Friday, 20 January 2017

Ingin Penyelesaian Secara Kekeluargaan, Zieq?

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Kalau ingin menyelesaikan masalah secara kekeluargaan tanpa masuk ke wilayah hukum, seharusnya Rizieq menyelesaikan dulu masalah dengan dirinya sendiri. Saya melihat Rizieq itu bermasalah dengan dirinya sendiri. Ia sebenarnya tidak sedang berseteru dengan orang lain, tetapi sibuk dengan dirinya sendiri. Akibatnya, kata-katanya sering tidak lurus, bahkan aneh.

            Coba perhatikan soal logo di uang kertas. Orang-orang lain tidak melihat ada lambang palu arit, tetapi dia bilang itu mirip palu arit. Lalu, mempengaruhi orang lain supaya pendapatnya sama dengan dia. Padahal, secara resmi logo itu bukanlah palu arit. Perhatikan pula bagaimana ia menyalahkan Kapolda Jawa Barat Anton Charliyan karena ada bentrokan antara FPI dengan Ormas-Ormas kesundaan. Sebetulnya kan yang harus disalahkan adalah dirinya sendiri karena bawa massa banyak-banyak seenaknya tanpa ada izin, akhirnya memprovokasi kelompok lain untuk mengerahkan massa yang juga sangat banyak. Perhatikan pula bagaimana dia menanggapi pidato Megawati Soekarnoputri yang menurutnya mengandung penghinaan terhadap Islam. Padahal, jika dilihat dan didengarkan, tak ada satu pun kalimat dari Megawati yang mengandung penghinaan terhadap Islam. Kalau mau jujur, pernyataan Ahok di Kepulauan Seribu pun tak mengandung penghinaan terhadap Islam dan ulama, baik secara bahasa Indonesia maupun secara tafsir. Akan tetapi, Rizieq mencoba terus berulang-ulang meyakinkan orang lain, bahkan mendesak aparat untuk membuat Ahok benar-benar disalahkan sebagai penista Al Quran.

            Tentang tafsir QS Al Maidaah : 51, saya sudah menuliskan pendapat saya berdasarkan Tafsir Qur’an per Kata: Dilengkapi Asbabun Nuzul dan Terjemah yang disusun Dr. Ahmad Hatta, M.A..  Tafsir itu pun merujuk pada penafsiran Ibnu Katsir. Di samping itu, saya pun menggunakan Sejarah Hidup Muhammad yang disusun oleh Mohammad Haekal untuk memahami apa sesungguhnya yang terjadi pada saat QS Al Maidaah : 51 itu turun. Kesimpulan yang saya dapatkan adalah QS Al Maaidah : 51 sama sekali tidak berhubungan dalam memilih pemimpin di Indonesia dalam sistem politik demokrasi. Hal itu menunjukkan bahwa QS Al Maaidah : 51 sangat tidak tepat untuk digunakan sebagai alat menarik kaum muslimin dalam memilih pemimpin berdasarkan agamanya. Tulisan saya tentang hal ini dapat Saudara baca pada tulisan yang berjudul Terlalu Sering Ayat Al Quran Digunakan sebagai Alat untuk Berbohong. Masih di blog ini juga. Cari saja.

            Tentang pendapat saya bahwa tidak ada kata-kata Ahok di Kepulauan Seribu yang mengandung unsur penistaan secara bahasa Indonesia. Saya akan segera menuliskannya di blog ini. Saya sesungguhnya menunggu para ahli menjelaskannya di media televisi, tetapi sampai saat ini saya tidak melihatnya. Jadi, saya akan coba menjelaskannya dalam bahasa Indonesia yang saya pahami pada waktu yang lain. Tenang saja. Mudah-mudahan saya ada waktu dan energi untuk menuliskannya. Insyaallah.

            Kembali pada keanehan Rizieq. Setelah banyak orang yang gerah terhadap Rizieq dengan melaporkan berbagai hal yang diduga merupakan pelanggaran hukum, Rizieq tampaknya mulai tertekan.

            Dalam kompas.com Rizieq mengatakan hal yang sangat lucu di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, (17/1/2017), “Janganlah kita coba saling lapor karena ini bisa mengantarkan pada konflik horizontal. Mestinya kepolisian menjembatani."

            Lho, kok bisa dia bilang seperti itu?

            Lucu sekali.

            Bukankah dia sendiri yang memulai aksi saling lapor?

            Akan tetapi, dia sendiri yang tidak menginginkan situasi saling lapor terjadi. Aneh sekaligus menggelikan. Dia yang memulai, dia pula yang ingin mengakhiri.

            Mirip lagu dangdut kan?

            Coba ingat-ingat. Ketika dilaporkan oleh Ormas kesundaan terkait penghinaannya atas sampurasun yang dia plesetkan menjadi campur racun, Rizieq bukannya berani menghadapi laporan itu, melainkan melaporkan balik Dedi Mulyadi, Bupati Purwakarta, atas penghinaan terhadap Islam.

            Bukankah itu tindakan saling lapor yang dimulai oleh Rizieq sendiri?

            Coba ingat lagi. Ketika dilaporkan oleh Sukmawati Soekarnoputri atas dugaan penghinaan terhadap Pancasila dan Proklamator Ir. Soekarno, Rizieq bukannya dengan gagah berani menghadapi, melainkan berniat melaporkan balik Soekarnoputri.

            Bukankah itu merupakan niat Rizieq untuk melakukan aksi saling lapor?

            Coba analisa lagi. Ketika Kapolda Jawa Barat Anton Charliyan mulai serius memeriksa Rizieq untuk menanggapi laporan Sukmawati, Rizieq malah menggunakan gerombolannya untuk beraksi meminta Polri memecat Anton Charliyan dengan alasan adanya keributan antara FPI dan GMBI. Padahal, dia sendiri yang bawa gerombolan banyak-banyak.

            Bukankah itu merupakan tindakan yang termasuk dalam kategori aksi saling lapor yang dilakukan Rizieq?

            Coba duga lagi. Ketika Kapolda Metro Jaya mulai serius pula menanggapi laporan masyarakat atas dugaan pelanggaran yang dilakukan Rizieq, Rizieq malah meminta Kapolda untuk dicopot dengan dugaan melakukan provokasi saat terjadi demonstrasi.

            Bukankah itu merupakan tindakan yang termasuk pula dalam kategori aksi saling lapor yang dilakukan Rizieq?

            Aneh memang ini Rizieq. Ia ingin bebas melaporkan orang lain, tetapi tidak ingin orang lain melaporkan dirinya. Padahal, ia sendiri yang mulai sedikit-sedikit laporan, sedikit-sedikit bikin laporan. Sedikit-sedikit bawa massa, sedikit-sedikit teriak-teriak.

            Ia memang sudah seharusnya merasakan tekanan luar biasa karena wajib mempertanggungjawabkan segala hal yang telah dilakukannya. Apalagi keinginannya untuk melakukan mediasi dengan pihak-pihak yang melaporkannya menemui jalan yang lumayan sulit, bahkan bisa pula buntu. Paling tidak, PDI-P sudah menyatakan dukungan kepada Polri untuk tidak perlu ragu menangkap Rizieq.

            Meskipun demikian, sesungguhnya ada jalan yang bisa ditempuh Rizieq dengan baik-baik dan berpotensi melepaskannya dari seluruh jeratan hukum. Syaratnya, Rizieq harus bersungguh-sungguh menjalankannya dengan menanggalkan seluruh keangkuhan dirinya.

            Saya sebagai orang Islam memiliki kewajiban untuk “saling menasihati” agar setiap muslim memiliki kebaikan dan kesabaran dalam menjalani hidup ini. Sebenarnya, beberapa tulisan saya merupakan nasihat buat Rizieq. Akan tetapi, mungkin dia masih enggan untuk mengikuti nasihat saya. Terserah dia.

            Sekarang ada lagi nasihat buat kamu, Zieq.

            Kalau benar-benar ingin melepaskan diri dari jeratan hukum, hal pertama yang harus dilakukan Rizieq adalah meminta maaf kepada orang Sunda atas penghinaannya terhadap kata mulia sampurasun. Semua hal yang membuat hidup Rizieq menjadi sangat berat dalam kasus hukum, berawal dari penghinaannya itu sebenarnya. Minta maaflah dengan tulus sampai mata dan seluruh raut muka Rizieq menunjukkan benar-benar ketulusan. Tak perlu malu dan tak perlu sungkan karena orang Sunda yang hidup dengan kesundaannya tidak akan pernah menertawakan atau merendahkan orang-orang yang berbuat baik. Bahkan, mereka akan menjadikan Rizieq sebagai saudara.

            Mau kan hidup penuh dengan rasa persaudaraan?

            Kalau mau hidup dengan perselisihan, ya terserah kamu saja, Zieq.

            Jika permohonan maaf itu telah dilakukan, silaturahmilah dengan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Minta maaflah atas laporan yang telah dilakukan Rizieq terhadap Dedi Mulyadi karena sesungguhnya Dedi tidak melakukan penghinaan kepada Islam. Kalau ada dari tulisan Dedi yang belum dipahami dengan baik oleh Rizieq, tanyalah kepada Dedi tentang buku Dedi itu, berdiskusilah dengan baik. Hal itu akan menguatkan pemahaman Islam dan keimanan masing-masing. Kemudian, cabut laporan terhadap Dedi ke polisi. Itu sangat terhormat, menumbuhkan persaudaraan, dan menghindarkan konflik-konflik horizontal.

            Saya yakin Dedi Mulyadi akan menerima dengan baik jika Rizieq berniat menghubungkan tali silaturahmi dengan baik. Tidak perlu ragu karena Allah swt sangat meridhoi orang-orang yang menyambungkan tali silaturahmi.

            Apabila Rizieq mampu melakukan hal itu, yakinilah Ormas Sunda pun akan mencabut laporannya atas penghinaan terhadap sampurasun itu. Hal itu pun akan mendorong orang-orang lain di seluruh Indonesia ini yang telah melaporkan Rizieq berpikir ulang untuk terus-menerus menginginkan Rizieq dipenjara. Orang-orang yang menolak Rizieq untuk datang ke daerahnya pun akan mulai membuka diri terhadap kehadiran Rizieq. Orang Indonesia itu pada dasarnya orang-orang baik yang tidak menginginkan huru-hara dan permusuhan. Orang Indonesia itu pada dasarnya orang-orang damai yang terhormat. Mereka akan mudah memaafkan Rizieq dan mencabut apa pun laporan yang bisa menjerat Rizieq ke dalam proses hukum. Yakinilah hal itu. Megawati dan PDI-P pun akan dengan sangat cair untuk berdialog dengan baik jika melihat bahwa Rizieq berusaha dengan tulus memperbaiki hubungannya dengan orang-orang lain. Insyaallah.

            Minta maaf dulu dengan tulus kepada orang Sunda jika ingin terbebas dari segala jeratan hukum karena dari sanalah segalanya dimulai. Akan tetapi, jika itu tidak dilakukan, jangan harap akan terbebas dari jeratan hukum. Orang-orang yang saat ini sedang kesal terhadap Rizieq, akan lebih meningkatkan lagi kekesalannya dan akan bertepuk tangan sambil tertawa gembira jika Rizieq duduk di kursi pesakitan. Bahkan, hal yang lebih parah adalah akan semakin banyak orang yang mencoba mencari-cari kesalahan Rizieq, FPI, dan orang-orang kepercayaan Rizieq untuk kemudian dilaporkan pada pihak kepolisian sebagai pelanggar hukum dan penoda keyakinan. Itu akan membuat hidup semakin sulit.

            Jangan heran dan jangan kaget jika ada orang-orang yang kemudian mendatangi kantor polisi untuk melaporkan Rizieq, FPI, dan orang-orang dekatnya dengan kasus macam-macam yang belum bisa diperkirakan.

            Bukankah Novel sudah mulai khawatir atas tuduhan “kesaksian palsu”?

            Bukankah Munarman sudah mulai terjerat hukum karena dianggap meresahkan kehidupan harmonis di Bali?

            Jangan lagi menggunakan massa untuk menghindar dari segala tanggung jawab hukum karena itu akan menimbulkan konflik horizontal dan meruntuhkan kehormatan diri. Apalagi jika sudah terjadi korban manusia, Allah swt pasti akan meminta pertanggungjawaban atas hal itu kelak dengan sangat berat.

            Daripada harus menghadapkan massa untuk bertarung, lebih baik menyodorkan kedua tangan untuk bersalaman, bersaudara, dan berangkulan dengan damai. Itu lebih baik karena Allah swt sangat mencintai kasih, sayang, cinta, dan perdamaian.

            Begitu Zieq, nasihat dari saya.

            Lakukan sekarang juga dari hal yang paling kecil mulai dari diri sendiri.

No comments:

Post a Comment