oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
"Allah
kan bukan orang Arab. Tentu Allah senang kalau ayat-ayat-Nya dibaca dengan gaya
Minang, Ambon, China, Hiphop, Blues".
Begitu kan kata Ade
Armando yang dosen itu?
Kata-kata Ade Armando itu membuat marah paling tidak Johan Khan. Laporan Johan itu kemudian
berujung menjadikan Ade tersangka dugaan pelanggaran Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE).
Seharusnya, ketika Ade diminta untuk meminta maaf, segera
meminta maaf supaya urusannya selesai dan tidak berpanjang-panjang. Meminta
maaf itu bukanlah suatu kesalahan atau tanda kelemahan diri, melainkan suatu
keberanian yang tinggi yang patut diacungi jempol. Biasakan meminta maaf jika
kita melakukan kesalahan. Akan tetapi, jika merasa yakin benar dan memiliki
alasan yang tepat, jelaskan maksudnya dengan baik dan benar sehingga orang lain
mengerti.
Ade Armando tampaknya yakin dirinya benar dan tidak
salah. Alasannya, Allah memang bukan orang Arab, bahkan Allah adalah pencipta
orang Arab. Kalau kata-kata Ade memang hanya itu, tak ada masalah bagi saya,
entah bagi orang lain. Kata-kata itu sama saja dengan Allah kan bukan manusia, Allah kan bukan jin, Allah kan bukan binatang,
Allah kan bukan batu. Tak ada yang salah dengan hal itu meskipun kata-kata
itu sangat tidak etis dan sama sekali tidak perlu dikatakan atau ditulis karena
sangat tidak sopan bagi beberapa kalangan. Allah
swt jelas berbeda daripada makhluk-Nya.
Saya tidak tahu kata-kata yang mana yang membuat Johan
Khan tersinggung. Saya juga tidak tahu kata-kata yang mana yang membuat polisi
menjadikan Ade Armando menjadi tersangka. Akan tetapi, memang kalimat Ade
Armando dalam pemahaman saya sangat bermasalah.
Masalah yang pertama adalah dari segi etika pada kalimat
pertama. Kalau Ade seorang muslim, etikanya setelah kata Allah, harus diikuti “swt”,
sebagaimana setelah Muhammad, diikuti “saw”, kalau dalam bahasa Inggris, “pbuh”
(peace be upon him). Itu etika. Akan
tetapi, kalau Ade bukan muslim, tidak terlalu masalah karena mungkin nonmuslim
tidak perlu etika untuk mengatakan atau menuliskan kata Allah tanpa “swt”.
Masalah lainnya ada pada kalimat kedua, yaitu “Tentu
Allah senang kalau ayat-ayat-Nya dibaca dengan gaya Minang, Ambon, China,
Hiphop, Blues.”
Penggunaan kata “tentu”
memiliki makna kata yang hampir sama dengan “pasti”.
Persoalannya adalah dari mana Ade tahu bahwa Allah senang kalau ayat-ayat-Nya dibaca
dengan gaya Minang, Ambon, China, Hiphop, Blues?
Kapan Allah swt mengatakan bahwa diri-Nya senang kalau ayat-ayat-Nya dibaca dengan gaya Minang,
Ambon, China, Hiphop, Blues?
Ade Armando pernah bertemu langsung dengan Allah swt
sehingga bisa memastikan hal itu?
Apakah ada ayat Al Quran atau hadits yang menunjukkan atau
menjadi dasar penafsiran bahwa Allah
senang kalau ayat-ayat-Nya dibaca dengan gaya Minang, Ambon, China, Hiphop,
Blues?
Ade Armando harus menerangkan hal itu. Jika tidak, wajar
kalau menjadi tersangka. Bagi saya, persoalannya bukan pada kalimat pertama,
melainkan kalimat kedua.
Coba De, terangkan dengan baik supaya tidak terjerat
hukum.
O, ya De, kalau tidak salah, kamu pernah bilang pada
acara ILC bahwa ada peneliti yang
melakukan penelitian bahwa perilaku homoseks atau lesbian itu ada yang berasal
dari gen bawaan.
Iya, kan?
Mungkin saya tidak terlalu sempurna mengingat-ingat
kata-kata Ade tentang perilaku seks sejenis itu, tetapi kurang lebih seperti
itulah maksud Ade bahwa perilaku seks yang tidak hetero itu ada yang merupakan bawaan dari gen.
Iya, kan?
Saya hanya ingin memberitahukan bahwa memang penelitian
itu ada dan hasilnya memang seperti itu. Sayangnya, menurut Dr. Zakir Naik peneliti yang melakukan
penelitian itu adalah seorang homoseks.
Ya, wajar atuh kalau seorang homoseks menulis penelitian
dengan hasil yang melestarikan kehidupan homoseksual. Di samping itu, hasil
penelitian itu mendapat banyak tentangan dari para peneliti lain yang bukan
homoseks.
No comments:
Post a Comment