oleh Tom Finaldin
Bandung, Putera Sang Surya
Saya tidak tahu apa itu kukuk beluk. Akan tetapi, saya punya sangkaan bahwa kukuk beluk adalah adalah binatang sejenis unggas yang saya pun belum pernah melihatnya atau memang sudah melihatnya, tetapi tidak tahu namanya atau sudah melihatnya, tetapi bagi saya namanya bukan kukuk beluk. Orang Jawa mungkin tahu kukuk beluk karena Soekarno, Presiden RI ke-1, pernah menulisnya dalam artikelnya. Saya orang Sunda, jadi tidak mengenal kukuk beluk, cuma nyangka-nyangka saja.
Dalam artikel itu, Soekarno mengatakan bahwa saat itu di Indonesia banyak kukuk beluk, artinya banyak orang yang sifatnya sama dengan kukuk beluk. Saat itu menurutnya bangsa Indonesia sudah benar-benar 100% kelas kambing yang harus selalu patuh pada kekuasaan kolonial. Sikap dan situasi itu dianggap benar oleh masyarakat, artinya sudah menjadi sesuatu yang seharusnya bangsa Indonesia dikuasai bangsa asing sehingga kehilangan kekuatannya sendiri. Adapun orang-orang yang tersadar dari situasi itu dan mencoba membangkitkan kekuatan masyarakat Indonesia akan dianggap pengacau, provokator, dan berbahaya. Rakyat tidak habis mengerti mengapa harus mengikuti orang-orang yang aktif berkoar-koar untuk merdeka, toh keadaan sudah seperti itu dan dijalani sebagaimana hari-hari biasanya. Banyak sekali orang yang kaget dan terkejut saat Soekarno berapi-api menyampaikan gagasan dan pandangannya. Mereka geger seperti kukuk beluk yang selamanya berada dalam ruangan gelap, lalu blingsatan saat ada cahaya masuk, saat datang tajamnya sorot pemikiran baru. Tak sedikit dari mereka yang memaki, mengata-ngatai, dan berpendapat buruk terhadap Soekarno. Masyarakat menganggap Soekarno kelewatan, tak tahu diri, bodoh, tolol, dan nggak ada kerjaan.
Begitulah rakyat kelas kukuk beluk yang disampaikan Soekarno. Karena mereka sudah menganggap hidupnya wajar seperti itu, saat disadarkan, heboh nggak karuan.
Sekarang juga sama para kukuk beluk ada di mana-mana. Rakyat banyak yang sudah terhipnotis dengan keadaannya. Kita hampir seluruhnya menerima bahwa kita memang harus berdemokrasi. Sistem politik demokrasi adalah yang terbaik dan paling unggul meskipun penuh dengan tipuan dan keborokan. Dengan demikian, jika ada orang atau pihak yang menyadarkan masyarakat untuk segera menghentikan demokrasi karena merupakan alat penjajahan gaya baru, sebagaimana yang terjadi dengan kukuk beluk, yaitu geger, menganggap bodoh, kampungan, tolol, dan tak tahu diri pada orang yang menyadarkannya itu. Padahal, amat besar kecintaan orang itu pada negerinya, Indonesia.
Demikianlah kukuk beluk yang bisa dikisahkan di sini. Sudah sewajarnya jika kukuk beluk tak mau berubah menjadi burung Garuda Perkasa, hiduplah dalam kegelapan dan kesesatan demokrasi. Selamat menderita.
Dalam artikel itu, Soekarno mengatakan bahwa saat itu di Indonesia banyak kukuk beluk, artinya banyak orang yang sifatnya sama dengan kukuk beluk. Saat itu menurutnya bangsa Indonesia sudah benar-benar 100% kelas kambing yang harus selalu patuh pada kekuasaan kolonial. Sikap dan situasi itu dianggap benar oleh masyarakat, artinya sudah menjadi sesuatu yang seharusnya bangsa Indonesia dikuasai bangsa asing sehingga kehilangan kekuatannya sendiri. Adapun orang-orang yang tersadar dari situasi itu dan mencoba membangkitkan kekuatan masyarakat Indonesia akan dianggap pengacau, provokator, dan berbahaya. Rakyat tidak habis mengerti mengapa harus mengikuti orang-orang yang aktif berkoar-koar untuk merdeka, toh keadaan sudah seperti itu dan dijalani sebagaimana hari-hari biasanya. Banyak sekali orang yang kaget dan terkejut saat Soekarno berapi-api menyampaikan gagasan dan pandangannya. Mereka geger seperti kukuk beluk yang selamanya berada dalam ruangan gelap, lalu blingsatan saat ada cahaya masuk, saat datang tajamnya sorot pemikiran baru. Tak sedikit dari mereka yang memaki, mengata-ngatai, dan berpendapat buruk terhadap Soekarno. Masyarakat menganggap Soekarno kelewatan, tak tahu diri, bodoh, tolol, dan nggak ada kerjaan.
Begitulah rakyat kelas kukuk beluk yang disampaikan Soekarno. Karena mereka sudah menganggap hidupnya wajar seperti itu, saat disadarkan, heboh nggak karuan.
Sekarang juga sama para kukuk beluk ada di mana-mana. Rakyat banyak yang sudah terhipnotis dengan keadaannya. Kita hampir seluruhnya menerima bahwa kita memang harus berdemokrasi. Sistem politik demokrasi adalah yang terbaik dan paling unggul meskipun penuh dengan tipuan dan keborokan. Dengan demikian, jika ada orang atau pihak yang menyadarkan masyarakat untuk segera menghentikan demokrasi karena merupakan alat penjajahan gaya baru, sebagaimana yang terjadi dengan kukuk beluk, yaitu geger, menganggap bodoh, kampungan, tolol, dan tak tahu diri pada orang yang menyadarkannya itu. Padahal, amat besar kecintaan orang itu pada negerinya, Indonesia.
Demikianlah kukuk beluk yang bisa dikisahkan di sini. Sudah sewajarnya jika kukuk beluk tak mau berubah menjadi burung Garuda Perkasa, hiduplah dalam kegelapan dan kesesatan demokrasi. Selamat menderita.
No comments:
Post a Comment