Sunday 26 February 2017

Presiden ke-1 RI Pengagum Berat Pendiri Saudi Arabia

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Dunia Arab sejak dulu memang pengaruhnya sangat besar terhadap Indonesia. Masyarakat memahami bahwa Saudi Arabia adalah negara yang termasuk negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia di samping Mesir, Palestina, dan negeri-negeri Timur Tengah lainnya. Masyarakat pun tahu bahwa keluarga Al Saud adalah keluarga yang dipercaya menjadi Penjaga Kota Suci Mekah dan Madinah. Meskipun ada beberapa masalah, seperti, tenaga kerja Indonesia (TKI) atau persoalan izin-izin warga Arab yang berada di Indonesia, hubungan kedua negara tetap baik. Permasalahan yang terjadi di antara kedua negara tidak harus membuat hubungan baik menjadi berantakan. Masalah itu selalu ada, tetapi selalu ada jalan keluarnya. Jalan keluar itu seharusnya win win solution, ‘saling menguntungkan’, dan bukan saling merasa diri paling berkuasa atau paling benar.

           Pengaruh Arab terhadap perjuangan Indonesia sangat besar. Salah satunya adalah pengaruh perjuangan Ibnu Saud  untuk menegakkan Kerajaan Saudi Arabia. Sepak terjang Ibnu Saud menjadi inspirasi yang teramat besar bagi Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Ir. Soekarno. Soekarno sangat mengagumi dan meneladani perjuangan Ibnu Saud. Perjuangan Ibnu Saud ini ditularkan Soekarno kepada rakyat Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

SOEKARNO. Sumber Foto: baeksoo11.blogspot.co.id

            Hal ini bisa dilihat dari kutipan surat Soekarno ketika berada dalam masa pembuangannya di Endeh, 12 Juni 1936, kepada Hasan, tokoh Persis di Bandung. Dalam suratnya tersebut, Soekarno menerangkan kertertarikannya pada buku biografi Ibnu Saud.

            Ia adalah menggambarkan kebesaran Ibnu Saud dan Wahabism begitu rupa, mengobar-kobarkan elemen amal, perbuatan begitu rupa hingga banyak kaum “tafakur” dan kaum pengeramat Husain cs akan kehilangan akal nanti sama sekali. Dengan menyalin buku ini, adalah suatu confession bagi saya bahwa saya walaupun tidak mufakati semua sistem Saudisme yang masih banyak feodal itu, toh menghormati dan kagum kepada pribadinya itu laki-laki yang “Towering above all Moslems at his time; an immense man, tremendous, vital, dominant. A giant thrown up out of the chaos and agony of the desert--to rule, following the example of his Great Teacher, Mohammad” (terjemahan bebasnya [Red.]: Menjulang di atas semua Muslim pada waktu itu; seorang pria besar, luar biasa, penting, dominan. Seorang raksasa yang dilemparkan keluar dari kekacauan dan penderitaan gurun-untuk memerintah, mengikuti teladannya Sang Guru Terhebat, Muhammad saw).

IBNU SAUD. Sumber Foto: id.wikipedia.org 

            Selagi menggoyangkan saya punya pena menerjemahkan biografi ini, ikutlah saya punya jiwa bergetar karena kagum kepada pribadinya orang yang digambarkan.

             What a man! (Pria luar biasa!)

            Mudah-mudahan saya mendapat taufik menyelesaikan terjemahan ini dengan cara yang bagus dan tak kecewa. Mudah-mudahan nanti buku ini dibaca oleh banyak orang Indonesia agar bisa mendapat inspiration darinya. Hal itu disebabkan sesungguhnya ini buku adalah penuh dengan inspiration. Inspiration bagi kita punya bangsa yang begitu muram dan kelam-hati, inspiration bagi kaum muslimin yang belum mengerti betul-betul artinya perkataan “Sunnah Nabi”,--yang mengira bahwa sunnah Nabi saw itu hanya makan korma pada bulan puasa dan celak-mata dan sorban saja!

            Demikian semangatnya Soekarno terhadap isi buku yang mengisahkan riwayat hidup Ibnu Saud. Saking semangatnya, ia pun menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.

            Dengan demikian, sudah tidak ada alasan lagi untuk tidak menghilangkan segala bentuk kendala yang dapat menghalangi hubungan baik antara Indonesia dan Arab Saudi. Hubungan ini harus terus ditingkatkan demi hubungan yang terus baik di dunia dan di akhirat.

            Bukankah menyenangkan jika kita semua bertemu kembali di alam akhirat dalam keadaan selamat dan sentosa?

            Bukan hanya inspirasi yang didapatkan Soekarno dari Ibnu Saud, melainkan pula buku Ibnu Saud menjadi pula alat atau barang dagangan untuk mengatasi kesulitan ekonomi yang dialami Soekarno. Ketika dalam masa pembuangan di Endeh, Soekarno hanya diberi uang sebatas untuk makan (natura), tidak lebih dari itu. Uang yang sangat sedikit itu harus dikurangi pula oleh pihak kolonial. Oleh sebab itu, Soekarno menawarkan kesana-kemari buku hasil terjemahannya tentang Ibnu Saud tersebut. Hal itu bisa dilihat dari suratnya saat di Endeh kepada Hasan di Bandung.

            Assalaamualaikum.

            Saudara!

            Saudara punya kartu pos sudah saya terima dengan girang.

            Syukur kepada Allah taala saya punya usul Tuan terima!

            Buat mengganjel saya punya rumah tangga yang kini kesempitan,--saya punya onderstand dikurangi, padahal tadinya pun sudah sesak sekali buat membelanjai—segala saya punya keperluan--, maka saya sekarang lagi asyik mengerjakan terjemahan sebuah buku Inggris yang mentarikhkan Ibnu Saud.

            Bukan main hebatnya ini biografi!

            Saya jarang menjumpai biografi yang begitu menarik hati. Tebalnya buku Inggris itu—format Tuan punya “Al Lisaan”—adalah 300 muka, terjemahan Indonesia akan jadi 400 muka. Saya minta Saudara tolong carikan orang yang mau beli copy itu.

            Barangkali Saudara sendiri ada uang buat membelinya?

            Tolonglah melonggarkan saya punya rumah tangga yang disempitkan korting itu.

            Bagi saya pribadi, buku ini bukan saja satu ikhtiar ekonomi, melainkan adalah pula satu pengakuan, satu confession.

            ….

            Saudara, please tolonglah. Terima kasih lahir batin, dunia akhirat.

            Demikian kagum Soekarno kepada pendiri Saudi Arabia dan menjadikannya inspirasi perjuangan kemerdekaan Indonesia sekaligus menjadikan buku Ibnu Saud sebagai alat atau dagangan untuk mengatasi kesulitan keuangan yang sedang dideritanya hanya untuk memenuhi kebutuhan makan keluarganya.

RUMAH PEMBUANGAN SOEKARNO DI ENDE, FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR. Sumber Foto: kompas.com/I Made Asdhiana 

            Ada banyak sebetulnya hal yang bisa dikemukakan mengenai kekaguman Soekarno kepada Ibnu Saud, tetapi pada tulisan kali ini cukup sekian dulu. Nanti pada tulisan lain saya akan tambah lagi dalam bahasan yang berbeda.

No comments:

Post a Comment