oleh Tom Finaldin
Bandung, Putera Sang Surya
Sudah menjadi berita nasional bahwa beberapa waktu lalu banyak rumah sakit jiwa (RSJ) yang berbenah diri dan menyiapkan dirinya untuk menanti kedatangan pasien baru yang jiwanya terganggu karena tidak terpilih menjadi anggota legislatif. Para ahli jiwa itu memang cerdas karena telah melihat kemungkinan yang sangat besar untuk itu. Banyak orang yang melakukan debut untuk menjadi “wakil rakyat” dengan mengerahkan seluruh potensi ekonominya. Mungkin mereka habis-habisan mengeluarkan dana, baik yang dimilikinya sendiri, berasal dari pinjam sana-pinjam sini dengan menggadaikan itu-ini, ataupun berasal dari jual janji pada para sponsor asing dan sponsor dalam negeri. Mereka telah “memanjangkan angan-angan” dengan berbagai spekulasi.
Persiapan yang dilakukan RSJ itu bukan cuma omong kosong, Bukankah sudah ada buktinya? Calon bupati yang tidak terpilih telah menjadi gila karena banyak hutang.
Sekarang orang-orang yang berdesak-desakan karena tertipu oleh sistem politik demokrasi semakin banyak, sedangkan kursi yang tersedia teramat terbatas. Itu pasti menjadi alasan kuat bahwa akan banyak orang yang terjerumus bego.
Akan tetapi, … ah … sudahlah …. Itu urusan mereka antara orang gila dengan perawatnya. Kita yang diselalu dibujuk rayu untuk memilih harus paham bahwa kita bisa saja memilih orang gila itu. Partai yang kita contreng pasti menambah suara partai itu. Orang yang kita contreng juga demikian. Kalau memang orang yang kita pilih itu jadi berkuasa, agak mendingan meskipun kekuasaannya belum tentu menguntungkan kita. Lucunya adalah jika orang yang kita pilih itu nggak jadi apa-apa alias kalah, terus jiwanya tidak bisa menahan kekalahan itu. Dia bukannya masuk gedung dewan yang kata orang terhormat itu, tetapi malah nginep di RSJ. Itu artinya, kita telah memilih orang gila dan berpenyakit jiwa. So, rugi juga jika kita antri, ngotorin tangan, ngabisin waktu cuma untuk memilih orang gila.
Mudah-mudahan mah kalau nggak kepilih, jangan jadi gila atuh. Bukankah kita keturunan orang-orang perkasa yang sanggup menyeberangi lautan samudera yang teramat luas itu?
Lebih baik bertafakur, merenung, beginilah demokrasi dengan segala kesesatannya itu. Lalu, kembali pada diri sendiri. Dengan demikian, Allah swt akan mencurahkan kasih sayangnya dan menunjuki kita kepada jalan yang lebih lurus dan lebih mudah. Amin.
Persiapan yang dilakukan RSJ itu bukan cuma omong kosong, Bukankah sudah ada buktinya? Calon bupati yang tidak terpilih telah menjadi gila karena banyak hutang.
Sekarang orang-orang yang berdesak-desakan karena tertipu oleh sistem politik demokrasi semakin banyak, sedangkan kursi yang tersedia teramat terbatas. Itu pasti menjadi alasan kuat bahwa akan banyak orang yang terjerumus bego.
Akan tetapi, … ah … sudahlah …. Itu urusan mereka antara orang gila dengan perawatnya. Kita yang diselalu dibujuk rayu untuk memilih harus paham bahwa kita bisa saja memilih orang gila itu. Partai yang kita contreng pasti menambah suara partai itu. Orang yang kita contreng juga demikian. Kalau memang orang yang kita pilih itu jadi berkuasa, agak mendingan meskipun kekuasaannya belum tentu menguntungkan kita. Lucunya adalah jika orang yang kita pilih itu nggak jadi apa-apa alias kalah, terus jiwanya tidak bisa menahan kekalahan itu. Dia bukannya masuk gedung dewan yang kata orang terhormat itu, tetapi malah nginep di RSJ. Itu artinya, kita telah memilih orang gila dan berpenyakit jiwa. So, rugi juga jika kita antri, ngotorin tangan, ngabisin waktu cuma untuk memilih orang gila.
Mudah-mudahan mah kalau nggak kepilih, jangan jadi gila atuh. Bukankah kita keturunan orang-orang perkasa yang sanggup menyeberangi lautan samudera yang teramat luas itu?
Lebih baik bertafakur, merenung, beginilah demokrasi dengan segala kesesatannya itu. Lalu, kembali pada diri sendiri. Dengan demikian, Allah swt akan mencurahkan kasih sayangnya dan menunjuki kita kepada jalan yang lebih lurus dan lebih mudah. Amin.
No comments:
Post a Comment