Thursday 27 May 2010

Lucu Orang Indonesia Mikirin Pilpres AS

oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya
Sudah menjadi kebiasaan yang aneh di negeri ini, jika AS melaksanakan Pilpres, banyak orang ikut sibuk mikirin. Harap-harap cemas pula. Bahkan, ikut dukung-mendukung salah satu Capres AS dengan rasa penuh hormat dan simpati pada proses demokrasi di AS. Padahal, kita punya hal yang lebih penting untuk dipikirkan, yaitu nasib bangsa Indonesia sendiri.

Kita memang sudah menjadi bangsa yang kata Soekarno rakyat yang 100% kelas kambing. Kita sudah sangat percaya bahwa kita adalah bangsa yang lemah, bodoh, terbelakang yang selalu harus meniru orang lain. Hal ini merupakan buntut tekanan penjajahan yang berabad-abad. Padahal, orang sedunia pun mengakui kehebatan teknologi pembangunan Borobudur yang tak pernah bisa dilakukan orang-orang modern dari negara mana pun.

Untuk soal penyelenggaraan negara, kita tak punya keyakinan diri sendiri, kita ngikut-ngikut cara-cara orang AS yang dulunya adalah para “pelarian agama” dari Eropa. Padahal, tak bisa dipungkiri bahwa bangsa Indonesia mengalami masa kemakmuran dan keemasannya adalah pada saat sebelum mengenal demokrasi. Perhatikan sejarah kita yang penuh kemegahan di bawah panji-panji kerajaan-kerajaan di Nusantara. Selain itu, kita bukanlah warga AS yang pelarian agama. Kita adalah penduduk yang tak pernah disakiti oleh para pemimpin agama dan raja-raja. Kalaupun ada kisah kekerasan, itu adalah setelah kehadiran VOC.

Dengan demikian, lucu sekali jika kita ikut ramai mikirin Pilpres AS. Hal itu menunjukkan bahwa kita memang sangat memuji AS yang kini sudah sangat dikenal sebagai negara teroris No. 1 di dunia dan ikut serta merampok kekayaan negara Indonesia dengan cara berkolusi dengan pejabat korup.

Dulu banyak orang yang berpendapat dan berharap bahwa jika Barack Obama dari Partai Demokrat memenangkan Pilpres AS, Indonesia dan Islam akan mendapat banyak angin segar dan kemudahan. Hal itu disebabkan Obama masa kecilnya di Indonesia dan kampanyenya adalah menarik pasukan AS dari Irak. Pendapat dan harapan itu adalah muncul dari kelemahan mental dan pikiran kerdil. Semuanya dusta dan tidak mungkin. Mustahil dipandang dari berbagai segi.

Amerika sesungguhnya negara yang dijadikan alat para kapitalis dan Yahudi untuk tetap menguasai dunia. Mereka adalah manusia-manusia serakah yang tidak mampu bertahan hidup dengan jujur. Mereka harus selalu melakukan banyak tipu daya dan kekerasan untuk dapat melangsungkan hidupnya. Mereka adalah orang-orang rendahan yang menyedihkan.

Dalam sejarah Amerika, pemimpin-pemimpin yang pro kemanusiaan dan keadilan kerap harus berakhir naas dan memilukan. Ingat Abraham Lincoln, Martin Luther King, John F. Kennedy dan keturunannya dibunuh secara misterius tak terpecahkan. Mereka adalah orang-orang yang dikenal memiliki moral tinggi dan anti pemerasan terhadap manusia. Akan tetapi, pemimpin AS yang mau tunduk pada kapitalis dan Yahudi akan selamat dan hidup gemerlapan di tengah cacian penduduk dunia.

Demikian pula presiden AS masa depan. Mereka akan semakin keras terhadap manusia agar sesuai keinginan AS karena demikianlah tuntutan kapitalis dan Yahudi. Jika mereka tidak mau tunduk pada kapitalis dan Yahudi, kita tinggal menonton kejatuhannya. Itu pasti terjadi.

Tak ada gunanya kita berharap pada presiden AS, siapa pun dia, agar memberikan angin segar pada dunia dan bangsa Indonesia. Sebaiknya, kita ingat nasihat Pemimpin Besar Revolusi Indonesia bahwa maju mundurnya bangsa Indonesia bergantung pada diri kita sendiri bukan bergantung pada orang lain. Negara lain, khususnya yang berkulit putih selalu cari untung sendiri bahkan melakukan imperialisme dengan berbagai kedoknya. Bukankah negeri ini sudah banyak dikuras oleh mereka, sedangkan rakyat kita tetap dalam penderitaan?

Tinggalkan demokrasi dan kembali pada keluhuran jati diri. Dengan itulah kita akan menjadi negara yang kuat dan makmur.

No comments:

Post a Comment