oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Terkait virus corona yang
banyak dibicarakan orang itu, saya menganggap terlalu banyak berita yang
menakutkan, bahkan berlebihan hingga ke tingkat hoax. Benar virus itu ada dan menyerang umat manusia, tetapi berita
yang tersebar terlalu horor. Padahal, angka kesembuhan dari serangan virus itu
jauh lebih tinggi dibandingkan angka kematiannya.
Mengapa kita tidak banyak menyebar berita gembira dengan
berbagai keberhasilan kesembuhan itu?
Mengapa kita lebih suka dengan berita-berita horor itu
yang bisa saja mengandung dusta karena tidak bersumber dari sumber yang jelas
dan bisa dipercaya?
Sudah saya katakan bahwa tidak kurang dari 123 kasus
kebohongan tentang corona yang ditangani polisi dan orang-orangnya sudah
ditangkap. Kita tidak perlu menjadi orang yang kesekian ditangkap polisi karena
kebohongan semacam itu. Di samping bisa menyesatkan diri sendiri, juga
menyesatkan orang lain. Hal yang paling penting diingat adalah kita akan
dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kita posting di Medsos kita di
akhirat kelak oleh Allah swt.
Kalau ada yang bilang di Indonesia kasusnya sudah
mencapai 1,5 juta orang, tanyakan dari mana muncul angka itu? Dari mana
sumbernya? Siapa yang menulisnya? Apa keahliannya?
Dari data yang saya perhatikan, pada
databoks.katadata.co.id satu hari yang lalu disebutkan bahwa kasus corona
secara global adalah 159.625. Angka kematiannya hanya 5.960 orang. Adapun
kesembuhannya mencapai angka 75.956 orang.
Di Indonesia sendiri kasus corona hanya 134 orang. Angka
kematian hanya 5 orang, sedangkan pasien yang sembuh 8 orang. Masih lebih
banyak yang sembuh dibandingkan yang meninggal. Hal ini diberitakan oleh “detiknews” sepuluh jam lalu.
Kita memang benar harus menghadapi virus tersebut dengan
sekuat tenaga, tetapi juga harus menebar semangat dan harapan agar kita bisa
terlepas dari ancaman virus tersebut.
Orang Cina punya teriakan, “Wuhan Jia You!”
‘Wuhan, Semangat!’, teriakan mereka
ketika olimpiade yang kembali digunakan ketika Wuhan diisolasi. Mereka pun kini
berangsur pulih.
Kita punya teriakan, “In
do ne sia !”
Teriakan kita ketika
berada di pertandingan-pertandingan olah raga internasional.
Kini saatnya kita saling menguatkan, memberikan harapan,
menabur doa, membakar semangat kesembuhan, sekaligus menekan dan menghentikan
penyebaran ancaman dan ketakutan yang berlebihan.
` Sampurasun.
No comments:
Post a Comment