oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Para pejuang di garis depan
dalam memerangi wabah virus corona seharusnya mendapatkan apreasiasi dan
perlindungan semua pihak. Akan tetapi, para pembuat dan penyebar hoax telah
menyiksanya. Para pecinta hoax tidak akan mengerti mengapa mereka telah menyiksa
para petugas kesehatan. Mereka memang sejak dulu disebut orang-orang “sumbu
pendek” yang bertindak dan berbicara dengan pikiran yang pendek, empatinya
buruk, dan otaknya sempit. Otaknya tidak akan sampai untuk memikirkan bahwa
perilakunya telah menyiksa petugas kesehatan sekaligus menghambat
penanggulangan wabah virus corona.
Baiklah, saya ceriterakan bahwa para pendusta ini telah
menyiksa para petugas kesehatan. Dalam siaran langsung ILC, “Indonesia Lawyers Club”, 24 Maret 2020,
ada dokter yang mengisahkan bahwa dirinya mendapatkan Curhat dari perawat yang
pulang ke tempat kost setelah bertugas merawat pasien corona. Perawat itu
ditolak atau diminta untuk tidak kost di tempat itu lagi oleh pemilik kost. Ibu
Kost keberatan karena ketakutan Sang Perawat dapat menyebarkan virus corona di
tempatnya kost.
Mengapa Si Ibu Kost ketakutan?
Dia kemungkinan besar telah mendapatkan banyak informasi
hoax tentang segala hal terkait virus corona. Padahal, menurut dokter, para
petugas kesehatan itu selalu dicek kesehatannya. Jika negatif, mereka akan
terus “gas poll” bekerja merawat
pasien dan tentunya bisa pulang beristirahat. Jika positif, mereka akan menjadi
pasien.
Coba bayangkan, para perawat yang berjuang untuk manusia
dan kemanusiaan itu ditolak untuk pulang ke tempatnya kost. Mereka seharusnya
dibantu, dihadiahi, dan diberikan semangat, tetapi ternyata mendapatkan penolakan
seolah-olah monster menakutkan yang akan membawa penyakit. Ini akibat hoax
dengan informasi yang berlebihan tanpa pikir panjang.
Ada lagi kisah dokter yang pulang karena orang tuanya
sangat rindu kepadanya. Akan tetapi, pengurus warga setempat, seperti, RW dan
RT keberatan dengan kepulangan dokter tersebut. Mereka ketakutan dokter
tersebut menularkan virus corona di wilayahnya. Padahal, dokter itu pulang
pasti sudah dicek kesehatannya. Jika buruk atau positif corona, mereka pasti
sudah menjadi pasien serta dirawat dan diisolasi di rumah sakit.
Kita tidak tahu berapa banyak perawat, dokter, atau
petugas kesehatan lainnya yang mendapatkan perlakuan seperti ini. Mereka adalah
pejuang yang harus diberikan dukungan dan semangat, bukan ditolak dan disakiti
hatinya.
Jika mereka tidak bisa pulang, hendak ke mana mereka
setelah berhari-hari letih untuk merawat pasien?
Mereka tersiksa karena masyarakat mendapatkan informasi
hoax yang berlebihan sehingga ketakutan yang berlebihan pula.
Para petugas kesehatan ini jika memang melaksanakan
perintah Allah swt untuk menyelamatkan manusia dan kemanusiaan adalah para
mujahid sejati. Kalaupun mereka harus mati karena berjuang, insyaallah syahid dan mendapatkan surga.
Adapun para pecinta hoax hanyalah orang-orang gila yang
pasti masuk neraka jika tidak menghentikan perbuatannya, lalu taubat
sebenar-benarnya taubat.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment