Saturday, 5 November 2022

Pelan-Pelan Saja

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Mereka berdua adalah mahasiswa saya yang termasuk minoritas. Mereka minoritas karena murid-murid saya mayoritas menggunakan jilbab. Hanya beberapa yang tidak menggunakan jilbab, minoritas. Mereka mungkin belum siap menggunakan jilbab secara rutin atau memang memiliki keyakinan bahwa jilbab itu tidak wajib. Itu soal kesiapan dan keyakinan. Saya tidak pernah mempermasalahkan itu. Biasa saja.




            Hal yang unik dan cukup mengagetkan adalah ketika mereka berkonsultasi soal penelitian yang akan mereka lakukan. Mereka berkonsultasi ketika saya baru selesai mengajar di Universitas Al Ghifari.

            “Pak, boleh mengganggu waktu Bapak sebentar?”

            “Ada apa memangnya?”

            “Ini Pak, mau konsultasi soal Riset dan Praktik. Saya mau meneliti tentang menurunnya ekspor Bandrek Cihanjuang, Indonesia ke Belanda.”

            “Memangnya, ada masalah apa soal bandrek?”

            “Iya itu tadi, Bandrek Cihanjuang pernah diekspor ke Belanda, tetapi sekarang terjadi penurunan.”

            “Itu masalah yang ingin kamu teliti? Bagus.”

            “Iya, Pak. Kan kalau musim dingin, orang Belanda dan Eropa lainnya suka meminum alkohol. Kata mereka alkohol bisa menghangatkan badan.”

            “Terusin.”

            “Minum-minuman keras beralkohol itu kan tidak boleh, Pak. Haram dan merusakkan kesehatan.”

            “Jadi …?”

            “Jadi, saya ingin tahu kenapa terjadi penurunan ekspor bandrek Indonesia ke Belanda. Minuman bandrek itu kan bisa menghangatkan badan, sehat, dan halal. Kalau terjadi peningkatan ekspor bandrek ke Belanda, bisa mengurangi penggunaan minuman beralkohol dan memajukan perusahaan bandrek Indonesia.”

            Seorang perempuan tidak berjilbab yang mungkin mendapatkan nyinyiran atau cacian kafir, ternyata pikirannya sangat islami dan punya pandangan ke depan memikirkan cara agar perusahaan minuman bandrek Indonesia bisa maju dengan melalui perdagangan internasional. Tidak banyak perempuan yang berpikiran seperti itu. Pikirannya original positif.

            Temannya yang satu lagi juga berkonsultasi kepada saya.




            “Pak.”

            “Ya?”

            “Bagaimana menurut Bapak kalau saya meneliti hambatan ekspor tekstil Indonesia ke India?”

            “Bagus. Apa yang membuat ekspor tekstil Indonesia terhambat masuk ke India?”

            “Ini, Pak. India membuat peraturan impor tekstil dari negara luar yang sulit masuk ke India.”

            “Bagus, kamu bisa menggunakan teori-teori diplomasi untuk memecahkan masalah itu.”

            “Baik, Pak. Kan kalau Indonesia mampu melakukan diplomasi perdagangan ke India, tekstil Indonesia bisa masuk ke India dan meningkatkan perusahaan Indonesia sehingga mencegah pengangguran.”

            Bisa lihat kan mereka punya pandangan yang sangat bagus, memikirkan negaranya, memikirkan kemajuan bangsanya, serta memperluas cakrawala pengetahuannya sendiri sehingga menjadi lebih cerdas. Begitulah seharusnya generasi muda, ikut memecahkan berbagai masalah sesuai dengan kompetensi dan gairahnya masing-masing. Tidak suka memperkeruh suasana, bikin huru-hara, atau cuma teriak-teriak tidak karuan mengganggu orang lain.

            Kalau penelitian mereka selesai, lalu dibuat artikel, kemudian saya terbitkan dalam Jurnal Global Mind, hasil karya mereka bisa dibaca seluruh dunia. Jika para pemangku kebijakan atau pihak yang berkepentingan lain membacanya, lalu terinsiprasi secara positif, karya mereka dapat diaplikasikan dalam kehidupan dan memberikan banyak manfaat. Pahala bagi mereka akan ada di dunia dan di akhirat. Insyaallah.

            Mereka memang tidak berjilbab, tak perlu risau soal itu. Jika ada di antara para pembaca yang meyakini bahwa berjilbab itu wajib, sampaikanlah pemahaman itu dengan baik dengan tidak menyaikiti orang lain. Pelan-pelan saja.

            Tahu kan Nikita Mirzani? Artis seksi yang suka mempertontonkan keseksiannya itu?

            Sesungguhnya, Nikita Mirzani pernah berjilbab. Akan tetapi, ketika dia belajar berhijab, banyak orang yang mengomentarinya, nyinyir, dan mencacinya hanya gara-gara mata kakinya atau bagian kakinya yang lain masih kelihatan. Akibatnya, dia marah, lalu melepas jilbabnya dan menjadi seperti sekarang ini.

            So, mungkin keangkuhan kita atau sok merasa paling benar dan paling suci telah membuat orang lain marah, bahkan melawan kita dengan cara yang sangat buruk. Jika kita benar menyakiti hatinya dan menjauhkannya dari jalan Allah swt, berdosalah kita.

            Kalau menghormati keyakinan orang lain soal jilbab, bagus. Kalau mengajak orang lain sesuai dengan keyakinan kita, itu juga bagus. Akan tetapi, lakukanlah dengan cara yang lembut, baik, dan cantik.

            Jadi ingat lirik vokalis rocker Tantri Kotak yang kini telah berjilbab, “Pelan-pelan saja ….”

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment