oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
“Pak, penelitian yang baik
itu harus bagaimana memulainya?”
“Kan sudah saya ajarkan,
penelitian itu mulainya dari adanya masalah yang membuat kalian tertarik untuk
mengetahuinya lebih jauh. Kalian lupa?”
“Harus
ada masalah ya, Pak?”
“Iya.
Masih ingat apa arti masalah?”
“Masih,
Pak.”
“Coba
jelaskan.”
“Masalah
itu adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan.”
“Bagus.
Kalau masih kurang jelas, gunakan bahasa yang lebih sederhana. Masalah itu
adalah tidak nyambungnya antara harapan dan kenyataan.”
“Kalau
nyambung antara harapan dan kenyataan, bukan masalah atuh, Pak?”
“Memang
bukan. Contohnya, kamu suka sama cewek cantik, tetapi ceweknya nggak suka sama
kamu, dia menolak kamu. Masalah bukan?”
“Masalah,
Pak.”
“Kalau
cewek cantik itu suka juga sama kamu dan menerima cinta kamu, masalah bukan?
“Itu
mah anugerah, Pak bukan masalah.”
“Kalau
kalian ingin menikah lagi, tetapi istri kalian marah-marah dan keluarga kalian
jadi berantakan, masalah bukan?”
“Wah,
itu mah masalah besar atuh, Pak.”
“Kalau
istri kalian setuju kalian menikah lagi dan beristri lebih dari satu dalam
keadaan damai dan bahagia, masalah bukan?”
“Wah,
itu mah anugerah besar atuh, Pak.”
“Kamu,
dari tadi ngomongnya anugerah, anugerah melulu, memangnya kamu pengen punya
istri lagi, ya?”
“Saya
doakan Bapak supaya cepat punya istri baru.”
“Kamu
mah ditanya malah ngedoain.”
“Takdir
Bapak bagus.”
“Pake
ngomong takdir lagi. Jadi, jelas pengertian masalah itu apa?”
“Jelas,
Pak.”
“Jelas
apa? Coba ulangi lagi pengertian masalah itu apa!”
“Tidak
nyambungnya antara harapan dan kenyataan.”
“Kalau
nyambung antara harapan dan kenyataan?”
“Bukan
masalah, Pak. Itu anugerah.”
“Anugerah
lagi kamu mah.”
“Memang
iya kan, Pak, itu adalah anugerah?”
“Ya,
ya, ya ….”
“Pak,
lapar, Pak.”
“Hayu
atuh kita pulang, lagian sudah terlalu malam.”
“Bapak
pulang langsung?”
“Iya,
memangnya kalian nggak pulang? Mau pada ke mana?”
“Terserah
Bapak.”
“Kok
terserah saya?”
“Bapak
mau ke Ampera, Ayam Bakar KQ 5, Cibiuk, terserah Bapak mau ke mana.”
“Kalian
mau nraktir saya? Sok atuh kalian duluan di depan, saya ngikutin kalian dari
belakang. Kalian berhenti, saya juga ikut berhenti. Kalian yang ngajak, kalian
yang nentuin tempatnya.”
“Siap!
Hayulah, Pak.”
Begitulah
obrolan ringan, namun akademis bersama mahasiwa reguler sore, Fisip,
Universitas Al Ghifari. Mereka memang kuliah dari sore sampai malam hari karena
dari pagi sampai sore, mereka harus bekerja di tempat kerjanya masing-masing.
Mereka memang sudah pada kerja dan banyak yang sudah menikah, sudah punya anak.
Akan tetapi, mereka semangat kuliah, belajar untuk meningkatkan kualitas
dirinya dan untuk meningkatkan karirnya.
Usia,
tanggung jawab pekerjaan, tanggung jawab terhadap keluarga, bukan halangan bagi
mereka untuk terus belajar.
Bukankah
belajar itu hukumnya wajib sejak buaian hingga liang lahat?
Yuk,
bareng belajar di Universitas Al-Ghifari bareng mereka.
No comments:
Post a Comment