
Syukur kepada Allah taala saya punya
usul Tuan terima!
Buat mengganjel saya punya rumah
tangga yang kini kesempitan,--saya punya onderstand dikurangi, padahal tadinya
pun sudah sesak sekali buat membelanjai—segala saya punya keperluan--, maka
saya sekarang lagi asyik mengerjakan terjemahan sebuah buku Inggris yang
mentarikhkan Ibnu Saud.
Bukan main hebatnya ini biografi!
Saya jarang menjumpai biografi yang begitu
menarik hati. Tebalnya buku Inggris itu—format Tuan punya “Al Lisaan”—adalah 300
muka, terjemahan Indonesia akan jadi 400 muka. Saya minta Saudara tolong
carikan orang yang mau beli copy itu.
Barangkali Saudara sendiri ada uang
buat membelinya?
Tolonglah melonggarkan saya punya
rumah tangga yang disempitkan korting itu.
Bagi saya pribadi, buku ini bukan
saja satu ikhtiar ekonomi, melainkan adalah pula satu pengakuan, satu
confession.
….
Saudara, please tolonglah. Terima
kasih lahir batin, dunia akhirat.
Demikian kagum Soekarno kepada pendiri Saudi Arabia dan
menjadikannya inspirasi perjuangan kemerdekaan Indonesia sekaligus menjadikan
buku Ibnu Saud sebagai alat atau dagangan untuk mengatasi kesulitan keuangan
yang sedang dideritanya hanya untuk memenuhi kebutuhan makan keluarganya.
Ada banyak sebetulnya hal yang bisa dikemukakan mengenai kekaguman Soekarno kepada Ibnu Saud, tetapi pada tulisan kali ini cukup sekian dulu. Nanti pada tulisan lain saya akan tambah lagi dalam bahasan yang berbeda.
RUMAH PEMBUANGAN SOEKARNO DI ENDE, FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR. Sumber Foto: kompas.com/I Made Asdhiana |
Ada banyak sebetulnya hal yang bisa dikemukakan mengenai kekaguman Soekarno kepada Ibnu Saud, tetapi pada tulisan kali ini cukup sekian dulu. Nanti pada tulisan lain saya akan tambah lagi dalam bahasan yang berbeda.
No comments:
Post a Comment