Wednesday, 30 November 2022

Orang-Orang Kristen pun Pergi dari Cianjur

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Setelah aksi berbahaya pencopotan label atau stiker milik “Tim Aksi Kasih Gereja Reformed Injil Indonesia” di tenda birunya, banyak yang kecewa dan marah, khususnya orang-orang Kristen. Orang-orang Islam lebih banyak lagi yang marah dan kecewa. Tokoh penting NU Said Aqil Siradj pun kecewa. Demikian pula Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil tampak kesal.

            “Bencana ini bukan hanya menimpa satu kelompok masyarakat Cianjur, melainkan berbagai kelompok yang ada di Cianjur,” begitu kira-kira yang dikatakan Ridwan Kamil.

            Artinya, pemeluk agama apa pun yang ada di sana tertimpa bencana.

            Ada  kelompok relawan yang mengunggah kekecewaannya di media sosial, kemudian mengundurkan diri dari Cianjur. Paling tidak, selebaran ini yang saya dapatkan dari kilat com yang diambil dari Twitter @SantoriniSun. Mereka bukan hanya kecewa karena merasa terhambat dalih agama, melainkan pula banyak pungutan yang membebani mereka.


Foto: kilat.com, Twitter SantoriniSun


            Di samping itu, dalam cuitan Twitter, dia juga menuliskan caption untuk masyarakat Cianjur.

“Makasih ya Cianjur...

Humanity/Kemanusiaan kali ini harus mengalah dulu keliatannya...

Beberapa oknum merasa agama lebih penting dibanding itu. Padahal warganya sendiri sangat membutuhkan bantuan dari pihak manapun tanpa terkecuali. Bagi saya.. ini potret Pemda&aparat yang'gagal'!"

Coba bagaimana kalau sudah begitu?

Saya mungkin bisa merasakan kekecewaan mereka. Untuk melakukan kegiatan itu tentunya mengharuskan upaya perencanaan, penggalangan dana, pembelian barang, penyiapan personal, penyediaan waktu, akomodasi dan transportasi memadai, ahli-ahli yang berkompeten, tenaga yang mencukupi, dan lain sebagainya. Akan tetapi, mereka dikerdilkan dan diusir dengan perilaku yang tidak bisa dipahami oleh akal.

Ketika pelaku pencopotan kasar yang dilakukan aktivis Gerakan Reformis Islam (Garis) itu diamankan polisi, saya sebagai muslim, sesungguhnya ingin mendengar pengakuan mereka atau keterangan dari polisi bahwa “Tim Aksi Kasih Gereja Reformed Injil Indonesia” telah melakukan kristenisasi di wilayah bencana Cianjur. Kalau memang kristenisasi itu terjadi, saya bisa memaklumi kekasaran yang dilakukan Garis meskipun salah. Bahkan, tulisan saya mungkin akan membela Garis.

Sayangnya, laporan kristenisasi itu tidak ada. “Tim Aksi Kasih Gereja Reformed Injil Indonesia” justru bersama kelompok lain dari kelompok-kelompok muslim bersama-sama aktif dalam penanggulangan bencana dan menolong mereka yang tertimpa musibah.

Lalu, apa alasan masuk akal aktivis Garis mencopoti label atau stiker dari gereja itu?

Mau sok jago?

Gaya-gayaan?

Itu aksi premanisme yang tidak bisa dibenarkan.

Soal adanya pungutan liar yang membebani, itu adalah rahasia umum. Saya juga mengalaminya. Saya pernah dititipi uang, barang, berkarung-karung beras, dan pakaian untuk korban bencana kebakaran di suatu daerah. Saya tidak akan sebut daerahnya, khawatir ada yang tersinggung. Ketika hampir sampai, saya dicegat orang yang katanya berwenang untuk mengumpulkan bantuan. Dia minta bantuan diserahkan kepadanya untuk disalurkan kepada korban kebakaran. Aneh juga nih orang, kenal tidak, punya kartu identitas juga tidak, bawa-bawa catatan kayak orang penting saja. Saya tidak mendengarkan dia dan teman-temannya. Malahan, saya suruh dia dan teman-temannya untuk membantu saya menurunkan barang dan mengangkutnya ke lokasi bencana karena lokasinya tidak memungkinkan mobil untuk masuk. Dengan demikian, saya punya alasan untuk memberi mereka uang.

Toh mereka jadi membantu saya kan?

Kisah lain lagi, teman saya yang juga dosen mengumpulkan dana dari mahasiswa untuk membantu korban bencana banjir. Dia berhasil mengumpulkan dana yang lalu dibelikan banyak makanan, pakaian, dan lain sebagainya sampai tiga truk besar. Ketika hampir sampai di lokasi bencana, teman saya dihadang banyak orang yang meminta bantuan dengan alasan mereka pun membutuhkan bantuan. Agak alot urusannya, tetapi kesepakatan dicapai dengan cara teman saya memberikan satu truk bantuan untuk mereka agar dua truk lagi sampai di lokasi bencana dan bisa diterima oleh para korban banjir.

Begitulah yang terjadi, ini pungutan liar yang membebani proses pengiriman bantuan. Beneran. Aparat Pemda dan kepolisian harus menertibkan hal seperti ini.

Hal seperti ini mungkin yang dianggap saudara-saudara nonmuslim sebagai pungutan yang membebani mereka. Padahal, mereka datang untuk membantu. Akan tetapi, saya yakin bahwa masih sangat banyak saudara Kristen yang masih ada di Cianjur tetap aktif membantu masyarakat bersama-sama saudara-saudara muslim bahu membahu berperan aktif untuk kemanusiaan.

Kalau toh ada kecurigaan terjadinya kristenisasi, kumpulkan bukti, kumpulkan dokumentasi, dan kumpulkan testimoni. Lalu, jangan membuat tindakan sendiri. Laporkan kepada aparat Pemda atau kepolisian. Itu ada undang-undangnya dan bisa diproses hukum. Bisa penistaan, penghinaan, penghasutan, penipuan, pemaksaan pindah agama, dan lain sebagainya. Biarkan aparat yang menyelesaikannya. Kalau bertindak sendiri tanpa ada bukti, itu perilaku bodoh yang sangat memalukan kaum muslimin sendiri.

Mari sama-sama belajar bersaudara, saling membantu, saling menghormati, saling memecahkan masalah, tanpa ada kecurigaan. Dengan demikian, kehidupan akan lebih terasa membahagiakan dan menyenangkan.

Sampurasun.

Monday, 28 November 2022

Kecurigaan Kristenisasi di Cianjur

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Bencana gempa di Cianjur, Jawa Barat, baru-baru ini telah membuat banyak pihak tergerak untuk menyalurkan bantuan, baik kelompok, komunitas, maupun pribadi-pribadi telah berinisiatif untuk mengumpulkan bantuan, baik itu uang, makanan, obat-obatan, ataupun yang lainnya. Anak-anak laki-laki saya pun demikian. Anak saya yang kuliah di Uin SGD berupaya mengumpulkan dana dan berniat berangkat ke Cianjur. Anak saya yang masih SMP malahan baru pulang dari Cianjur bersama grup Karang Taruna di desanya untuk memberikan bantuan.

            Saya dikirimin foto anak saya yang lagi menyalurkan bantuan dan bangunan rumah yang rusak akibat gempa. Itu di foto anak saya yang sepatunya full putih.







            Lucu ini anak, perasaan baru minggu-minggu kemarin dia minta izin, “Pah, boleh Dede ikutan Tarang Karuna?”

            “Tarang Karuna apa?” tanya ibunya, “Karang Taruna gitu.”

            “Iya, itu.”

            Saya membolehkannya agar dia lebih dewasa berorganisasi meskipun masih SMP kelas 9. Beberapa hari kemarin, saya diundang untuk menyaksikannya dilantik oleh Kepala Desa.

            Mahasiswa Universitas Al Ghifari pun malam-malam ada yang mengajak saya ke Cianjur, “Pak, ikut yuk ke Cianjur.”

            Pendek kata, banyak yang peduli dan datang ke Cianjur untuk membantu korban bencana. Mereka datang dari seluruh Indonesia, dari berbagai kelompok dan agama.

            Dari semua kelompok yang berdatangan itu, ada yang dianggap bermasalah, yaitu dari “Tim Aksi Kasih Gereja Reformed Injil Indonesia”. Mereka memasang tenda biru dengan tulisan gerejanya. Hal itu memancing kecurigaan dan kemarahan kelompok lain yang diduga bernama Gerakan Reformis Islam (Garis) yang dikenal sebagai kelompok keras. Garis menyobek tulisan itu dan mencopotnya dari tenda.

            Foto tenda itu saya dapatkan dari Pojoksatu id. Adapun aksi pencopotan label oleh Garis berasal dari Tribun Jabar.


Tenda Aksi Kasih Gereja Reformed Injil Indonesia (Foto: Pojoksatu.id)


Pencopotan Label Tanda Aksi Kasih Gereja Reformed Injil Indonesia (Foto: Tribun Jabar)


            Segera saja aksi yang dilakukan Garis itu mendapatkan reaksi keras dari mereka yang dianggap sebagai pejuang NKRI dan penjaga toleransi. Saya sebut begitu saja untuk menamakan mereka. Aktivis Garis dianggap intoleran, mengganggu kehidupan harmonis antaragama, dan itu merupakan aksi radikal yang berbahaya.

            Saya sih melihatnya mereka itu, baik pejuang NKRI maupun Garis sama-sama memiliki kecurigaan yang diakibatkan kurang pengetahuan dan kurang pengalaman. Garis melakukan pencopotan dan dan penyobekan label nama itu diakibatkan kemarahan atas kecurigaan yang mungkin mereka alami dan lihat pada tempat dan waktu yang lain. Mereka mungkin pernah melihat atau mengalami upaya kristenisasi, terutama bagi warga muslim yang sedang dalam keadaan membutuhkan, kemiskinan, atau tertimpa bencana.

Kristenisasi dilakukan dengan cara menukar akidah muslim dengan makanan, beras, mie instan, uang, atau pengobatan. Sejak saya kecil hal ini sering saya dengar meskipun tidak pernah melihatnya benar-benar. Meskipun demikian, saya pernah mendengar pengakuan seorang pengamen jalanan yang kemudian murtad dari Islam dan pindah agama menjadi Kristen karena kesulitan hidup, kesulitan keuangan, sedangkan beberapa komunitas Kristen memberikan kemudahan dalam hidupnya. Akhirnya, dia berubah keyakinan menjadi Kristen. So, kristenisasi itu ada, beneran.

Guru ngaji saya sendiri, Ustadz Hasan pernah berceritera bahwa dirinya memiliki teman yang juga ustadz, tetapi kemudian berubah menjadi Kristen. Temannya yang masih ustadz itu menyesal dan mengakui dirinya berdosa besar, tetapi dia tetap Kristen dan menjadi penyebar Kristen. Hal itu disebabkan ketika dia sakit keras dan harus dirawat di rumah sakit, tak seorang muslim pun memberikan pertolongan, padahal dia ustadz. Mereka yang memberikan pertolongan justru dari pihak gereja Advent dan membiayai seluruh pengobatannya. Itulah yang menyebabkannya menjadi Kristen.

Ayah saya sendiri pernah berkali-kali didatangi oleh penyebar Kristen sekte Mormon. Mereka mengajak ayah saya untuk pindah agama, waktu itu saya masih SD. Ayah saya orangnya easy going, ramah, mudah diajak ngobrol siapa pun. Dia selalu menerima para penyebar agama itu dengan baik.

Mereka berhenti mengajak ayah saya pindah agama setelah ayah saya mengatakan, “Semua yang ada di dalam ajaran agama kalian sudah ada di dalam ajaran agama saya, Islam. Jadi, saya tidak perlu pindah agama.”

Dua atau tiga tahun lalu pun, saya pernah diajak pindah agama ke Kristen sekte Saksi Yehova. Saya juga tidak mengerti kenapa mereka mendatangi saya, tetapi ke tetangga saya, tidak. Saya memang punya tetangga beragama Kristen Saksi Yehova. Mereka hidupnya serba kekurangan. Sepasang nenek-kakek renta mengurus cucunya yang masih SMP. Cucunya itu tidak diurus oleh ayah dan ibunya, mungkin karena kekurangan hidup juga. Mereka kadang meminta pakaian untuk sekolah cucunya. Kemudian, istri saya memberikan pakaian-pakaian bekas anak saya, termasuk seragam SMP untuk mereka. Terkadang juga makanan, sayuran, atau tanaman di kebun saya diberikan buat mereka oleh istri saya. Sekali dua kali saya juga pernah memberi mereka uang.

Mungkin mereka menganggap keluarga saya baik. Itu mungkin ya. Saya geer saja karena para penyebar agama itu tidak mendatangi tetangga muslim saya, hanya datang kepada saya. Keluarga renta itu pun sekali dua kali didatangi oleh komunitas gerejanya yang kemudian mereka mendatangi saya. Mereka bilang ingin silaturahmi. Saya terima dengan baik. Mereka kemudian mengajak ngobrol, lalu memberikan selebaran, brosur, leaflet tentang agama mereka kepada saya, dan ada sedikit ajakan kepada saya untuk pindah agama.

Saya bilang, “Terima kasih.”

Saya baca tentang agama mereka. Kesimpulannya, seperti apa yang ayah saya katakan dulu kepada para penyebar Mormon. Segala yang ada di dalam ajaran Saksi Yehova, seperti, mendapatkan ketenangan diri, berbuat baik, dan berhubungan dengan Tuhan sudah ada dalam agama saya, Islam. So, saya tidak perlu pindah agama karena Islam sudah memiliki semua itu, tinggal melaksanakan saja.

Jadi, kristenisasi itu memang ada. Apa yang terjadi kepada saya dan ayah saya adalah upaya kristenisasi, tetapi berlangsung dalam situasi yang wajar, normal, biasa. Wajar saja orang Kristen menawarkan agamanya supaya kita pindah agama mengikuti mereka, kan pada akhirnya gimana kitanya.

Sama juga toh orang Islam juga suka menawarkan agamanya kepada nonmuslim untuk menjadi muslim?

Menurut saya sih normal saja asal tidak menggunakan paksaan, kekerasan, atau penipuan dengan berkedok materi.

Nah, apa yang dilakukan Garis dengan mencopot label tenda dari “Tim Aksi Kasih Gereja Reformed Injil Indonesia” itu merupakan suatu bentuk kecurigaan adanya upaya kristenisasi kepada umat muslim di tengah bencana Cianjur. Mereka berupaya melindungi akidah muslim. Akan tetapi, saya menduga mereka itu baru sebatas curiga karena mungkin saja mereka tidak melakukan penelitian dahulu.

Apakah tim gereja itu benar-benar hanya untuk membantu dan tidak ada upaya kristenisasi? Atau memang ada upaya kristenisasi itu?

Tidak jelas.

Kalau memang hanya untuk membantu, tak mengapa label nama gereja itu ada. Hal itu merupakan ciri, tanda, atau pengumuman kepada umatnya sendiri bahwa dana umat Kristen itu benar-benar disalurkan sebagaimana yang diamanatkan umatnya. Label nama tenda itu sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada umatnya sendiri. Akan tetapi, jika memang ada upaya kristenisasi, memang akan menjadi masalah karena warga yang tengah dilanda bencana itu bisa jadi rentan murtad. Hal ini perlu penelitian lebih dahulu hingga jelas dan jelas pula tindakan yang perlu dilakukan selanjutnya.

Demikian pula dari pihak pejuang NKRI tak perlu terlalu heboh dengan menuding Garis sebagai gerakan Islam intoleran, radikal, dan menganggu keharmonisan hidup beragama. Mereka perlu juga melakukan penelitian sebelum menghujat, menuding, atau menyalahkan. Kita harus memahami latar belakang tindakan pencopotan yang dilakukan oleh Garis. Semua harus tenang disertai penyelidikan sederhana sehingga tidak jatuh dalam aksi kriminal, radikal, atau sok tahu. Justru dengan saling curiga, kehidupan menjadi tidak harmonis.

Kalau tidak mau ada muslim yang pindah agama, sebaiknya bantu kaum muslimin yang sedang berada dalam kesusahan karena kesulitan dan kemiskinan itu berpotensi menjadikan orang menjadi murtad dan kafir. Mulai membantu dari tetangga terdekat, koordinasi dengan RT, RW, dan DKM. Malu rasanya bila ada tetangga yang murtad karena tidak bisa makan. Jangan menyalahkan Jokowi terus, kejauhan.

Tetangga kita yang lapar kok yang disalahkan Jokowi?

Kita dong tetangganya yang mulai membantu semampu kita. Itu adalah ladang pahala bagi kita.

Buat saudara-saudara nonmuslim, baik itu Kristen, Hindu, Budha, ataupun Konghucu, tidak perlu memanfaatkan saudara-saudara muslim yang sedang kesusahan dengan menawarkan materi agar pindah agama. Jangan rayu siapa pun untuk pindah agama di kala keadaan sulit. Kalau mau menawarkan agama, jangan dalam keadaan menderita karena pikirannya sedang tidak seimbang. Berdiskusilah dengan baik tanpa paksaan dan penipuan. Agama apa pun dan agama siapa pun.

Bagi saya, menawarkan agama itu boleh asal dengan keadaan baik dan situasi yang baik juga. Itu pendapat saya. Jika menggunakan hukum, itu sudah pelanggaran hukum karena undang-undang melarang siapa pun mengubah agama orang lain yang sudah memiliki agama sebelumnya. Jujur, hukum ini sulit terlaksana karena setiap pemeluk agama berusaha menawarkan agamanya masing-masing. Hal yang penting adalah jaga kehidupan tetap harmonis, saling memahami, tidak saling menyerang, dan saling membantu agama apa pun atau agama siapa pun

Sampurasun.

Thursday, 24 November 2022

Barat Ingin Orang Bodoh Jadi Presiden Indonesia

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Teori-teori realis klasik menjelaskan bahwa manusia itu memiliki kecenderungan kuat untuk menguasai manusia lainnya. Itulah yang menyebabkan adanya banyak konflik dan perang di muka Bumi ini. Salah satu yang menjadi penyebab manusia ingin menguasai manusia lainnya adalah ingin menguasai sumber daya alam yang ada di wilayah manusia lainnya. Tampaknya, hari ini niat, kecenderungan, kebiasaan, dan perilaku orang-orang Barat, khususnya Eropa masih ngotot ingin menguasai sumber daya alam Indonesia.

            Foto penambangan nikel di Indonesia saya dapatkan dari Tagar id.


Penambangan Nikel di Indonesia (Foto: Tagar.id)


            Kita tahu bahwa Indonesia adalah negara sumber nikel sangat besar di dunia ini. Selama beberapa tahun, mungkin puluhan tahun, Indonesia telah menjual nikel mentah ke luar negeri untuk bahan baja. Keuntungan Indonesia sangatlah kecil dari penjualan nikel mentah ini, hanya untuk beberapa keluarga dan beberapa eksportir. Melihat hal itu, Presiden RI Jokowi sudah tidak mau lagi menjual nikel mentah seperti pada masa lalu. Oleh sebab itu, Jokowi mengeluarkan perintah untuk melarang penjualan nikel mentah ke luar negeri. Jokowi hanya ingin menjualnya jika nikel itu sudah menjadi barang setengah jadi atau bahkan barang jadi. Artinya, negara mana pun yang ingin nikel Indonesia harus membangun pabrik di Indonesia. Jokowi ingin ada nilai tambah untuk Indonesia. Dengan adanya pabrik, Indonesia bisa membuka lapangan kerja bagi rakyat, menarik pajak, dan alih teknologi.

            Kebijakan Jokowi itu tentu saja membuat Eropa marah karena mereka sangat tergantung pada nikel Indonesia. Oleh sebab itu, mereka menggugat Indonesia dalam sidang WTO. Indonesia dipandang mereka telah berbuat tidak adil bagi mereka. Barat tidak mau mengikuti kehendak Jokowi. Akan tetapi, Jokowi tetap bandel dan kukuh pada pendiriannya. Hal itu telah terbukti, ketika Indonesia melarang ekspor nikel mentah ke luar negeri, pendapatan Indonesia dari nikel itu bertambah puluhan kali lipat dibandingkan masa lalu. Hal itulah yang telah membantu kuatnya ekonomi Indonesia hingga menurut IMF saat ini Indonesia adalah negara ranking tujuh dengan ekonomi terkuat di dunia. Jokowi melawan Eropa dengan memerintahkan untuk menghadirkan pengacara terbaik kelas dunia untuk membela Indonesia.

            Sidang pertama telah berjalan dan Indonesia dinyatakah kalah. Mudah bagi kita memahaminya, sidang itu berasal dari gugatan Eropa dan yang berada di sidang panel itu orang-orang Eropa juga. Wajar Indonesia jika dikalahkan. Akan tetapi, Indonesia tidak mudah menyerah, mengajukan naik banding atas keputusan sidang itu. Indonesia tetap melarang penjualan nikel mentah karena untungnya sudah jelas. Di samping itu, logikanya juga mudah dipahami bahwa nikel itu berasal dari Indonesia, milik rakyat Indonesia, ada di perut Bumi Indonesia, itu adalah hak bangsa Indonesia mau digunakan apa dan mau dijual atau tidak. Nikel itu terserah kita sebagai pemiliknya mau diapapun juga.

            Mudah kan berpikirnya?

            Punya kita ya gimana kita sebagai pemiliknya.

            Dari kebijakan Jokowi itu, tentu saja merugikan pihak Barat dan pihak di dalam negeri yang diuntungkan dari hasil kerja sama dengan Barat yang menguntungkan Barat itu. Jokowi ingin rakyat Indonesia yang untung, bukan orang lain. Seperti kata saya tadi, Barat boleh mendapatkan untung dari  nikel Indonesia, tetapi harus bikin pabrik dan mengolahnya di Indonesia. Bukannya mengambil mentahnya, dibawa ke negeri mereka sehingga mereka yang untung besar, sedangkan rakyat Indonesia tetap berada sebagai buruh mereka.

            Tak heran jika Jokowi banyak dibenci karena telah merugikan mereka, baik pihak Eropa maupun orang Indonesia yang berkomplot dengan Eropa. Tak heran pula jika mereka ingin menjatuhkan Jokowi dan berharap presiden Indonesia selepas Jokowi adalah orang bodoh yang dapat mereka kendalikan sehingga menguntungkan mereka, bukan menguntungkan rakyat Indonesia.

            Kalau menurut saya, sudah seharusnya seluruh dunia berbagi dengan cara saling menguntungkan. Akan tetapi, hormati pemilik sah kekayaan alam, lalu bekerja sama dengan cara yang baik tanpa harus bersikap serakah.

            Sampurasun

Wednesday, 23 November 2022

Mayoritas Kristen Inggris Dipimpin Muslim dan Hindu

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Inggris adalah negara yang dihuni oleh rakyat yang mayoritas beragama Kristen, baik itu Katolik, Protestan, maupun sekte lainnya. Ada banyak pula mereka yang ateis dan agnostik. Secara sederhana, ateis itu tidak percaya adanya Tuhan, sedangkan agnostik percaya adanya Tuhan, tetapi tidak percaya agama apa pun.

            Jika melihat keyakinan beragama di Inggris, hal yang biasa adalah pemimpinnya beragama Kristen. Akan tetapi, kenyataan berkata lain. Kota London yang dianggap kota modern terbesar di dunia itu ternyata memilih seorang muslim menjadi pemimpin. Namanya Sadiq Khan. Dia bekerja dengan baik hingga terpilih menjadi Walikota London kembali untuk dua periode. Ini hal yang unik, mayoritas Kristen memilih seorang muslim untuk memimpin kotanya. Foto Sadiq Khan saya dapatkan dari Kabar 24 – Bisnis com.


Walikota London Sadiq Khan (Foto: Kabar 24 - Bisnis.com)


            Itu hanya kota, hal yang lebih luas lagi kekuasaannya adalah jabatan perdana menteri (PM). Setelah PM Boris Jhonson mengundurkan diri karena mendapatkan mosi tidak percaya dan tersandung melindungi bawahannya yang dianggap melakukan pelecehan seksual, pemerintahan Inggris terancam bubar. Oleh sebab itu, Inggris memilih kembali PM yang baru, seorang perempuan, Liz Truss. PM Liz Truss dipilih di tengah badai krisis dan ekonomi Inggris yang buruk. Sempat beredar berita di Inggris bahwa ada siswa sekolah yang pura-pura makan siang dengan mengunyah karet penghapus karena orangtuanya tidak memberinya makanan. Para orangtua lebih memilih menggunakan uangnya untuk membayar listrik dan transportasi yang mahal. Liz Truss melakukan upaya perbaikan ekonomi Inggris dengan caranya sendiri, tetapi tidak jelas arahnya yang kemudian membuat ekonomi Inggris semakin terpuruk. Tidak sampai satu bulan Liz Truss menjadi perdana menteri karena mengundurkan diri.

            Inggris kembali membutuhkan perdana menteri baru. Karena keadaan ekonomi yang sangat buruk, dipilihlah orang yang sangat mengerti keuangan. Orang yang terpilih itu adalah Rishi Sunak. Dia keturunan India dan beragama Hindu. Sebagian orang menyebut terpilihnya Rishi Sunak adalah karma buat Inggris karena dulu Inggris menjajah India. Sekarang Inggris dipimpin orang keturunan India yang pernah dijajahnya.

            Begitulah Inggris saat ini. Walikota London adalah seorang muslim, Sadiq Khan. Adapun Perdana Menteri dijabat seorang Hindu, Rishi Sunak. Foto Rishi Sunak saya dapatkan dari Dunia Tempo co.


Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak (Foto: Dunia Tempo.co)


            Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas rakyat Inggris sudah tidak lagi menjadikan agama seseorang sebagai standar untuk menjadi pemimpin. Bagi mereka hal yang penting adalah kemampuan orang itu untuk memimpin dan menyelamatkan Inggris dari kerusakan serta membuat Inggris menjadi stabil dan maju lagi. Agama adalah urusan dirinya dengan Tuhannya. Urusannya dengan manusia adalah mampu menunjukkan prestasi selama karirnya dan membuat rakyat sejahtera serta hak-haknya dipenuhi.

            Setiap orang yang membaca tulisan ini atau tulisan dari orang lain memiliki pendapat sendiri berdasarkan kemampuan menganalisanya. Hal yang jelas adalah kejadian apa pun yang terjadi di dunia ini dapat dijadikan pelajaran bagi hidup kita agar lebih baik lagi di dunia dan diakhirat.

            Sampurasun.

Tuesday, 22 November 2022

Kalau Kudet Soal Mobil Esemka, Tak Perlu Nyinyir

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Murid-murid saya, baik yang masih aliyah maupun di perguruan tinggi, dulu kerap dalam obrolan mereka ada kalimat “kamu mah Kudet” atau “dasar Kudet”. Saya coba cari tahu apa itu Kudet. Ternyata, itu singkatan dari “kurang apdet”. Dalam bahasa Inggris aslinya mungkin menulisnya “up date”. Artinya, kurang informasi atau informasinya tidak diperbaharui alias yang itu-itu saja, padahal semua sudah berkembang dan baru.

            Baru-baru ini saya ketawa-ketawa lucu karena masih ada orang yang nyinyir soal mobil Esemka yang dibalas oleh pendukung Jokowi dengan bantahan-bantahan. Saya merasa lucu karena isu mobil Esemka itu kan sudah sangat lama dan viral ketika masa kampanye pemilihan presiden. Sekarang Jokowi sudah mau berhenti menjadi presiden, tetapi isu mobil Esemka masih diributkan.

            Kok masih ribut?

            Bodor pisan.

            Kalau saya perhatikan, baik para penyinyir bodoh maupun pendukung Jokowi yang masih ribut itu, sama-sama kurang pemahaman tentang mobil Esemka. Akibatnya, perdebatan dan keributan jadi ke mana-mana dan tidak ada hubungannya dengan mobil Esemka. Malah, jadi ngeributin politik yang juga salah mikirnya. Mirip gerobak sampah, apa pun ada di situ, rupa-rupa. Tidak fokus. Lucu jadinya.

            Begini soal mobil Esemka yang saya tahu. Kalau saya kurang data atau salah, pembaca bisa menyempurnakannya. Silakan saja. Mobil Esemka itu dimulai dari percobaan seseorang bernama Sukiyat yang memiliki bengkel Kiyat Motor dan sekaligus guru pembimbing SMK. Dia bersama para siswa melakukan percobaan membuat mobil produksi dalam negeri pada 2007. Saat itu Presiden RI masih SBY, sedangkan Jokowi masih Walikota Solo. Hasil percobaan itu menarik perhatian dan langsung mendapatkan pujian dari Presiden SBY.

            Jokowi pun menyukai mobil itu dan menginspirasinya untuk membuat mobil nasional sebagai tanda kemampuan anak negeri. Pada 2011 Jokowi menggunakan mobil itu selama dua hari menjadi kendaraan dinasnya sebagai Walikota Solo. Akan tetapi, penggunaannya dihentikan karena belum ada surat-suratnya, masih dalam uji emisi, dan bermasalah dalam pendanaan.

            Keinginan memajukan negara dengan menggunakan anak-anak muda cerdas untuk membuat mobil dalam negeri terus berlanjut. Akan tetapi, bikin pabrik mobil itu tidak secepat bikin gerobak buat dagang bakso. Perlu waktu yang cukup lama, biaya tinggi, dan infrastruktur yang lengkap.

            Setelah menjadi presiden, Jokowi membantu dan meresmikan pabrik untuk membuat mobil Esemka dalam jumlah banyak. Berdirilah pabrik yang bernama PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) di Desa Kebonan, Boyolali, Jawa Tengah pada 2019.

            Pabrik itu punya siapa?

            Punya Jokowi?

            Bukan!

            Punya pemerintah?

            Bukan!

            Pabrik itu milik swasta murni. Jokowi hanya menjadi fasilitator agar dipercaya oleh PT INKA dan Pertamina. Jadi, itu milik perorangan atau sekelompok orang yang bukan pemerintah. Foto pabrik Esemka saya dapatkan dari Otomotifnet com – GridOto com.


PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) (Foto: Otomotifnet.com - GrodOto.com)


            Setelah pabrik Esemka berdiri, dimulailah fokus pembuatan mobil “pick up”, kita menyebutnya “pikap” untuk membantu kelancaran produksi di pedesaan. Mobil itu menggunakan merk “Bima” dengan 1.200 cc. Setelah jadi, banyak pesanan yang datang. Banyak yang ingin beli. Pembuatan dan penjualan pun lancar. Hingga 2021 sudah terjual 300 unit. Akan tetapi, sayangnya, seluruh dunia tahu timbul penyakit Covid-19. Pandemi itu telah membuat para calon pembeli menahan diri untuk melakukan pembelian. Foto mobil Esemka saya dapatkan dari Detik Oto – Detikcom.


Deretan Mobil Esemka (Foto: Detik Oto - Detikcom)
:

            Jadi, mobil Esemka itu memang ada. Akan tetapi, kita tidak bisa melihatnya di perkotaan karena berfokus untuk di pedesaan. Lagian, jumlahnya masih sedikit. Namanya juga pabrik dan mobil baru muncul. Jangan disamakan dengan pabrik-pabrik yang sudah berumur puluhan tahun, seperti, Toyota, Suzuki, Honda, Holden, KIA, Daewoo, Fiat, Mitsubishi, Hyundai, Ford, dll.. Jangan juga dibandingkan dengan negara-negara yang memang dari dulu pemilik teknologi mobil, seperti, Amerika Serikat, Italia, Jerman, Korea Selatan, Jepang, dll.. Kita masih harus banyak belajar, bekerja keras, belajar keras, dan memberikan dukungan.

Jangankan membuat mobil, mulai berdagang pisang goreng saja kalau bersaing dengan pedagang yang sudah bertahun-tahun dan punya langganan tetap, kita belum tentu mampu menyainginya. Kalau tidak bekerja keras dan bersungguh-sungguh, bisa bangkrut sebelum berkembang. Mobil Esemka ini kan baru ada percobaannya pada 2007, digunakan dua hari oleh Jokowi pada 2011, pabriknya berdiri pada 2019, dan 2021 mengalami gangguan pandemi. Masih harus bersabar dan tetap berjuang.

Kalau toh beberapa bagian masih menggunakan spare part dari luar negeri, wajar atuh, namanya juga masih baru, perlu kerja sama, dan perlu waktu untuk alih teknologi. Seharusnya, didukung oleh seluruh bangsa Indonesia, bukannya nyinyir secara bodoh.

Kalau pabrik ini maju, meluas, dan hasil produksinya diminati banyak orang, kan bisa menyerap banyak tenaga kerja. Siapa tahu di antara para pembaca ada yang bisa bekerja di sana atau mungkin teman, sahabat, kerabat, anak, cucu dapat pekerjaan di sana. Bisa menghidupi keluarga dan banyak orang.

Saya berharap Esemka terus maju, minimal bisa menyaingi mobil Proton yang diproduksi Malaysia. Belajar bersama untuk maju. Jangan ribut terus atuh, malu.

Hayu ah.

Sampurasun.

Wednesday, 16 November 2022

Pangeran Arab Hadiahi Jokowi Masjid Megah

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Mohammed bin Zayed (MBZ) Al Nahyan menghadiahi Presiden Republik Indonesia Jokowi masjid megah. Namanya Masjid Raya Sheikh Zayed yang dibangun di Surakarta, Provinsi Jawa Tengah, dekat rumah kediaman Jokowi. Masjid ini dibangun dengan biaya hampir mencapai Rp400 miliar. Seluruhnya ditanggung MBZ, namanya juga hadiah.

