oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Karena kita, Indonesia,
masih suka dengan sistem politik demokrasi dan “takut” untuk meninggalkan
demokrasi, risiko huru hara, hoax, serta
kemunafikan adalah kenyataan yang harus diterima dan dihadapi. Kita tidak bisa
menghindar dari itu semua karena merupakan suatu keniscayaan dari sistem
politik demokrasi yang memiliki tabiat buruk. Saya sudah lama menuliskan hal
ini dengan judul Demokrasi Membludakkan
Orang Munafik. Orang-orang munafik jumlahnya meningkat sangat cepat dalam
sistem politik demokrasi. Menjamurnya hoax merupakan bukti orang-orang munafik
merajalela di Indonesia yang mayoritas muslim ini, aneh.
Karena masih enggan meninggalkan sistem politik
demokrasi, kita harus menyaksikan banyak persaingan dan kompetisi yang sangat
tidak sehat. Saya tidak pernah percaya bahwa “bersaing sehat” itu ada. Persaingan
itu selalu tidak pernah sehat. Persaingan apa pun. Satu-satunya bersaing sehat
yang nyata terjadi adalah fastabiqul
khoirot, ‘bersaing dalam kebaikan’. Persaingan ini pasti sehat karena jika
tidak sehat, bukanlah “bersaing dalam kebaikan”.
Meskipun persaingan itu tidak pernah sehat, paling tidak
ada “persaingan yang baik dan beradab”. Persaingan yang baik dan beradab itu
ada di Dangdut Academy. Para peserta
dangdut itu bersaing mulai di setiap kota, provinsi, lalu bersaing di tingkat
nasional. Bahkan, bersaing di tingkat Asia yang dikenal dengan Dangdut Academy Asia. Mereka memang
bersaing, tetapi tidak saling menjatuhkan. Mereka saling menghormati dan saling
menyayangi. Jika di antara mereka ada yang tersenggol
sehingga kalah dan harus meninggalkan panggung, saingannya pun ikut sedih,
menangis karena kehilangan teman. Para peserta itu tidak pernah pelit berbagi
ilmu terhadap saingannya. Mereka saling berbagi dan saling belajar. Dalam
panggung mereka memang bersaing, tetapi performa mereka merupakan hasil saling
belajar dengan saingannya. Tak pernah mereka melakukan black campaign dan menjatuhkan nama baik lawannya, padahal setiap
dari mereka sedang berkompetisi. Mereka tidak mengenal perbedaan Sara. Mereka
saling terancam jatuh, tetapi tidak saling menjatuhkan. Mereka bersaing dengan
cara mempersembahkan kemampuan mereka yang terbaik hingga ke tingkat paling
maksimal tanpa menghancurkan nama baik musuhnya.
Setelah mereka menjadi artis pun tidak ada keinginan
untuk melakukan kudeta makar kepada Raja
Dangdut Bang Haji Rhoma Irama. Kalaupun ada yang berkeinginan untuk menjadi
Raja Dangdut, satu-satunya cara yang ditempuh adalah harus mampu melahirkan
karya yang melebihi karya Bang Haji. Demikian pula, tidak ada yang berkeinginan
untuk menggeser posisi Ratu Dangdut Elvi
Sukaesih. Kalau ada yang ingin jadi Ratu Dangdut, mereka harus mampu tampil
lebih maksimal dibandingkan Elvi Sukaesih.
Mereka tidak pernah menginginkan posisi Raja dan Ratu
dengan menggunakan huru hara dan hoax karena itu tidak mungkin dan hanya akan
mempermalukan diri sendiri. Mereka pun tidak pernah merasa terpaksa untuk
berada pada posisinya masing-masing. Kalaupun memiliki kelebihan, posisi mereka
tetap berada di bawah Rhoma Irama dan Elvi Sukaesih. Misalnya, Pangeran
Dangdut, Ratu Pantura, Ratu Ngebor, Ratu Ngecor, atau apalah.
Semestinya, para politisi malu kepada para penyanyi
dangdut yang mampu bersaing tanpa melakukan kebohongan dan black campaign.
Mereka memang ingin tampil lebih baik dibandingkan orang lain, tetapi tidak
melakukan kecurangan. Mereka memang ingin mengalahkan orang lain, tetapi dengan
cara menampilkan karya-karya terbaik mereka. Jika ada yang kalah, mereka
sendiri tampak sedih, padahal yang menang itu sudah jelas menjatuhkan yang
kalah. Politisi harus meniru mereka. Politisi harus berguru kepada para
penyanyi dangdut tentang bagaimana caranya bersaing tanpa harus menghancurkan
nama baik dan karya orang lain.
Cobalah bikin pembekalan terhadap para politisi dengan
instruktur seperti Lesti, Danang, Irsya, Soimah, Iis Dahlia, Rita Sugiarto,
Inul Daratista, dan lain sebagainya. Mereka bersaing mencari rezeki dengan
merebut hati rakyat, tetapi berupaya keras pula memberikan ilmu pengetahuan
kepada sesama artis dangdut tanpa takut merasa tersaingi.
Cobalah merasa malu kepada artis dangdut. Belajarlah
dangdut agar hati kalian menjadi lembut dan ceria.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment