Friday 14 May 2021

Indonesia Lebih Tegas Dibandingkan Turki Soal Israel

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Baru-baru ini selepas tindakan pengusiran paksa warga Palestina di Sheik Jarrah dan kekerasan terhadap warga Palestina di Masjijd Al Aqsa oleh Israel, beberapa gelintir orang Indonesia memposting tulisan atau pidato Presiden Turki Recep Tayip Erdogan yang isinya kecaman keras terhadap Israel. Kecaman Erdogan terhadap Israel memang keras dan itu bagus sebagai seorang kepala negara. Akan tetapi, banyak presiden dan pemimpin negara lain pun, baik yang penduduknya mayoritas muslim maupun nonmuslim melakukan kecaman serupa. Tidak terkecuali, Presiden RI Jokowi pun mengutuk keras soal tindakan brutal Israel. Jadi, bukan hanya Erdogan yang melakukan kecaman keras.

            Hal yang membuat saya tertarik adalah mereka yang memposting pidato Erdogan menambahinya dengan narasi-narasi berlebihan, cenderung mengecilkan peranan Indonesia terhadap sikap Israel, bahkan melakukan penghinaan yang tanpa bukti terhadap Indonesia. Seolah-olah Erdogan adalah segala-galanya, pemimpin utama umat Islam sedunia, dan Indonesia dituding sebagai negara lemah yang tidak peduli umat Islam. Digambarkan Erdogan adalah pahlawan sejati umat Islam dengan Turki yang penuh kemakmuran. Pokoknya Erdogan dan Turki adalah nomor wahid.

            Bagi saya, mereka ini orang-orang lucu. Mereka adalah orang-orang Indonesia yang memuja-muji Turki.

Kalaulah memang Erdogan adalah segala-galanya dan mampu mengatasi persoalan umat Islam sedunia dengan sukses, lalu Turki adalah negara penuh gemerlap cahaya keagungan dan kemakmuran, kenapa tidak pindah saja menjadi warga Negara Turki?

Mengapa mereka masih tinggal di Indonesia yang katanya lemah, dzalim, dan tidak peduli umat Islam itu?

Hijrah dong ke Turki, lalu nikmati kenyamanan di sana. Berbahagialah dengan nostalgia tentang “Sultan Mehmed II” atau yang lebih sering dikenal dengan nama “Al Fatih” itu.

Kalau masih tinggal di Indonesia, tetapi memuja Turki setinggi langit, itu aneh. Mereka memang orang-orang aneh.

Sudahlah, biarkan keanehan itu tetap aneh dan lucu.

Apabila dilihat dari sisi hubungan internasional, terutama dalam hal diplomatik, sikap Indonesia jauh lebih tegas dibandingkan Turki. Sejak Indonesia merdeka, Israel selalu bersikap baik kepada Indonesia, terutama terhadap para presiden terpilih Indonesia. Israel selalu mengucapkan selamat kepada presiden RI terpilih. Itu terjadi sejak zaman Ir. Soekarno. Mereka melakukan itu dengan harapan dapat membuka hubungan diplomatik dengan Indonesia. Akan tetapi, tidak seorang presiden Indonesia pun yang menanggapi keinginan Israel itu. Membuka hubungan diplomatik dengan Israel adalah sama dengan menyatakan persahabatan dengan Israel, setiap negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia berarti sahabat Indonesia.   Penolakan Indonesia untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel sama artinya dengan menolak bersahabat dengan Israel. Pernah memang Indonesia seakan-akan hendak membuka hubungan persahabatan dengan Israel ketika masa pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid atau yang kerap disapa Gus Dur. Akan tetapi, rakyat Indonesia menolaknya dan Gus Dur menggunakan penolakan rakyat itu sebagai alasan kepada Israel untuk tidak membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Tak mau bersahabat dengan Israel. Kejadian akhir-akhir ini Indonesia ditawari bantuan sejumlah uang yang sangat fantastis oleh Amerika Serikat agar mau membuka hubungan persahabatan dengan Israel. Akan tetapi, tidak perlu Presiden Jokowi yang menjawab rayuan Amerika Serikat itu, cukup Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi yang menegaskan bahwa Indonesia “tidak memiliki rencana untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel”. Penolakan yang sangat tegas. Padahal, negara-negara Arab sudah banyak yang berhubungan dengan Israel atas mediasi yang dilakukan Amerika Serikat dengan menggunakan sejumlah kucuran dana yang sangat besar kepada negara-negara di kawasan itu.

Indonesia tidak tertarik dengan tawaran itu meskipun dengan rayuan bertumpuk-tumpuk uang karena di samping sentimen keagamaan mayoritas rakyat Indonesia, juga ada amanat dari Pembukaan UUD 1945:

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”

Pelaksanaan amanat Pembukaan UUD 1945 itu saat ini ditafsirkan dengan harus melakukan penolakan berhubungan dengan Israel karena Israel adalah bangsa yang sedang melakukan penjajahan terhadap Palestina. Indonesia tidak bersedia melakukan persahabatan dengan penjajah.

Berbeda dengan Turki. Negeri yang kerap dipuja-puja sebagai negeri pembela umat ini sejatinya sudah sangat lama berhubungan diplomatik dengan Israel. Artinya, mereka bersahabat dengan Israel meskipun hubungan ini kerap mengalami “up and down”, kadang naik, kadang turun; kadang baik, kadang bermusuhan; pernah terjadi pengusiran duta besarnya, tetapi pada kali lain, berhubungan lagi.

Mengapa Turki dan Israel memiliki hubungan diplomatik?

Hal itu disebabkan keduanya memiliki keuntungan dari hubungan itu. Bahkan, pada Desember 2020, banyak media yang menyoroti perdagangan antara Turki dan Israel mengalami pertumbuhan yang disebutnya “meroket”. Keduanya mendapatkan keuntungan ekonomi yang luar biasa.

Tindakan membuka atau menutup hubungan diplomatik dengan Israel adalah pilihan bebas setiap negara. Akan tetapi, dilihat dari hal ini Indonesia jauh lebih tegas dibandingkan Turki dalam bersikap terhadap Israel. Indonesia tidak mau secara resmi sedikit pun berhubungan dengan Israel, sedangkan Turki sudah sejak lama berhubungan dengan Israel dan pasti punya keuntungan dari hubungan itu.

Kalau tidak ada untungnya, buat apa berhubungan, iya enggak?

Bagi Indonesia, tidak peduli mau untung atau tidak, hal yang sangat jelas adalah tidak mau berhubungan dengan Israel sepanjang Israel masih melakukan penjajahan terhadap Palestina. Jika Israel bersedia menghentikan penjajahannya terhadap Palestina, tak ada alasan bagi Indonesia untuk menolak membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Siapa yang lebih tegas bersikap terhadap Israel?

Negara yang menolak berhubungan atau negara yang bersedia untuk berhubungan?

Hayo, gampang kan menjawabnya?

Sampurasun.

No comments:

Post a Comment