Wednesday, 25 March 2020

Hoax Menyiksa Petugas Kesehatan


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Para pejuang di garis depan dalam memerangi wabah virus corona seharusnya mendapatkan apreasiasi dan perlindungan semua pihak. Akan tetapi, para pembuat dan penyebar hoax telah menyiksanya. Para pecinta hoax tidak akan mengerti mengapa mereka telah menyiksa para petugas kesehatan. Mereka memang sejak dulu disebut orang-orang “sumbu pendek” yang bertindak dan berbicara dengan pikiran yang pendek, empatinya buruk, dan otaknya sempit. Otaknya tidak akan sampai untuk memikirkan bahwa perilakunya telah menyiksa petugas kesehatan sekaligus menghambat penanggulangan wabah virus corona.

            Baiklah, saya ceriterakan bahwa para pendusta ini telah menyiksa para petugas kesehatan. Dalam siaran langsung ILC, “Indonesia Lawyers Club”, 24 Maret 2020, ada dokter yang mengisahkan bahwa dirinya mendapatkan Curhat dari perawat yang pulang ke tempat kost setelah bertugas merawat pasien corona. Perawat itu ditolak atau diminta untuk tidak kost di tempat itu lagi oleh pemilik kost. Ibu Kost keberatan karena ketakutan Sang Perawat dapat menyebarkan virus corona di tempatnya kost.

            Mengapa Si Ibu Kost ketakutan?

            Dia kemungkinan besar telah mendapatkan banyak informasi hoax tentang segala hal terkait virus corona. Padahal, menurut dokter, para petugas kesehatan itu selalu dicek kesehatannya. Jika negatif, mereka akan terus “gas poll” bekerja merawat pasien dan tentunya bisa pulang beristirahat. Jika positif, mereka akan menjadi pasien.

            Coba bayangkan, para perawat yang berjuang untuk manusia dan kemanusiaan itu ditolak untuk pulang ke tempatnya kost. Mereka seharusnya dibantu, dihadiahi, dan diberikan semangat, tetapi ternyata mendapatkan penolakan seolah-olah monster menakutkan yang akan membawa penyakit. Ini akibat hoax dengan informasi yang berlebihan tanpa pikir panjang.

            Ada lagi kisah dokter yang pulang karena orang tuanya sangat rindu kepadanya. Akan tetapi, pengurus warga setempat, seperti, RW dan RT keberatan dengan kepulangan dokter tersebut. Mereka ketakutan dokter tersebut menularkan virus corona di wilayahnya. Padahal, dokter itu pulang pasti sudah dicek kesehatannya. Jika buruk atau positif corona, mereka pasti sudah menjadi pasien serta dirawat dan diisolasi di rumah sakit.

            Kita tidak tahu berapa banyak perawat, dokter, atau petugas kesehatan lainnya yang mendapatkan perlakuan seperti ini. Mereka adalah pejuang yang harus diberikan dukungan dan semangat, bukan ditolak dan disakiti hatinya.

            Jika mereka tidak bisa pulang, hendak ke mana mereka setelah berhari-hari letih untuk merawat pasien?

            Mereka tersiksa karena masyarakat mendapatkan informasi hoax yang berlebihan sehingga ketakutan yang berlebihan pula.

            Para petugas kesehatan ini jika memang melaksanakan perintah Allah swt untuk menyelamatkan manusia dan kemanusiaan adalah para mujahid sejati. Kalaupun mereka harus mati karena berjuang, insyaallah syahid dan mendapatkan surga.

            Adapun para pecinta hoax hanyalah orang-orang gila yang pasti masuk neraka jika tidak menghentikan perbuatannya, lalu taubat sebenar-benarnya taubat.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment