oleh
Tom Finaldin
Bandung, Putera Sang Surya
Kalau
mau dilihat lebih detail, sesungguhnya perang-perang yang disebut-sebut “Perang
Agama”, sesungguhnya hanyalah perebutan politik dan ekonomi atau karena tindakan
kriminal suatu kaum. Agama dibawa-bawa hanya untuk menutupi keinginan atau kepentingan
yang sebenarnya dan untuk mengelabui dunia agar mendapatkan simpati
internasional.
Hal yang lebih celaka adalah umat
Islam pun banyak yang menyebarkan pula propaganda di luar Islam untuk
mengatakan bahwa banyak perang yang disebut perang agama.
Salah satu contohnya adalah
sebagaimana yang dicuplik oleh T.D. Sudjana dalam artikelnya pada sebuah
prosiding yang berjudul Tokoh Siliwangi dalam
Pandangan Tradisi Keraton Cirebon (1991). Ia mencuplik bahwa ketika
bangsawan Inggris berkuasa di Yerusalem, mereka melakukan perampokan dan
pembunuhan terhadap kafilah-kafilah saudagar kaum muslim. Oleh sebab itu, “Sultan Salahudin Al Ayubi” marah bukan
main, lalu melakukan penyerangan. Kekuatan Inggris pun melemah di Yerusalem. Oleh
sebab itu, untuk mendapatkan simpati dari dunia internasional, pasukan Inggris
menyebarkan fitnah bahwa pasukan Salahudin adalah pasukan syetan sehingga
pertempuran itu disebut mereka sebagai crusade,
‘Perang Salib’ untuk menimbulkan kesan perang antara agama Kristen dan agama
Islam. Umat Islam pun banyak yang mengistilahkan perang itu sebagai “Perang
Sabil”. Padahal, perang itu bukanlah perang antaragama, melainkan perang yang
terjadi akibat kerakusan dan ketololan pasukan Inggris yang melakukan gangguan
terhadap rombongan saudagar Islam.
Bagi Salahudin, itu bukanlah perang
agama, melainkan perang untuk membela kebenaran, kehormatan, dan keadilan yang
dilakukan oleh pasukan muslim. Banyak pula sesungguhnya anggota pasukan
Salahudin yang tidak beragama Islam. Salah seorang panglima Sultan Salahudin
adalah beragama Kristen, namanya Isa. Ia dihadiahi Sultan Salahudin seorang
puteri bangsawan Inggris yang dirampas karena Inggris kalah perang.
Kebencian dan propaganda agama untuk
menyudutkan Islam itu tidak berhasil karena Sultan Salahudin Al Ayubi berhasil
merebut Yerusalem dan membuat pasukan Inggris kalah total.
Hal yang memperjelas bahwa perang
itu bukan perang agama adalah beberapa waktu setelahnya ketika kepentingan
politik dan ekonomi Inggris mulai diganggu Musolini dan Hitler, saat Perang
Dunia II, Inggris mendekati Islam yang dulu disebutnya syetan itu, kemudian menggunakan
semangat Islam untuk mengalahkan Musolini dan Hitler. Inggris berupaya keras
untuk mendapatkan dukungan kaum muslimin di Timur Tengah agar sama-sama
membenci Musolini dan Hitler. Tak tanggung-tanggung, tank-tank baja pasukan
Inggris ditulisi nama SALADIN untuk mengingatkan kaum muslimin terhadap
keberanian dan kepahlawanan Sultan Salahudin Al Ayubi. Di samping itu, Inggris
tahu betul bahwa nama Saladin adalah lambang moralitas dan sikap mulia hidup
muslim yang terpancar dari sosok Sultan Salahudin Al Ayubi. Dengan menggunakan
nama SALADIN, Inggris pun berharap bahwa bangsanya dapat dipahatkan dalam
sejarah dunia sebagai bangsa yang memiliki “nama baik” sebagaimana aura nama
SALADIN dalam sejarah kaum muslimin.
Begitulah, agama hanya dibawa-bawa
untuk mengaburkan tujuan yang sebenarnya, yaitu kepentingan politik dan ekonomi.
Pada akhir-akhir ini, 2021, Zionis
Israel pun menyebarkan propaganda bahwa konflik yang terjadi dengan Palestina
adalah sebagai perang agama antara Yahudi dan Islam yang sudah terjadi ratusan
tahun lalu. Hal itu dilakukan hanya untuk menutupi tujuan mereka yang
sebenarnya, yaitu merampok, mengusir, membunuh, dan menjajah bangsa Palestina. Padahal,
di Palestina itu banyak pula yang beragama Kristen, Yahudi, atau kepercayaan
lainnya. Demikian pula di Israel, banyak pula yang beragama Kristen dan Islam.
Di samping itu, mereka pun rajin mendekati bangsa-bangsa muslim untuk membuka
hubungan diplomatik, termasuk terhadap Indonesia melalui tangan Amerika
Serikat.
Orang-orang Zionis Israel itu mulai
ada di Palestina sejak 1948, bukan ratusan tahun lalu. Di tanah itu rencananya
akan dibuat dua negara merdeka, yaitu Israel dan Palestina untuk hidup
berdampingan. Akan tetapi, Zionis melakukan banyak aksi premanisme, terorisme,
dan kriminalisme terhadap Palestina hingga hari ini. Mereka itu orang-orang
yang trauma dan ketakutan karena dari zaman ke zaman hidup dalam banyak
masalah. Di Mesir Firaun memperbudak mereka, Nabi Muhammad saw mengusir mereka
dari Madinah karena banyak membuat gangguan terhadap kaum muslimin, ditolak untuk
mendapatkan Palestina pada zaman Kesultanan Utsmaniyah, di Jerman mereka dibantai
Hitler, dan berbagai masalah lainnya. Oleh sebab itu, mereka berupaya tetap
melakukan kejahatan terhadap bangsa Palestina karena tidak mau kembali menjadi
bangsa yang tersisihkan dan dipermalukan seperti zaman-zaman yang lalu.
Jadi, bukan perang agama yang
terjadi, melainkan kepentingan politik dan ekonomi. Umat Islam tidak perlu
ikut-ikutan menyebarkan propaganda mereka dengan sama-sama menyebutnya sebagai
perang agama karena bisa menambah runyam situasi dan terjebak pada rencana
mereka.
Sebagaimana tadi saya katakan bahwa
kalau mau diperhatikan lebih detail, perang agama itu tidak ada. Bahkan,
perang-perang yang dilakukan Nabi Muhammad saw pun bukan perang agama,
melainkan urusan politik dan ekonomi. Dulu saya sering berdiskusi dengan guru
ngaji saya, Nabi Muhammad saw dan kaum muslimin itu diusir, diburu, dianiaya,
dibunuh, dan difitnah bukan karena ritual keagamaan seperti shalat, puasa,
zakat, haji, dzikir, berdoa, dan lain sebagainya, melainkan karena urusan
kekuasaan dan kepentingan ekonomi. Orang-orang kafir melakukan kejahatan kepada
Nabi dan kaum muslimin karena merasa terganggu politik dan ekonominya. Kalau semakin
banyak kaum muslimin dan mereka harus patuh kepada Nabi saw, kewenangan
mengatur Mekah ada di tangan Nabi saw, diatur oleh Nabi saw. Mereka tidak mau
itu terjadi karena kekuasaan mereka harus beralih pula kepada Nabi Muhammad
saw. Demikian pula bisnis mereka, seperti, penyediaan
air, makanan, dan perdagangan bagi para peziarah yang datang ke Mekah yang menghasilkan
keuntungan ekonomi luar biasa, harus pula menggunakan cara-cara yang dilakukan
Sang Nabi. Belum lagi soal perempuan yang bisa mereka “gunakan” kapan saja,
Nabi saw melarangnya dengan membatasinya melalui pernikahan dalam jumlah yang
juga terbatas, tidak seenaknya. Hal itu semua sangat mengganggu kesenangan kaum
kafir. Oleh sebab itu, mereka berusaha keras memusnahkan Nabi saw dan kaum
muslimin. Akibatnya, Nabi saw melawan dan kaum kafir pun kalah total.
Jadi, bukan karena shalat, puasa,
haji, atau ritual keagamaan lainnya umat Islam diperangi, melainkan karena
kepentingan politik dan ekonomi. Agama hanya dibawa-bawa untuk membungkus dan
menyamarkan tujuan sebenarnya, yaitu lima hal: kekuasaan, uang, benda, tempat
tinggal, dan seks. Tidak ada tujuan lain, kecuali lima hal itu. Kalau ada
tujuan lain, kasih tahu saya.
No comments:
Post a Comment