            Foto Masjid Raya Sheikh Zayed saya dapatkan dari Dream co id. Adapun ritual penyerahannya dari MBZ ke Jokowi dari Mengerti id.

            Masjid ini merupakan miniatur replika dari Masjid Sheikh Zayed yang ada di Abu Dhabi. Hal ini merupakan tanda cinta persaudaraan antara UEA dan Indonesia. Masjid ini dibangun di atas tanah seluas 3 ha yang dapat menampung 10.000 jamaah. Masjid ini pun digunakan untuk pusat pendidikan dan syiar Islam serta destinasi wisata.


Masjid Raya Sheikh Zayed, Surakarta (Foto: Dream.co.id)


Peresmian Masjid Raya Sheikh Zayed (Foto: Mengerti.id)



            
Selama pembangunan masjid ini secara rutin dikontrol oleh Gibran Rakabuming Raka. Hal itu sangat wajar karena Gibran adalah Walikota Solo dan sekaligus putera sulung Jokowi.

            Saya jadi teringat ceritera dari Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) beberapa bulan lalu yang mengisahkan bahwa hubungan antara MBZ dengan Jokowi sudah seperti kakak-adik, bersaudara. Bahkan, LBP pernah dipanggil MBZ hanya untuk titip pertanyaan ke Jokowi.

            “Jenderal Luhut, tanya presidenmu. Dia pengen apa? Aku akan berikan apa saja yang dia mau,” begitu pengakuan LBP.

            Saat itu LBP tidak meneruskan kisahnya. Entah Jokowi mengajukan permintaan, entah tawaran MBZ itu dibiarkan saja. Tidak jelas.

            Kehadiran masjid ini saya duga entah atas tawaran Jokowi atau inisiatif sendiri MBZ. Entahlah, yang jelas ini adalah hadiah dari MBZ untuk Jokowi.

            Sudahlah hentikan berteriak-teriak dusta bahwa Jokowi adalah pemimpin PKI rezim anti-Islam. Kalau anti-HTI, anti-FPI, antiradikalisme, itu benar. Buktinya, mereka dibubarkan.

            Tidak mungkin seorang pemimpin anti-Islam  diberikan hadiah masjid mewah yang mahal, dari Pangeran Arab lagi.

            Iya, toh.

            Iya toh pisan.

            Yuk, kita cerdas, introspeksi diri, dan sama-sama membangun diri agar lebih baik lagi di dunia dan di akhirat. Berhenti melakukan fitnah dan berbohong. Itu hanya menambah dosa.

            Sampurasun.

Sunday, 13 November 2022

Eh, Ada Blackpink di Arab Saudi

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Setelah menggelar festival Halloween, kini Arab Saudi menggelar konser musik dengan mendatangkan pemusik papan atas wanita-wanita muda seksi K-Pop Blackpink. Grup ini main di Mrsool Park, Riyadh, pada 20 Januari 2023.


Blackpink (Foto: Tribunnews.com)


            Ada tiga pilihan untuk menyikapi hal ini. Nonton, demo menolak konser dan menurunkan pemerintah, serta tidak nonton.

            Kalau mau nonton konser, harga tiket termurah adalah sekitar Rp1 juta dan yang termahal Rp6,2 juta. Siapkan saja uang segitu dengan ongkos dan jajan di sana.

            Kalau mau demo menolak konser dan menurunkan pemerintah Kerajaan Arab Saudi, insyaallah kepala copot dari badan. Dipenggal tuh leher di lapangan. Beneran, tidak akan ditolerir perilaku itu di Arab Saudi.

            Coba saja teriak di sana, “Bubarkan konser Blackpink! Dasar rezim zalim! Konser neraka! Turunkan Pangeran Muhammad bin Salman!”

            Kalian bakal habis di sana, nggak pulang lagi ke rumah hidup-hidup. Paling sudah jadi mayat.

            Kalau tidak nonton, ya nggak perlu pusing. Jangan pikirin saja, biasa saja, aktif dengan kegiatan harian.

            Kalau saya, tidak akan nonton. Pertama, tidak punya uang untuk hal itu. Mendingan dipakai umroh uangnya. Kedua, nanaonan, ‘ngapain’ juga nonton. Ketiga, saya bukan penggemar Blackpink.

Orang seperti saya ini penggemar Rhoma Irama, Lesti Kejora, Via Vallen, Chakra Khan, Alfy Rev, Alip Ba Ta, Lyodra, Tiara Andini, dan Tantri Kotak. Kalau grupnya, saya suka anak-anak Garut, Singajaya, Voice of Baceprot (VOB) yang terdiri atas Marsha (vokalis dan melodi), Widy (Bassis), dan Siti (Drummer).

Samarukna saya tara nyanyi kitu?

Begitu ya. Mau nonton, demo, atau tidak nonton, terserah. Semua punya risiko masing-masing, baik di dunia maupun di akhirat.

Oh ya, foto Blackpink saya dapatkan dari Tribunnews Com. Sengaja pilih foto itu, tidak terlalu seksi. Kalau yang seksi pisan, bahaya.

Saya cuma sedikit bingung sama Arab Saudi karena konser Blackpink boleh digelar, tetapi pengajian maulid Nabi Muhammad saw dilarang.

Kata Tukul, “Sakarepmu.”

Sampurasun.

Tuesday, 8 November 2022

Ridwan Kamil dan Wakanda

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Cuitan Ridwan Kamil terhadap kebakaran di Balaikota Bandung, tepatnya di Gedung Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan (Bappelitbang) Kota Bandung, pada Senin 7 November 2022, ternyata menimbulkan reaksi keras dari para netizen pendukung Presiden RI Jokowi. Awalnya, cuitan Ridwan Kamil biasa saja sebagai pejabat publik, tetapi menjadi masalah ketika menggunakan kata Wakanda.

            Foto Gubernur Provinsi Jawa Barat Ridwan Kamil saya dapatkan dari Pikiran Rakyat.


Gubernur Provinsi Jawa Barat Ridwan Kamil (Foto: Pikiran Rakyat)


            Begini cuitan Ridwan Kamil yang akrab disapa Kang Emil itu.

            "Musibah kebakaran di Balai Kota Bandung sudah berhasil dipadamkan. Tidak ada korban jiwa. Semoga pelayanan pada masyarakat segera pulih. Pemkot Bandung diimbau agar rutin audit terkait building safety pada ruangan2."

            Akan tetapi, cuitan selanjutnya menjadi bermasalah ketika Kang Emil melihat adanya orang-orang di atap gedung yang menonton kebakaran.

            Foto orang-orang itu saya dapatkan dari detikNews – Detikcom.


Menonton kebakaran (Foto: detikNews - Detikcom)


            Emil mencuitkan, "Hanya di Wakanda, kebakaran jd tontonan. Mohon jangan ditiru."

            Kata “Wakanda” inilah yang menimbulkan kemarahan dari banyak pendukung Jokowi karena kata itu kerap digunakan untuk melakukan ujaran kebencian, fitnah, dan kebohongan kepada Negara Indonesia oleh orang-orang yang dianggap para anti-Jokowi atau pembenci Jokowi. Para anti-Jokowi itu menggunakan kata Wakanda untuk mengganti kata Negara Indonesia. Para Jokower marah, Ridwan Kamil dianggap tidak pantas untuk menjadi pemimpin Indonesia karena dituduh telah menghina Indonesia dengan menggantinya dengan kata Wakanda.

            Bahkan, ada yang marah secara ekstrim, “Siapa pun yang menghina Indonesia dengan kata Wakanda, dia berarti Kadrunista Keparat di dalam otak dan hatinya!”

            Sekarang, apa sih sebetulnya Wakanda itu?

            Wakanda itu adalah negara yang terletak di Afrika Subsahara. Negara itu adalah khayalan dari Marvel Comics. Wakanda adalah negara maju, kaya raya, dan memiliki jawara atau pendekar-pendekar hebat. Wakanda pun merupakan kampung halaman dari super hero Black Panther.

            Foto Wakanda saya dapatkan dari Paripuan.


Wakanda (Foto: Paripuan)


            Entah kenapa para anti-Jokowi menggunakan kata Wakanda untuk mengganti  kata Indonesia. Saya tidak tahu.

            Saya hanya menduga bahwa mereka itu mengamankan dirinya untuk menghujat dan memaki negaranya sendiri, Indonesia, dengan menggunakan kata Wakanda sehingga tidak terjerat hukum. Kalau menghina Indonesia secara langsung, bisa masuk penjara. Kalau menggunakan kata Wakanda, bisa berkelit karena yang dihina adalah Negara Wakanda, bukan Negara Indonesia.

            Inilah yang  membuat para pendukung Jokowi marah besar kepada Ridwan Kamil. Kang Emil dianggap tidak mencintai Indonesia dan salah kalau dicalonkan sebagai pemimpin Indonesia. Kita tahu kan Ridwan Kamil sudah dideklarasikan oleh Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai Bakal Calon Wakil Presiden (Bacawapres) RI mendampingi Bacapres RI Ganjar Pranowo.

            Saya melihatnya seperti ini. Kang Emil itu aktif di Medsos. Pasti sering baca kata Wakanda. Dia jadi ikut-ikutan menggunakan kata itu. Dia mungkin menasihati warganya untuk tidak menonton kebakaran karena itu berbahaya bagi diri sendiri juga. Orang yang suka menonton kebakaran disindirnya sebagai warga Wakanda. Mungkin seperti itu yang ada di dalam kepala Kang Emil, tidak bermaksud menghina Indonesia. Akan tetapi, Kang Emil sendiri yang harus menjelaskan apa yang ada di dalam pikirannya agar tidak terjadi kekusutan dugaan di masyarakat. Itulah risiko seorang figur publik.

            Sesungguhnya, kata Wakanda bukan hanya digunakan oleh para anti-Jokowi, melainkan pula oleh para pendukung Jokowi. Para Jokower ini menggunakan kata Wakanda untuk melawan para anti-Jokowi yang dianggap telah banyak melakukan fitnah dengan menyebutnya sebagai warga Wakanda. Akan tetapi, sejauh yang saya perhatikan, memang kata Wakanda sangat banyak digunakan oleh para anti-Jokowi, sedangkan para pendukung Jokowi lebih sering menggunakan kata “NKRI harga mati”.

            Menurut saya, para pendukung Jokowi jangan berlebihan menghujat Ridwan Kamil hanya karena satu kata “Wakanda” dan menganggapnya tidak pantas untuk menjadi pemimpin Indonesia. Hal yang harus dijadikan pertimbangan kita memilih pemimpin adalah rekam jejaknya, hasil karyanya untuk rakyat, dan kesetiaannya kepada Pancasila. Di samping itu, Ridwan Kamil pun harus lebih berhati-hati dan memberikan penjelasan yang baik soal penggunaan kata Wakanda itu agar menjadi jelas dan jernih.

            Saya menaruh hormat kepada para anti-Jokowi yang melakukan kritik dengan menggunakan cara benar, yaitu menggunakan data, fakta, dan analisis yang akurat. Tidak menggunakan fitnah dan kebohongan yang menyesatkan. Semua orang berhak suka dan tidak suka kepada Jokowi. Perbaiki negeri ini dengan cara-cara yang benar sehingga kita bisa hidup di jalan yang benar.

            Begitu ya.

            Sampurasun.