Sunday, 29 January 2017

Kata Ade: Allah Kan Bukan Orang Arab

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

"Allah kan bukan orang Arab. Tentu Allah senang kalau ayat-ayat-Nya dibaca dengan gaya Minang, Ambon, China, Hiphop, Blues".

            Begitu kan kata Ade Armando yang dosen itu?

            Kata-kata Ade Armando itu membuat marah paling tidak Johan Khan. Laporan Johan itu kemudian berujung menjadikan Ade tersangka dugaan pelanggaran Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

            Seharusnya, ketika Ade diminta untuk meminta maaf, segera meminta maaf supaya urusannya selesai dan tidak berpanjang-panjang. Meminta maaf itu bukanlah suatu kesalahan atau tanda kelemahan diri, melainkan suatu keberanian yang tinggi yang patut diacungi jempol. Biasakan meminta maaf jika kita melakukan kesalahan. Akan tetapi, jika merasa yakin benar dan memiliki alasan yang tepat, jelaskan maksudnya dengan baik dan benar sehingga orang lain mengerti.

            Ade Armando tampaknya yakin dirinya benar dan tidak salah. Alasannya, Allah memang bukan orang Arab, bahkan Allah adalah pencipta orang Arab. Kalau kata-kata Ade memang hanya itu, tak ada masalah bagi saya, entah bagi orang lain. Kata-kata itu sama saja dengan Allah kan bukan manusia, Allah kan bukan jin, Allah kan bukan binatang, Allah kan bukan batu. Tak ada yang salah dengan hal itu meskipun kata-kata itu sangat tidak etis dan sama sekali tidak perlu dikatakan atau ditulis karena sangat tidak sopan bagi beberapa kalangan. Allah swt jelas berbeda daripada makhluk-Nya.

            Saya tidak tahu kata-kata yang mana yang membuat Johan Khan tersinggung. Saya juga tidak tahu kata-kata yang mana yang membuat polisi menjadikan Ade Armando menjadi tersangka. Akan tetapi, memang kalimat Ade Armando dalam pemahaman saya sangat bermasalah.

            Masalah yang pertama adalah dari segi etika pada kalimat pertama. Kalau Ade seorang muslim, etikanya setelah kata Allah, harus diikuti “swt”, sebagaimana setelah Muhammad, diikuti “saw”, kalau dalam bahasa Inggris, “pbuh” (peace be upon him). Itu etika. Akan tetapi, kalau Ade bukan muslim, tidak terlalu masalah karena mungkin nonmuslim tidak perlu etika untuk mengatakan atau menuliskan kata Allah tanpa “swt”.

            Masalah lainnya ada pada kalimat kedua, yaitu  “Tentu Allah senang kalau ayat-ayat-Nya dibaca dengan gaya Minang, Ambon, China, Hiphop, Blues.”

            Penggunaan kata “tentu” memiliki makna kata yang hampir sama dengan “pasti”.

            Persoalannya adalah dari mana Ade tahu bahwa Allah senang kalau ayat-ayat-Nya dibaca dengan gaya Minang, Ambon, China, Hiphop, Blues?

            Kapan Allah swt mengatakan bahwa diri-Nya senang kalau ayat-ayat-Nya dibaca dengan gaya Minang, Ambon, China, Hiphop, Blues?

            Ade Armando pernah bertemu langsung dengan Allah swt sehingga bisa memastikan hal itu?

            Apakah ada ayat Al Quran atau hadits yang menunjukkan atau menjadi dasar penafsiran bahwa Allah senang kalau ayat-ayat-Nya dibaca dengan gaya Minang, Ambon, China, Hiphop, Blues?

            Ade Armando harus menerangkan hal itu. Jika tidak, wajar kalau menjadi tersangka. Bagi saya, persoalannya bukan pada kalimat pertama, melainkan kalimat kedua.

            Coba De, terangkan dengan baik supaya tidak terjerat hukum.
    
        O, ya De, kalau tidak salah, kamu pernah bilang pada acara ILC bahwa ada peneliti yang melakukan penelitian bahwa perilaku homoseks atau lesbian itu ada yang berasal dari gen bawaan.

            Iya, kan?

            Mungkin saya tidak terlalu sempurna mengingat-ingat kata-kata Ade tentang perilaku seks sejenis itu, tetapi kurang lebih seperti itulah maksud Ade bahwa perilaku seks yang tidak hetero itu ada yang merupakan bawaan dari gen.

            Iya, kan?

            Saya hanya ingin memberitahukan bahwa memang penelitian itu ada dan hasilnya memang seperti itu. Sayangnya, menurut Dr. Zakir Naik peneliti yang melakukan penelitian itu adalah seorang homoseks.


            Ya, wajar atuh kalau seorang homoseks menulis penelitian dengan hasil yang melestarikan kehidupan homoseksual. Di samping itu, hasil penelitian itu mendapat banyak tentangan dari para peneliti lain yang bukan homoseks.

No comments:

Post a Comment