Wednesday, 30 November 2022

Orang-Orang Kristen pun Pergi dari Cianjur

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Setelah aksi berbahaya pencopotan label atau stiker milik “Tim Aksi Kasih Gereja Reformed Injil Indonesia” di tenda birunya, banyak yang kecewa dan marah, khususnya orang-orang Kristen. Orang-orang Islam lebih banyak lagi yang marah dan kecewa. Tokoh penting NU Said Aqil Siradj pun kecewa. Demikian pula Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil tampak kesal.

            “Bencana ini bukan hanya menimpa satu kelompok masyarakat Cianjur, melainkan berbagai kelompok yang ada di Cianjur,” begitu kira-kira yang dikatakan Ridwan Kamil.

            Artinya, pemeluk agama apa pun yang ada di sana tertimpa bencana.

            Ada  kelompok relawan yang mengunggah kekecewaannya di media sosial, kemudian mengundurkan diri dari Cianjur. Paling tidak, selebaran ini yang saya dapatkan dari kilat com yang diambil dari Twitter @SantoriniSun. Mereka bukan hanya kecewa karena merasa terhambat dalih agama, melainkan pula banyak pungutan yang membebani mereka.


Foto: kilat.com, Twitter SantoriniSun


            Di samping itu, dalam cuitan Twitter, dia juga menuliskan caption untuk masyarakat Cianjur.

“Makasih ya Cianjur...

Humanity/Kemanusiaan kali ini harus mengalah dulu keliatannya...

Beberapa oknum merasa agama lebih penting dibanding itu. Padahal warganya sendiri sangat membutuhkan bantuan dari pihak manapun tanpa terkecuali. Bagi saya.. ini potret Pemda&aparat yang'gagal'!"

Coba bagaimana kalau sudah begitu?

Saya mungkin bisa merasakan kekecewaan mereka. Untuk melakukan kegiatan itu tentunya mengharuskan upaya perencanaan, penggalangan dana, pembelian barang, penyiapan personal, penyediaan waktu, akomodasi dan transportasi memadai, ahli-ahli yang berkompeten, tenaga yang mencukupi, dan lain sebagainya. Akan tetapi, mereka dikerdilkan dan diusir dengan perilaku yang tidak bisa dipahami oleh akal.

Ketika pelaku pencopotan kasar yang dilakukan aktivis Gerakan Reformis Islam (Garis) itu diamankan polisi, saya sebagai muslim, sesungguhnya ingin mendengar pengakuan mereka atau keterangan dari polisi bahwa “Tim Aksi Kasih Gereja Reformed Injil Indonesia” telah melakukan kristenisasi di wilayah bencana Cianjur. Kalau memang kristenisasi itu terjadi, saya bisa memaklumi kekasaran yang dilakukan Garis meskipun salah. Bahkan, tulisan saya mungkin akan membela Garis.

Sayangnya, laporan kristenisasi itu tidak ada. “Tim Aksi Kasih Gereja Reformed Injil Indonesia” justru bersama kelompok lain dari kelompok-kelompok muslim bersama-sama aktif dalam penanggulangan bencana dan menolong mereka yang tertimpa musibah.

Lalu, apa alasan masuk akal aktivis Garis mencopoti label atau stiker dari gereja itu?

Mau sok jago?

Gaya-gayaan?

Itu aksi premanisme yang tidak bisa dibenarkan.

Soal adanya pungutan liar yang membebani, itu adalah rahasia umum. Saya juga mengalaminya. Saya pernah dititipi uang, barang, berkarung-karung beras, dan pakaian untuk korban bencana kebakaran di suatu daerah. Saya tidak akan sebut daerahnya, khawatir ada yang tersinggung. Ketika hampir sampai, saya dicegat orang yang katanya berwenang untuk mengumpulkan bantuan. Dia minta bantuan diserahkan kepadanya untuk disalurkan kepada korban kebakaran. Aneh juga nih orang, kenal tidak, punya kartu identitas juga tidak, bawa-bawa catatan kayak orang penting saja. Saya tidak mendengarkan dia dan teman-temannya. Malahan, saya suruh dia dan teman-temannya untuk membantu saya menurunkan barang dan mengangkutnya ke lokasi bencana karena lokasinya tidak memungkinkan mobil untuk masuk. Dengan demikian, saya punya alasan untuk memberi mereka uang.

Toh mereka jadi membantu saya kan?

Kisah lain lagi, teman saya yang juga dosen mengumpulkan dana dari mahasiswa untuk membantu korban bencana banjir. Dia berhasil mengumpulkan dana yang lalu dibelikan banyak makanan, pakaian, dan lain sebagainya sampai tiga truk besar. Ketika hampir sampai di lokasi bencana, teman saya dihadang banyak orang yang meminta bantuan dengan alasan mereka pun membutuhkan bantuan. Agak alot urusannya, tetapi kesepakatan dicapai dengan cara teman saya memberikan satu truk bantuan untuk mereka agar dua truk lagi sampai di lokasi bencana dan bisa diterima oleh para korban banjir.

Begitulah yang terjadi, ini pungutan liar yang membebani proses pengiriman bantuan. Beneran. Aparat Pemda dan kepolisian harus menertibkan hal seperti ini.

Hal seperti ini mungkin yang dianggap saudara-saudara nonmuslim sebagai pungutan yang membebani mereka. Padahal, mereka datang untuk membantu. Akan tetapi, saya yakin bahwa masih sangat banyak saudara Kristen yang masih ada di Cianjur tetap aktif membantu masyarakat bersama-sama saudara-saudara muslim bahu membahu berperan aktif untuk kemanusiaan.

Kalau toh ada kecurigaan terjadinya kristenisasi, kumpulkan bukti, kumpulkan dokumentasi, dan kumpulkan testimoni. Lalu, jangan membuat tindakan sendiri. Laporkan kepada aparat Pemda atau kepolisian. Itu ada undang-undangnya dan bisa diproses hukum. Bisa penistaan, penghinaan, penghasutan, penipuan, pemaksaan pindah agama, dan lain sebagainya. Biarkan aparat yang menyelesaikannya. Kalau bertindak sendiri tanpa ada bukti, itu perilaku bodoh yang sangat memalukan kaum muslimin sendiri.

Mari sama-sama belajar bersaudara, saling membantu, saling menghormati, saling memecahkan masalah, tanpa ada kecurigaan. Dengan demikian, kehidupan akan lebih terasa membahagiakan dan menyenangkan.

Sampurasun.

No comments:

Post a Comment