Wednesday 19 May 2021

Antara Pahlawan dan Penjahat

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Konflik Israel dan Palestina memunculkan dua kubu pemikiran di tanah air Indonesia. Ada yang pro-Palestina dan ada yang pro-Israel. Mayoritas adalah yang pro-Palestina, sedangkan yang pro-Israel jumlahnya hanya beberapa gelintir orang, sebagaimana jumlah orang Israel yang juga sangat sedikit, dengan jumlah penduduk DKI Jakarta saja beda-beda tipis, sekitar sembilan juta orang. Dilihat dari opini yang beredar, para pendukung Israel ini miskin data, berpendapat hanya parsial, tidak utuh, dan menyandarkan pendapatnya dari sumber-sumber Israel. Mereka membenci Hamas yang dianggapnya penjahat dan teroris karena melawan Israel. Padahal, Hamas eksis itu disebabkan perilaku Israel yang banyak melakukan kejahatan kepada bangsa Palestina.

Jika Israel dari dulu mau secara beradab mengikuti program “two state solution”, ‘solusi dua negara merdeka’, yaitu di wilayah itu tercipta Negara Israel Merdeka dan Palestina Merdeka dengan hidup berdampingan, situasinya akan jauh berbeda, persoalan bisa diselesaikan dengan cara berdialog dan diskusi-diskusi yang jauh lebih elegan. Akan tetapi, zionis lebih memilih jalan premanisme, terorisme, dan kriminalisme yang mengakibatkan situasi semrawut hingga saat ini. Mereka memang kurang belajar dari sejarah mereka sendiri yang penuh masalah dan penuh kekacauan dari zaman ke zaman.

            Bagi zionis dan para pendukungnya, termasuk yang berada di Indonesia, Israel memiliki hak untuk melakukan kekerasan dan kekejaman terhadap bangsa Palestina dengan dalih bahwa Israel pun berhak hidup dan membela dirinya. Oleh sebab itu, bagi mereka, Hamas adalah penjahat yang harus dimusnahkan karena melawan Israel. Bagi Palestina dan para pendukungnya di seluruh dunia, Zionis Israel adalah penjahat karena menjajah Palestina. Hamas adalah pahlawan yang mengimbangi berbagai kejahatan yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina.

            Sesungguhnya, perbedaan pendapat dan pemikiran ini selalu ada dalam setiap konflik yang terjadi antara para penjajah dengan bangsa yang dijajah. Tidak terlalu aneh.

            Di Indonesia, bagi Belanda, selaku penjajah, dan para pendukung penjajahan, Pangeran Diponegoro adalah perampok, penjahat, dan provokator yang menghasut para petani untuk memberontak terhadap Belanda. Akan tetapi, bagi Indonesia, Pangeran Diponegoro adalah pahlawan yang sangat dihormati hingga saat ini karena membela rakyat kecil, termasuk para petani.

            Haji Hasan  Arif dari Cimareme, Garut, adalah provokator, ekstrimis, dan penghasut karena memprovokasi para petani untuk tidak menyerahkan beras sebagai pajak kepada Belanda. Dia mengumpulkan para santri dari Garut, Ciamis, Tasikmalaya, Sumedang, Bandung, dan beberapa daerah lainnya di Jawa Barat untuk berperang  melawan Belanda. Bagi Belanda, selaku penjajah, dan para pendukungnya, Haji Hasan Arif adalah penjahat yang harus dibunuh karena melawan penjajahan. Akan tetapi, bagi Indonesia, khususnya rakyat Garut, Hasan Arif adalah pejuang, pahlawan karena melakukan perlawanan kepada Belanda.

            Omar Mochtar, bagi Italia adalah perampok, pembunuh, dan penjahat karena melakukan serangkaian serangan kepada pasukan Italia yang melakukan penjajahan pada Libya. Bagi rakyat Libya dan para pendukungnya, Omar Mochtar adalah pejuang, pahlawan, dan mujahid yang sangat dihormati. Ia sampai hari ini dikenal dengan gelarnya sebagai “Lion of The Desert”, ‘Singa Padang Pasir’.

            Hamas bagi Zionis Israel dan pendukungnya adalah penjahat karena melakukan perlawanan terhadap Israel yang menjajah Palestina. Bagi bangsa Palestina dan pendukungnya, saat  ini Hamas adalah pejuang dan pahlawan karena melakukan pembalasan atas kejahatan yang dilakukan Israel kepada bangsa Palestina.

            Berdasarkan fakta-fakta tersebut, sebutan pahlawan atau penjahat bergantung posisi kita. Jika kita mendukung penjajahan, mereka yang melawan penjajahan adalah penjahat. Sebaliknya, jika kita mendukung rakyat terjajah, mereka yang melawan penjajahan adalah pejuang dan pahlawan. Posisi kita menentukan pendapat kita.

            Secara konstitusi, rakyat Indonesia wajib mendukung rakyat terjajah dan harus anti terhadap penjajahan. Secara kemanusiaan yang berlaku universal, kita wajib mengakui bahwa semua manusia itu memiliki hak dasar yang sama untuk merdeka. Secara ketuhanan, kita harus memahami bahwa semua manusia itu memiliki kewajiban untuk hidup harmonis dan saling menyayangi.

Ingat bahwa  pendapat dan perilaku kita akan dimintai pertanggungjawaban di alam akhirat nanti.

Sampurasun.

No comments:

Post a Comment