Friday 28 May 2021

Obrolan Ringan Akademis


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

“Pak, penelitian yang baik itu harus bagaimana memulainya?”

“Kan sudah saya ajarkan, penelitian itu mulainya dari adanya masalah yang membuat kalian tertarik untuk mengetahuinya lebih jauh. Kalian lupa?”

“Harus ada masalah ya, Pak?”

“Iya. Masih ingat apa arti masalah?”

“Masih, Pak.”

“Coba jelaskan.”

“Masalah itu adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan.”

“Bagus. Kalau masih kurang jelas, gunakan bahasa yang lebih sederhana. Masalah itu adalah tidak nyambungnya antara harapan dan kenyataan.”

“Kalau nyambung antara harapan dan kenyataan, bukan masalah atuh, Pak?”

“Memang bukan. Contohnya, kamu suka sama cewek cantik, tetapi ceweknya nggak suka sama kamu, dia menolak kamu. Masalah bukan?”

“Masalah, Pak.”

“Kalau cewek cantik itu suka juga sama kamu dan menerima cinta kamu, masalah bukan?

“Itu mah anugerah, Pak bukan masalah.”

“Kalau kalian ingin menikah lagi, tetapi istri kalian marah-marah dan keluarga kalian jadi berantakan, masalah bukan?”

“Wah, itu mah masalah besar atuh, Pak.”

“Kalau istri kalian setuju kalian menikah lagi dan beristri lebih dari satu dalam keadaan damai dan bahagia, masalah bukan?”

“Wah, itu mah anugerah besar atuh, Pak.”

“Kamu, dari tadi ngomongnya anugerah, anugerah melulu, memangnya kamu pengen punya istri lagi, ya?”

“Saya doakan Bapak supaya cepat punya istri baru.”

“Kamu mah ditanya malah ngedoain.”

“Takdir Bapak bagus.”

“Pake ngomong takdir lagi. Jadi, jelas pengertian masalah itu apa?”

“Jelas, Pak.”

“Jelas apa? Coba ulangi lagi pengertian masalah itu apa!”

“Tidak nyambungnya antara harapan dan kenyataan.”

“Kalau nyambung antara harapan dan kenyataan?”

“Bukan masalah, Pak. Itu anugerah.”

“Anugerah lagi kamu mah.”

“Memang iya kan, Pak, itu adalah anugerah?”

“Ya, ya, ya ….”

“Pak, lapar, Pak.”

“Hayu atuh kita pulang, lagian sudah terlalu malam.”

“Bapak pulang langsung?”

“Iya, memangnya kalian nggak pulang? Mau pada ke mana?”

“Terserah Bapak.”

“Kok terserah saya?”

“Bapak mau ke Ampera, Ayam Bakar KQ 5, Cibiuk, terserah Bapak mau ke mana.”

“Kalian mau nraktir saya? Sok atuh kalian duluan di depan, saya ngikutin kalian dari belakang. Kalian berhenti, saya juga ikut berhenti. Kalian yang ngajak, kalian yang nentuin tempatnya.”




“Siap! Hayulah, Pak.”

Begitulah obrolan ringan, namun akademis bersama mahasiwa reguler sore, Fisip, Universitas Al Ghifari. Mereka memang kuliah dari sore sampai malam hari karena dari pagi sampai sore, mereka harus bekerja di tempat kerjanya masing-masing. Mereka memang sudah pada kerja dan banyak yang sudah menikah, sudah punya anak. Akan tetapi, mereka semangat kuliah, belajar untuk meningkatkan kualitas dirinya dan untuk meningkatkan karirnya.





Usia, tanggung jawab pekerjaan, tanggung jawab terhadap keluarga, bukan halangan bagi mereka untuk terus belajar.

Bukankah belajar itu hukumnya wajib sejak buaian hingga liang lahat?




Yuk, bareng belajar di Universitas Al-Ghifari bareng mereka.

Sampurasun.

No comments:

Post a Comment