oleh Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Baru-baru ini selepas
tindakan pengusiran paksa warga Palestina di Sheik Jarrah dan kekerasan terhadap
warga Palestina di Masjijd Al Aqsa oleh Israel, beberapa gelintir orang
Indonesia memposting tulisan atau pidato Presiden Turki Recep Tayip Erdogan
yang isinya kecaman keras terhadap Israel. Kecaman Erdogan terhadap Israel
memang keras dan itu bagus sebagai seorang kepala negara. Akan tetapi, banyak presiden
dan pemimpin negara lain pun, baik yang penduduknya mayoritas muslim maupun
nonmuslim melakukan kecaman serupa. Tidak terkecuali, Presiden RI Jokowi pun
mengutuk keras soal tindakan brutal Israel. Jadi, bukan hanya Erdogan yang
melakukan kecaman keras.
Hal yang membuat saya tertarik adalah mereka yang
memposting pidato Erdogan menambahinya dengan narasi-narasi berlebihan, cenderung
mengecilkan peranan Indonesia terhadap sikap Israel, bahkan melakukan
penghinaan yang tanpa bukti terhadap Indonesia. Seolah-olah Erdogan adalah
segala-galanya, pemimpin utama umat Islam sedunia, dan Indonesia dituding
sebagai negara lemah yang tidak peduli umat Islam. Digambarkan Erdogan adalah
pahlawan sejati umat Islam dengan Turki yang penuh kemakmuran. Pokoknya Erdogan
dan Turki adalah nomor wahid.
Bagi saya, mereka ini orang-orang lucu. Mereka adalah
orang-orang Indonesia yang memuja-muji Turki.
Kalaulah
memang Erdogan adalah segala-galanya dan mampu mengatasi persoalan umat Islam sedunia
dengan sukses, lalu Turki adalah negara penuh gemerlap cahaya keagungan dan
kemakmuran, kenapa tidak pindah saja menjadi warga Negara Turki?
Mengapa
mereka masih tinggal di Indonesia yang katanya lemah, dzalim, dan tidak peduli
umat Islam itu?
Hijrah
dong ke Turki, lalu nikmati kenyamanan di sana. Berbahagialah dengan nostalgia
tentang “Sultan Mehmed II” atau yang
lebih sering dikenal dengan nama “Al
Fatih” itu.
Kalau
masih tinggal di Indonesia, tetapi memuja Turki setinggi langit, itu aneh. Mereka
memang orang-orang aneh.
Sudahlah,
biarkan keanehan itu tetap aneh dan lucu.
Apabila
dilihat dari sisi hubungan internasional, terutama dalam hal diplomatik, sikap
Indonesia jauh lebih tegas dibandingkan Turki. Sejak Indonesia merdeka, Israel
selalu bersikap baik kepada Indonesia, terutama terhadap para presiden terpilih
Indonesia. Israel selalu mengucapkan selamat kepada presiden RI terpilih. Itu
terjadi sejak zaman Ir. Soekarno. Mereka melakukan itu dengan harapan dapat
membuka hubungan diplomatik dengan Indonesia. Akan tetapi, tidak seorang
presiden Indonesia pun yang menanggapi keinginan Israel itu. Membuka hubungan diplomatik
dengan Israel adalah sama dengan menyatakan persahabatan dengan Israel, setiap negara
yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia berarti sahabat Indonesia. Penolakan
Indonesia untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel sama artinya dengan
menolak bersahabat dengan Israel. Pernah memang Indonesia seakan-akan hendak
membuka hubungan persahabatan dengan Israel ketika masa pemerintahan Presiden
Abdurahman Wahid atau yang kerap disapa Gus Dur. Akan tetapi, rakyat Indonesia
menolaknya dan Gus Dur menggunakan penolakan rakyat itu sebagai alasan kepada
Israel untuk tidak membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Tak mau
bersahabat dengan Israel. Kejadian akhir-akhir ini Indonesia ditawari bantuan
sejumlah uang yang sangat fantastis oleh Amerika Serikat agar mau membuka
hubungan persahabatan dengan Israel. Akan tetapi, tidak perlu Presiden Jokowi
yang menjawab rayuan Amerika Serikat itu, cukup Menteri Luar Negeri RI Retno
Marsudi yang menegaskan bahwa Indonesia “tidak
memiliki rencana untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel”. Penolakan
yang sangat tegas. Padahal, negara-negara Arab sudah banyak yang berhubungan
dengan Israel atas mediasi yang dilakukan Amerika Serikat dengan menggunakan
sejumlah kucuran dana yang sangat besar kepada negara-negara di kawasan itu.
Indonesia
tidak tertarik dengan tawaran itu meskipun dengan rayuan bertumpuk-tumpuk uang
karena di samping sentimen keagamaan mayoritas rakyat Indonesia, juga ada
amanat dari Pembukaan UUD 1945:
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu
ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”
Pelaksanaan
amanat Pembukaan UUD 1945 itu saat ini ditafsirkan dengan harus melakukan penolakan
berhubungan dengan Israel karena Israel adalah bangsa yang sedang melakukan
penjajahan terhadap Palestina. Indonesia tidak bersedia melakukan persahabatan
dengan penjajah.
Berbeda
dengan Turki. Negeri yang kerap dipuja-puja sebagai negeri pembela umat ini
sejatinya sudah sangat lama berhubungan diplomatik dengan Israel. Artinya,
mereka bersahabat dengan Israel meskipun hubungan ini kerap mengalami “up and down”, kadang naik, kadang
turun; kadang baik, kadang bermusuhan; pernah terjadi pengusiran duta besarnya,
tetapi pada kali lain, berhubungan lagi.
Mengapa
Turki dan Israel memiliki hubungan diplomatik?
Hal
itu disebabkan keduanya memiliki keuntungan dari hubungan itu. Bahkan, pada
Desember 2020, banyak media yang menyoroti perdagangan antara Turki dan Israel
mengalami pertumbuhan yang disebutnya “meroket”. Keduanya mendapatkan keuntungan
ekonomi yang luar biasa.
Tindakan
membuka atau menutup hubungan diplomatik dengan Israel adalah pilihan bebas
setiap negara. Akan tetapi, dilihat dari hal ini Indonesia jauh lebih tegas
dibandingkan Turki dalam bersikap terhadap Israel. Indonesia tidak mau secara
resmi sedikit pun berhubungan dengan Israel, sedangkan Turki sudah sejak lama
berhubungan dengan Israel dan pasti punya keuntungan dari hubungan itu.
Kalau
tidak ada untungnya, buat apa berhubungan, iya enggak?
Bagi
Indonesia, tidak peduli mau untung atau tidak, hal yang sangat jelas adalah
tidak mau berhubungan dengan Israel sepanjang Israel masih melakukan penjajahan
terhadap Palestina. Jika Israel bersedia menghentikan penjajahannya terhadap
Palestina, tak ada alasan bagi Indonesia untuk menolak membuka hubungan diplomatik
dengan Israel.
Siapa
yang lebih tegas bersikap terhadap Israel?
Negara
yang menolak berhubungan atau negara yang bersedia untuk berhubungan?
Hayo,
gampang kan menjawabnya?
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment