oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Dikiranya hebat gitu bawa
orang bergerombol-gerombol, lalu teriak-teriak?
Dikiranya jadi jagoan gitu mengerahkan massa sampai
bejibun-bejibun banyaknya?
Dikiranya pemberani gitu mempengaruhi massa sampai mau long march bareng-bareng?
Bagi saya, tidak sama sekali!
Hahahaha … sori and maaf saya ketawa … soalnya, lucu
melihatnya.
Perilaku seperti itu sama sekali tidak hebat, bukan
jagoan, dan bukan pemberani. Perilaku seperti itu pertanda seorang pengecut!
Seorang pemberani tidak akan bawa banyak-banyak massa
untuk menemaninya memenuhi panggilan polisi. Lihat itu Ahok. Contoh Ahok.
Ketika dilaporkan ke polisi, Ahok segera mendatangi kantor polisi untuk menyampaikan
klarifikasi dan siap untuk bekerja sama dengan polisi, padahal polisi belum
melakukan pemanggilan kepadanya. Dia tidak bawa massa banyak-banyak, beberapa
orang saja yang dianggap penting. Dia itu pemberani. Ketika tiba masanya
dipanggil, dengan segera Ahok memenuhinya dengan patuh.
Bahkan, Ahok bilang, “Saya siap dipenjara jika saya salah
dan semua keributan adalah memang gara-gara Ahok!”
Hebat sekali dia.
Di samping itu, dia selalu hadir lebih pagi dalam acara
persidangannya. Itu tandanya dia berani dan mau bekerja sama dengan aparat
hukum.
Berbeda jauh dengan Rizieq. Ketika dilaporkan Sukmawati Soekarnoputri, ia
menghindar dan mencoba berkelit dengan akan melaporkan balik Sukmawati. Di
samping itu, tak ada pernyataan yang menunjukkan dirinya sebagai seorang
pemberani dengan menegaskan bahwa dirinya siap masuk penjara jika salah.
Hal yang lebih lucu adalah jangankan langsung datang ke
kantor polisi untuk mengklarifikasi laporan Sukmawati dan menyatakan siap
bekerja sama, dipanggil polisi pun Rizieq tidak datang. Alasannya sakit. Baru
setelah polisi menyatakan ketegasannya akan menjemput paksa jika dipanggil lagi
tidak datang, Rizieq akhirnya datang. Itu pun ditemani sama ribuan orang yang
bikin macet jalan yang suka dipakai orang untuk ke Rumah Sakit Al Islam dan
Rumah Sakit Ujungberung, padahal siang hari. Kalau malam hari sih wajar
ditemani orang karena mungkin takut sama hantu kuntilanak.
Memenuhi panggilan polisi sih, Rizieq emang iya, tetapi terjadi
keributan di sana karena bawa massa banyak-banyak. Hal itu memprovokasi
kelompok masyarakat lain yang juga punya massa banyak sehingga datang ke tempat
yang sama. Coba kalau dia pemberani dan bukan pengecut yang gemar berlindung di
balik massa, tidak akan terjadi keributan. Datang sendiri dong kayak Ahok.
Kalau datang sendiri, itu namanya pemberani, hero, dan bukan pengecut. Malu
dong sama Ahok.
Ketika sudah terjadi keributan, Rizieq dan konco-konconya
malah nyalahin Kapolda Jawa Barat Anton Charliyan. Aneh. Padahal, dia sendiri
yang datang bawa banyak orang yang kemudian memicu masyarakat lain untuk
datang. Coba kalau sendirian datang sebagai pemberani, keributan pasti tidak
akan ada. Karena pengecut dan lebih nyaman dengan ditemani gerombolan orang,
keributan pun pecah. Perlu diingat bahwa kehadiran kelompok lain itu adalah
karena terpicu Rizieq yang bawa banyak massa. Kalau Rizieq tidak sering-sering
bawa massa banyak, mereka tidak akan datang.
Rizieq bisa saja berkilah bahwa dirinya tidak mengerahkan
massa untuk datang, tetapi para pendukungnya yang ingin datang sendiri membantu
dirinya sebagai sesama muslim. Kalau alasannya seperti itu, saya pasti tertawa
terbahak-bahak karena tetap saja dengan membiarkan orang datang bergerombol
banyak-banyak bikin macet untuk menemaninya sama dengan merupakan tanda
kepengecutan. Seorang pemberani pasti akan melarang orang lain datang untuk
menemaninya karena dia tidak memerlukannya.
Saya kasih contoh bagaimana seorang hero yang benar-benar
Sang Pemberani Sejati. Dia adalah ayahnya Sukmawati Soekarnoputri. Ketika Ir.
Soekarno hendak keluar dari Penjara Sukamiskin, Bandung, karena masa
penahanannya berakhir, teman-temannya datang dari Surabaya untuk mengabarkan
bahwa para pejuang Surabaya akan segera mengerahkan massa ke Bandung untuk menjemput
Soekarno sekaligus melakukan demonstrasi.
Soekarno sebagai seorang Pemberani Sejati menasihati
teman-temannya itu, “Tidak perlulah
teman-teman menjemput saya. Biarlah saudara-saudara kita tetap di Surabaya.
Saya yang nanti akan datang sendiri ke Surabaya. Baik sekali jika tidak datang
menjemput saya karena uang-uang yang digunakan untuk ongkos ke Bandung dapatlah
digunakan untuk kepentingan teman-teman, apalagi di dalam zaman sekarang yang
dalam zaman kesempitan rezeki ini, kita harus berhemat. Biarlah saudara-saudara
yang di Bandung saja yang akan menjemput saya.”
Begitu seharusnya
seorang pemberani dan pecinta umat berbicara dan bertindak. Soekarno pemberani
dan tidak memerlukan ribuan orang untuk menjemput dirinya. Di samping itu, ia
mencintai rakyatnya yang sedang dalam kesulitan ekonomi. Ia tidak ingin
membuang-buang uang orang hanya untuk kepentingan dirinya.
Coba bayangkan jika ribuan massa dari Surabaya dan
Bandung berkumpul di depan Penjara Sukamiskin, Bandung. Di samping jalanan macet, uang banyak keluar, juga bisa
terjadi bentrokan dengan polisi kolonial dan penduduk pribumi yang pro-Belanda.
Soekarno tahu itu dan ia tidak menginginkan hal itu terjadi. Begitulah seorang
pemikir cerdas yang pemberani melakukan pertimbangan.
Rizieq itu tampak sekali pengecutnya. Ketika dia
dilaporkan Ormas Sunda mengenai sampurasun,
eh dia bukannya berani menghadapi, malah balik melaporkan Dedi Mulyadi yang
katanya menghina Islam lewat bukunya. Padahal, jika dilihat, laporan Rizieq itu mengada-ada dan
hanya merupakan tindakan menghindarkan diri dari kasus penghinaan sampurasun. Apa yang disebut penghinaan
Islam menurut Rizieq yang dilakukan
Dedi Mulyadi sebetulnya karena Rizieq tidak mengerti tentang Islam itu sendiri
yang disampaikan dengan menggunakan bahasa rasa oleh Dedi Mulyadi.
Ketika Rizieq dilaporkan oleh Sukmawati, bukannya dengan
gagah menghadapi, malah balik akan melaporkan balik Sukmawati. Ketika Anton
Charliyan mulai memeriksa, Rizieq pun tampak ketakutan karena tidak bisa
menjawab banyak pertanyaan polisi. Lalu, memindahkan isu ke arah isi tesisnya
yang sama sekali tidak berhubungan dengan kata “pantat” dan hal yang dilaporkan
Sukmawati. Isu pun beralih pada keributan antara FPI dengan GMBI yang sebetulnya
dipicu oleh kepengecutan Rizieq dengan membawa ribuan massa. Lalu, beralih lagi
ke arah posisi Anton Charliyan selaku Pembina GMBI. Isu pun makin jauh ke
mana-mana, padahal pemicunya Rizieq sendiri yang pengecut bawa orang-orang
banyak untuk menemaninya. Coba kalau dia jantan dan tidak pengecut, tidak perlu
bawa banyak-banyak orang, situasi pasti kondusif.
Kepengecutan dia pun terlihat ketika mencoba mempengaruhi
orang banyak dengan meniup-niupkan isu bahwa pada uang yang dicetak BI ada logo
mirip palu arit. Logo mirip lambang
PKI itu kan cuma kata dia dan orang-orang yang serupa dia. Orang lain tidak
melihat seperti itu. Saya juga tidak melihatnya seperti palu arit. Perlu
diketahui bahwa saya ini adalah pecinta palu arit. Palu arit adalah hiburan
bagi saya ketika saya sedang tidak ada pekerjaan. Oleh sebab itu, saya banyak
membeli palu arit. Di gudang rumah saya ada empat palu yang disimpan bareng
dengan paku, tang, dan meteran. Adapun arit saya punya dua, disimpan bareng
gergaji, linggis, sendok tembok, pahat, dan alat lainnya. Jadi, saya tahu benar
bagaimana itu rupa palu dan rupa arit.
Saya tidak melihatnya ada pada gambar uang yang dicetak BI. Rizieq itu
pengecut karena tidak mau bertanya langsung pada Direktur BI tentang logo itu.
Kalau menurut dia pada gambar uang ada logo mirip palu arit, berani dong tanya
sama Direktur BI supaya mendapatkan penjelasan yang benar. Bukan ngomong
sana-sini nggak karu-karuan yang menambah-nambah kisruh isu pekerja illegal
Cina yang jumlahnya 50 juta tanpa ada mau yang bertanggung jawab tentang data
jumlah itu.
Tanya dong sama Direktur BI baik-baik. Kalau sudah
dijelaskan, jangan memaksakan diri untuk ngotot bahwa itu benar-benar lambang
palu arit. Rizieq tidak berani bertanya langsung. Dia beraninya ngomong sama
gerombolannya tidak karu-karuan. Periksa itu matanya ke rumah sakit. Orang lain
tidak melihat palu arit, dia bilang itu palu arit.
Dasar pengecut!
Kalau Rizieq benar-benar seorang Mujahid Pemberani
Sejati, buktikan bahwa dia bisa menyelesaikan sendiri masalah hukum yang
menimpa dirinya tanpa harus ditemani dengan gerombolan manusia yang telah
dipengaruhinya.
Jadilah pemberani dan jangan jadi pengecut!
Malu dong sama Ahok.
No comments:
Post a Comment