oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Mereka berdua adalah
mahasiswa saya yang termasuk minoritas. Mereka minoritas karena murid-murid
saya mayoritas menggunakan jilbab. Hanya beberapa yang tidak menggunakan
jilbab, minoritas. Mereka mungkin belum siap menggunakan jilbab secara rutin
atau memang memiliki keyakinan bahwa jilbab itu tidak wajib. Itu soal kesiapan
dan keyakinan. Saya tidak pernah mempermasalahkan itu. Biasa saja.
Hal yang unik dan cukup mengagetkan adalah ketika mereka
berkonsultasi soal penelitian yang akan mereka lakukan. Mereka berkonsultasi
ketika saya baru selesai mengajar di Universitas Al Ghifari.
“Pak, boleh mengganggu waktu Bapak sebentar?”
“Ada apa memangnya?”
“Ini Pak, mau konsultasi soal Riset dan Praktik. Saya mau
meneliti tentang menurunnya ekspor Bandrek Cihanjuang, Indonesia ke Belanda.”
“Memangnya, ada masalah apa soal bandrek?”
“Iya itu tadi, Bandrek Cihanjuang pernah diekspor ke
Belanda, tetapi sekarang terjadi penurunan.”
“Itu masalah yang ingin kamu teliti? Bagus.”
“Iya, Pak. Kan kalau musim dingin, orang Belanda dan
Eropa lainnya suka meminum alkohol. Kata mereka alkohol bisa menghangatkan
badan.”
“Terusin.”
“Minum-minuman keras beralkohol itu kan tidak boleh, Pak.
Haram dan merusakkan kesehatan.”
“Jadi …?”
“Jadi, saya ingin tahu kenapa terjadi penurunan ekspor
bandrek Indonesia ke Belanda. Minuman bandrek itu kan bisa menghangatkan badan,
sehat, dan halal. Kalau terjadi peningkatan ekspor bandrek ke Belanda, bisa
mengurangi penggunaan minuman beralkohol dan memajukan perusahaan bandrek
Indonesia.”
Seorang perempuan tidak berjilbab yang mungkin mendapatkan
nyinyiran atau cacian kafir, ternyata pikirannya sangat islami dan punya
pandangan ke depan memikirkan cara agar perusahaan minuman bandrek Indonesia
bisa maju dengan melalui perdagangan internasional. Tidak banyak perempuan yang
berpikiran seperti itu. Pikirannya original positif.
Temannya yang satu lagi juga berkonsultasi kepada saya.
“Pak.”
“Ya?”
“Bagaimana menurut Bapak kalau saya meneliti hambatan
ekspor tekstil Indonesia ke India?”
“Bagus. Apa yang membuat ekspor tekstil Indonesia
terhambat masuk ke India?”
“Ini, Pak. India membuat peraturan impor tekstil dari
negara luar yang sulit masuk ke India.”
“Bagus, kamu bisa menggunakan teori-teori diplomasi untuk
memecahkan masalah itu.”
“Baik, Pak. Kan kalau Indonesia mampu melakukan diplomasi
perdagangan ke India, tekstil Indonesia bisa masuk ke India dan meningkatkan
perusahaan Indonesia sehingga mencegah pengangguran.”
Bisa lihat kan mereka punya pandangan yang sangat bagus,
memikirkan negaranya, memikirkan kemajuan bangsanya, serta memperluas cakrawala
pengetahuannya sendiri sehingga menjadi lebih cerdas. Begitulah seharusnya
generasi muda, ikut memecahkan berbagai masalah sesuai dengan kompetensi dan
gairahnya masing-masing. Tidak suka memperkeruh suasana, bikin huru-hara, atau cuma
teriak-teriak tidak karuan mengganggu orang lain.
Kalau penelitian mereka selesai, lalu dibuat artikel,
kemudian saya terbitkan dalam Jurnal
Global Mind, hasil karya mereka bisa dibaca seluruh dunia. Jika para
pemangku kebijakan atau pihak yang berkepentingan lain membacanya, lalu
terinsiprasi secara positif, karya mereka dapat diaplikasikan dalam kehidupan
dan memberikan banyak manfaat. Pahala bagi mereka akan ada di dunia dan di akhirat.
Insyaallah.
Mereka memang tidak berjilbab, tak perlu risau soal itu.
Jika ada di antara para pembaca yang meyakini bahwa berjilbab itu wajib,
sampaikanlah pemahaman itu dengan baik dengan tidak menyaikiti orang lain.
Pelan-pelan saja.
Tahu kan Nikita Mirzani? Artis seksi yang suka mempertontonkan
keseksiannya itu?
Sesungguhnya, Nikita Mirzani pernah berjilbab. Akan
tetapi, ketika dia belajar berhijab, banyak orang yang mengomentarinya, nyinyir,
dan mencacinya hanya gara-gara mata kakinya atau bagian kakinya yang lain masih
kelihatan. Akibatnya, dia marah, lalu melepas jilbabnya dan menjadi seperti
sekarang ini.
So, mungkin keangkuhan kita atau sok merasa paling benar
dan paling suci telah membuat orang lain marah, bahkan melawan kita dengan cara
yang sangat buruk. Jika kita benar menyakiti hatinya dan menjauhkannya dari
jalan Allah swt, berdosalah kita.
Kalau menghormati keyakinan orang lain soal jilbab,
bagus. Kalau mengajak orang lain sesuai dengan keyakinan kita, itu juga bagus.
Akan tetapi, lakukanlah dengan cara yang lembut, baik, dan cantik.
Jadi ingat lirik vokalis rocker Tantri Kotak yang kini
telah berjilbab, “Pelan-pelan saja ….”
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment