Monday, 16 January 2017

Zieq, Kamu Jangan Jadi Pengecut, Zieq

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Dikiranya hebat gitu bawa orang bergerombol-gerombol, lalu teriak-teriak?

            Dikiranya jadi jagoan gitu mengerahkan massa sampai bejibun-bejibun banyaknya?

            Dikiranya pemberani gitu mempengaruhi massa sampai mau long march  bareng-bareng?

            Bagi saya, tidak sama sekali!

            Hahahaha … sori and maaf saya ketawa … soalnya, lucu melihatnya.

            Perilaku seperti itu sama sekali tidak hebat, bukan jagoan, dan bukan pemberani. Perilaku seperti itu pertanda seorang pengecut!

            Seorang pemberani tidak akan bawa banyak-banyak massa untuk menemaninya memenuhi panggilan polisi. Lihat itu Ahok. Contoh Ahok. Ketika dilaporkan ke polisi, Ahok segera mendatangi kantor polisi untuk menyampaikan klarifikasi dan siap untuk bekerja sama dengan polisi, padahal polisi belum melakukan pemanggilan kepadanya. Dia tidak bawa massa banyak-banyak, beberapa orang saja yang dianggap penting. Dia itu pemberani. Ketika tiba masanya dipanggil, dengan segera Ahok memenuhinya dengan patuh.

            Bahkan, Ahok bilang, “Saya siap dipenjara jika saya salah dan semua keributan adalah memang gara-gara Ahok!”

            Hebat sekali dia.

            Di samping itu, dia selalu hadir lebih pagi dalam acara persidangannya. Itu tandanya dia berani dan mau bekerja sama dengan aparat hukum.

            Berbeda jauh dengan Rizieq.  Ketika dilaporkan Sukmawati Soekarnoputri, ia menghindar dan mencoba berkelit dengan akan melaporkan balik Sukmawati. Di samping itu, tak ada pernyataan yang menunjukkan dirinya sebagai seorang pemberani dengan menegaskan bahwa dirinya siap masuk penjara jika salah.

            Hal yang lebih lucu adalah jangankan langsung datang ke kantor polisi untuk mengklarifikasi laporan Sukmawati dan menyatakan siap bekerja sama, dipanggil polisi pun Rizieq tidak datang. Alasannya sakit. Baru setelah polisi menyatakan ketegasannya akan menjemput paksa jika dipanggil lagi tidak datang, Rizieq akhirnya datang. Itu pun ditemani sama ribuan orang yang bikin macet jalan yang suka dipakai orang untuk ke Rumah Sakit Al Islam dan Rumah Sakit Ujungberung, padahal siang hari. Kalau malam hari sih wajar ditemani orang karena mungkin takut sama hantu kuntilanak.

            Memenuhi panggilan polisi sih, Rizieq emang iya, tetapi terjadi keributan di sana karena bawa massa banyak-banyak. Hal itu memprovokasi kelompok masyarakat lain yang juga punya massa banyak sehingga datang ke tempat yang sama. Coba kalau dia pemberani dan bukan pengecut yang gemar berlindung di balik massa, tidak akan terjadi keributan. Datang sendiri dong kayak Ahok. Kalau datang sendiri, itu namanya pemberani, hero, dan bukan pengecut. Malu dong sama Ahok.

            Ketika sudah terjadi keributan, Rizieq dan konco-konconya malah nyalahin Kapolda Jawa Barat Anton Charliyan. Aneh. Padahal, dia sendiri yang datang bawa banyak orang yang kemudian memicu masyarakat lain untuk datang. Coba kalau sendirian datang sebagai pemberani, keributan pasti tidak akan ada. Karena pengecut dan lebih nyaman dengan ditemani gerombolan orang, keributan pun pecah. Perlu diingat bahwa kehadiran kelompok lain itu adalah karena terpicu Rizieq yang bawa banyak massa. Kalau Rizieq tidak sering-sering bawa massa banyak, mereka tidak akan datang.

            Rizieq bisa saja berkilah bahwa dirinya tidak mengerahkan massa untuk datang, tetapi para pendukungnya yang ingin datang sendiri membantu dirinya sebagai sesama muslim. Kalau alasannya seperti itu, saya pasti tertawa terbahak-bahak karena tetap saja dengan membiarkan orang datang bergerombol banyak-banyak bikin macet untuk menemaninya sama dengan merupakan tanda kepengecutan. Seorang pemberani pasti akan melarang orang lain datang untuk menemaninya karena dia tidak memerlukannya.

            Saya kasih contoh bagaimana seorang hero yang benar-benar Sang Pemberani Sejati. Dia adalah ayahnya Sukmawati Soekarnoputri. Ketika Ir. Soekarno hendak keluar dari Penjara Sukamiskin, Bandung, karena masa penahanannya berakhir, teman-temannya datang dari Surabaya untuk mengabarkan bahwa para pejuang Surabaya akan segera mengerahkan massa ke Bandung untuk menjemput Soekarno sekaligus melakukan demonstrasi.

            Soekarno sebagai seorang Pemberani Sejati menasihati teman-temannya itu, “Tidak perlulah teman-teman menjemput saya. Biarlah saudara-saudara kita tetap di Surabaya. Saya yang nanti akan datang sendiri ke Surabaya. Baik sekali jika tidak datang menjemput saya karena uang-uang yang digunakan untuk ongkos ke Bandung dapatlah digunakan untuk kepentingan teman-teman, apalagi di dalam zaman sekarang yang dalam zaman kesempitan rezeki ini, kita harus berhemat. Biarlah saudara-saudara yang di Bandung saja yang akan menjemput saya.”

            Begitu seharusnya seorang pemberani dan pecinta umat berbicara dan bertindak. Soekarno pemberani dan tidak memerlukan ribuan orang untuk menjemput dirinya. Di samping itu, ia mencintai rakyatnya yang sedang dalam kesulitan ekonomi. Ia tidak ingin membuang-buang uang orang hanya untuk kepentingan dirinya.

            Coba bayangkan jika ribuan massa dari Surabaya dan Bandung berkumpul di depan Penjara Sukamiskin, Bandung. Di samping  jalanan macet, uang banyak keluar, juga bisa terjadi bentrokan dengan polisi kolonial dan penduduk pribumi yang pro-Belanda. Soekarno tahu itu dan ia tidak menginginkan hal itu terjadi. Begitulah seorang pemikir cerdas yang pemberani melakukan pertimbangan.

            Rizieq itu tampak sekali pengecutnya. Ketika dia dilaporkan Ormas Sunda mengenai sampurasun, eh dia bukannya berani menghadapi, malah balik melaporkan Dedi Mulyadi yang katanya menghina Islam lewat bukunya. Padahal, jika  dilihat, laporan Rizieq itu mengada-ada dan hanya merupakan tindakan menghindarkan diri dari kasus penghinaan sampurasun. Apa yang disebut penghinaan Islam menurut Rizieq yang dilakukan Dedi Mulyadi sebetulnya karena Rizieq tidak mengerti tentang Islam itu sendiri yang disampaikan dengan menggunakan bahasa rasa oleh Dedi Mulyadi.

            Ketika Rizieq dilaporkan oleh Sukmawati, bukannya dengan gagah menghadapi, malah balik akan melaporkan balik Sukmawati. Ketika Anton Charliyan mulai memeriksa, Rizieq pun tampak ketakutan karena tidak bisa menjawab banyak pertanyaan polisi. Lalu, memindahkan isu ke arah isi tesisnya yang sama sekali tidak berhubungan dengan kata “pantat” dan hal yang dilaporkan Sukmawati. Isu pun beralih pada keributan antara FPI dengan GMBI yang sebetulnya dipicu oleh kepengecutan Rizieq dengan membawa ribuan massa. Lalu, beralih lagi ke arah posisi Anton Charliyan selaku Pembina GMBI. Isu pun makin jauh ke mana-mana, padahal pemicunya Rizieq sendiri yang pengecut bawa orang-orang banyak untuk menemaninya. Coba kalau dia jantan dan tidak pengecut, tidak perlu bawa banyak-banyak orang, situasi pasti kondusif.

            Kepengecutan dia pun terlihat ketika mencoba mempengaruhi orang banyak dengan meniup-niupkan isu bahwa pada uang yang dicetak BI ada logo mirip palu arit. Logo mirip lambang PKI itu kan cuma kata dia dan orang-orang yang serupa dia. Orang lain tidak melihat seperti itu. Saya juga tidak melihatnya seperti palu arit. Perlu diketahui bahwa saya ini adalah pecinta palu arit. Palu arit adalah hiburan bagi saya ketika saya sedang tidak ada pekerjaan. Oleh sebab itu, saya banyak membeli palu arit. Di gudang rumah saya ada empat palu yang disimpan bareng dengan paku, tang, dan meteran. Adapun arit saya punya dua, disimpan bareng gergaji, linggis, sendok tembok, pahat, dan alat lainnya. Jadi, saya tahu benar bagaimana itu rupa palu dan rupa arit.  Saya tidak melihatnya ada pada gambar uang yang dicetak BI. Rizieq itu pengecut karena tidak mau bertanya langsung pada Direktur BI tentang logo itu. Kalau menurut dia pada gambar uang ada logo mirip palu arit, berani dong tanya sama Direktur BI supaya mendapatkan penjelasan yang benar. Bukan ngomong sana-sini nggak karu-karuan yang menambah-nambah kisruh isu pekerja illegal Cina yang jumlahnya 50 juta tanpa ada mau yang bertanggung jawab tentang data jumlah itu.

            Tanya dong sama Direktur BI baik-baik. Kalau sudah dijelaskan, jangan memaksakan diri untuk ngotot bahwa itu benar-benar lambang palu arit. Rizieq tidak berani bertanya langsung. Dia beraninya ngomong sama gerombolannya tidak karu-karuan. Periksa itu matanya ke rumah sakit. Orang lain tidak melihat palu arit, dia bilang itu palu arit.

            Dasar pengecut!

            Kalau Rizieq benar-benar seorang Mujahid Pemberani Sejati, buktikan bahwa dia bisa menyelesaikan sendiri masalah hukum yang menimpa dirinya tanpa harus ditemani dengan gerombolan manusia yang telah dipengaruhinya.

            Jadilah pemberani dan jangan jadi pengecut!

            Malu dong sama Ahok.

No comments:

Post a Comment