oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
“Pait
daging pahang tulang”, ‘pahit daging pengar tulang’. Itu doa
yang sering diucapkan nenek saya buat saya ketika masih kecil. Maksudnya, dia
berharap saya sehat selalu, dilindungi Allah swt dengan daging saya yang pahit
dan tulang saya yang pahang/pengar sehingga tidak disukai kuman-kuman,
virus-virus penyakit. Kalau daging saya pahit, darah pun pahit. Demikian pula
tulang jika pahang, tidak disukai penyakit. Artinya, saya jauh dari penyakit,
sehat selalu.
Oh ya, “pahang” itu
bahasa Sunda dan saya belum menemukan padanan kata yang tepat dalam bahasa
Indonesia. Pahang itu adalah sebuah rasa di lidah yang tidak enak dan berbau
mirip-mirip tengik di hidung. Pokoknya begitulah.
Kalau daging saya manis, darah saya juga legit, tulang
saya gurih, penyakit akan menyukainya. Tubuh kita jadi sarang penyakit.
Kalimatnya jadi “manis daging gurih
tulang”, artinya disukai dan digemari kuman dan virus penyakit.
Salah satu cara supaya daging kita pahit dan tulang kita
pahang adalah rajin memakan yang pahit-pahit. Di tengah wabah virus corona ini
saya jadi ingat bagaimana saya diajari Nenek makan makanan yang pahit-pahit,
misalnya, paria, daun singkong, dan daun pepaya. Saya pun mencari-cari di kebun
samping dan belakang rumah. Alhamdullillah,
ada. Sayuran pahit itu tentu saja harus dicuci hingga bersih dan dimakan
mentah-mentah. Supaya tidak terlalu pahit, pakai sambal ditambah sedikit ikan
asin, tempe, sayur kacang merah, lalu nasinya baru matang, ngebul. Kalau pake
kerupuk, tambah nikmat.
Ketika saya memetik daun muda pepaya, tetangga saya bertanya sambil menjemur bayinya telanjang bulat, “Mau direbus dulu ya, Pak?”
Daun Singkong Muda dan Jambu Biji Mempunyai Khasiat untuk Meningkatkan Daya Tahan Tubuh |
Ketika saya memetik daun muda pepaya, tetangga saya bertanya sambil menjemur bayinya telanjang bulat, “Mau direbus dulu ya, Pak?”
Eh, yang telanjang itu bukan tetangga saya, tetapi
bayinya yang berusia tiga bulan.
“Nggak, Bu. Mau dimakan mentah-mentah. Saya diajarin
nenek saya begitu.”
“Wah, Pak Tom kuat makan yang pahit?”
“Insyaallah, Bu.”
Saya sebenarnya tidak tahu, apakah aman direbus dulu atau
dimakan mentah-mentah. Akan tetapi, saya khawatir jika direbus dulu, zat-zat
positif di sayuran itu mati. Entahlah, para ahli yang lebih tahu soal ini. Saya
cuma ngikutin cara nenek saya saja.
Daun Singkong Muda, Paria, Daun Pepaya Muda, Paria, dan Sintrong yang Bermanfaat |
Pemerintah sudah berusaha mendatangkan obat, melengkapi
fasilitas kesehatan, program “physical distancing”,
‘menjauhkan jarak tubuh dengan orang lain’, dan sebagainya. Kita pun bisa
berusaha sendiri dengan cara mengikuti anjuran pemerintah dan memperkuat daya
tahan tubuh terhadap penyakit, salah satunya dengan memakan konsumsi yang
pahit-pahit, tetapi menyehatkan.
Ibu saya pernah melihat nyamuk mendekati tangan adiknya,
paman saya, tetapi ketika makin dekat, nyamuk itu pergi lagi dengan gerakan
kaget, takut, lalu menjauhi paman saya. Salah satu penjelasannya adalah paman
saya sering mengonsumsi yang pahit-pahit.
“Sing pait daging
pahang tulang”. Jangan sampai “manis
daging gurih tulang”.
Jangan terlalu sering
makan yang enak-enak, yang manis-manis, apalagi kalau harganya mahal-mahal.
Enak makannya, nggak enak bayarnya. Daging dan tulang kita bisa manis dan gurih
buat kuman atau virus.
Buatlah tubuh kita
tidak disukai penyakit, bukan digemari penyakit untuk dijadikan sarang bagi
kuman dan virus.
Jagalah tubuh mulai dari diri sendiri, mulai dari hal
yang paling kecil, dan mulai saat ini juga.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment