oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
“Kapankah
mendung datang mengalun, mengusir kemarau kali ini …?”
begitu lirik “Kemarau” dari Prambors
Band.
Kalaulah wabah Covid-19 diibaratkan kemarau yang
menyiksa, tentunya kita berharap bahwa kemarau itu segera berganti dengan
mendung yang kemudian menurunkan hujan yang menyegarkan.
Semakin lama kemarau semakin tersiksa kita, tetapi musim
tidak akan selamanya kemarau, musim hujan pun segera datang seperti lanjutan
lirik itu, “Tapi sabarlah diri menanti
kemarau pasti pergi berganti.”
Pengalaman menunjukkan
hal seperti itu. Kita pernah diserang wabah malaria, kolera, flu burung, flu
babi, sars, dan lain sebagainya. Semuanya berlalu, kita melewatinya karena
seperti itulah hidup dan kehidupan ini.
Badai penyakit kerap ada, tetapi semuanya berlalu seperti
kata Novelis Marga T, “Badai Pasti
Berlalu.”
Kata Allah swt, “Sesungguhnya di balik kesulitan ada
kemudahan dan sungguh di balik kesulitan ada kemudahan.”
Dua kali Allah swt
mengatakan “di balik kesulitan ada
kemudahan” untuk meyakinkan kita agar tetap kuat dalam hidup ini.
Kita tidak boleh
terjebak dalam kekalutan masa ini karena “life
must go on”, ‘hidup harus jalan terus’. Waktu terus bergulir dan tidak
pernah berhenti. Di dalam masa-masa sulit kita tetap harus merancang masa depan
kita. Oleh sebab itu, bagi para lulusan SMA/MA/SMK atau mereka yang kuliahnya
sempat terhenti, kami mengajak untuk meneruskan studi di Universitas Al-Ghifari
dan memanfaatkan berbagai “fasilitas gratis”
yang disediakan bagi mereka yang berhak menggunakannya.
Universitas Al-Ghifari, Bandung, Memberikan Banyak Fasilitas Gratis |
Life must go on, hidup
harus jalan terus. Badai pasti berlalu. Musim Covid-19 akan kita lewati dan
tinggal kenangan, insyaallah.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment