Tuesday 18 May 2021

Tak Ada Perang Agama

 

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Kalau mau dilihat lebih detail, sesungguhnya perang-perang yang disebut-sebut “Perang Agama”, sesungguhnya hanyalah perebutan politik dan ekonomi atau karena tindakan kriminal suatu kaum. Agama dibawa-bawa hanya untuk menutupi keinginan atau kepentingan yang sebenarnya dan untuk mengelabui dunia agar mendapatkan simpati internasional.

            Hal yang lebih celaka adalah umat Islam pun banyak yang menyebarkan pula propaganda di luar Islam untuk mengatakan bahwa banyak perang yang disebut perang agama.

            Salah satu contohnya adalah sebagaimana yang dicuplik oleh T.D. Sudjana dalam artikelnya pada sebuah prosiding yang berjudul Tokoh Siliwangi dalam Pandangan Tradisi Keraton Cirebon (1991). Ia mencuplik bahwa ketika bangsawan Inggris berkuasa di Yerusalem, mereka melakukan perampokan dan pembunuhan terhadap kafilah-kafilah saudagar kaum muslim. Oleh sebab itu, “Sultan Salahudin Al Ayubi” marah bukan main, lalu melakukan penyerangan. Kekuatan Inggris pun melemah di Yerusalem. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan simpati dari dunia internasional, pasukan Inggris menyebarkan fitnah bahwa pasukan Salahudin adalah pasukan syetan sehingga pertempuran itu disebut mereka sebagai crusade, ‘Perang Salib’ untuk menimbulkan kesan perang antara agama Kristen dan agama Islam. Umat Islam pun banyak yang mengistilahkan perang itu sebagai “Perang Sabil”. Padahal, perang itu bukanlah perang antaragama, melainkan perang yang terjadi akibat kerakusan dan ketololan pasukan Inggris yang melakukan gangguan terhadap rombongan saudagar Islam.

            Bagi Salahudin, itu bukanlah perang agama, melainkan perang untuk membela kebenaran, kehormatan, dan keadilan yang dilakukan oleh pasukan muslim. Banyak pula sesungguhnya anggota pasukan Salahudin yang tidak beragama Islam. Salah seorang panglima Sultan Salahudin adalah beragama Kristen, namanya Isa. Ia dihadiahi Sultan Salahudin seorang puteri bangsawan Inggris yang dirampas karena Inggris kalah perang.

            Kebencian dan propaganda agama untuk menyudutkan Islam itu tidak berhasil karena Sultan Salahudin Al Ayubi berhasil merebut Yerusalem dan membuat pasukan Inggris kalah total.

            Hal yang memperjelas bahwa perang itu bukan perang agama adalah beberapa waktu setelahnya ketika kepentingan politik dan ekonomi Inggris mulai diganggu Musolini dan Hitler, saat Perang Dunia II, Inggris mendekati Islam yang dulu disebutnya syetan itu, kemudian menggunakan semangat Islam untuk mengalahkan Musolini dan Hitler. Inggris berupaya keras untuk mendapatkan dukungan kaum muslimin di Timur Tengah agar sama-sama membenci Musolini dan Hitler. Tak tanggung-tanggung, tank-tank baja pasukan Inggris ditulisi nama SALADIN untuk mengingatkan kaum muslimin terhadap keberanian dan kepahlawanan Sultan Salahudin Al Ayubi. Di samping itu, Inggris tahu betul bahwa nama Saladin adalah lambang moralitas dan sikap mulia hidup muslim yang terpancar dari sosok Sultan Salahudin Al Ayubi. Dengan menggunakan nama SALADIN, Inggris pun berharap bahwa bangsanya dapat dipahatkan dalam sejarah dunia sebagai bangsa yang memiliki “nama baik” sebagaimana aura nama SALADIN dalam sejarah kaum muslimin.

            Begitulah, agama hanya dibawa-bawa untuk mengaburkan tujuan yang sebenarnya, yaitu kepentingan politik dan ekonomi.

            Pada akhir-akhir ini, 2021, Zionis Israel pun menyebarkan propaganda bahwa konflik yang terjadi dengan Palestina adalah sebagai perang agama antara Yahudi dan Islam yang sudah terjadi ratusan tahun lalu. Hal itu dilakukan hanya untuk menutupi tujuan mereka yang sebenarnya, yaitu merampok, mengusir, membunuh, dan menjajah bangsa Palestina. Padahal, di Palestina itu banyak pula yang beragama Kristen, Yahudi, atau kepercayaan lainnya. Demikian pula di Israel, banyak pula yang beragama Kristen dan Islam. Di samping itu, mereka pun rajin mendekati bangsa-bangsa muslim untuk membuka hubungan diplomatik, termasuk terhadap Indonesia melalui tangan Amerika Serikat.

            Orang-orang Zionis Israel itu mulai ada di Palestina sejak 1948, bukan ratusan tahun lalu. Di tanah itu rencananya akan dibuat dua negara merdeka, yaitu Israel dan Palestina untuk hidup berdampingan. Akan tetapi, Zionis melakukan banyak aksi premanisme, terorisme, dan kriminalisme terhadap Palestina hingga hari ini. Mereka itu orang-orang yang trauma dan ketakutan karena dari zaman ke zaman hidup dalam banyak masalah. Di Mesir Firaun memperbudak mereka, Nabi Muhammad saw mengusir mereka dari Madinah karena banyak membuat gangguan terhadap kaum muslimin, ditolak untuk mendapatkan Palestina pada zaman Kesultanan Utsmaniyah, di Jerman mereka dibantai Hitler, dan berbagai masalah lainnya. Oleh sebab itu, mereka berupaya tetap melakukan kejahatan terhadap bangsa Palestina karena tidak mau kembali menjadi bangsa yang tersisihkan dan dipermalukan seperti zaman-zaman yang lalu.

            Jadi, bukan perang agama yang terjadi, melainkan kepentingan politik dan ekonomi. Umat Islam tidak perlu ikut-ikutan menyebarkan propaganda mereka dengan sama-sama menyebutnya sebagai perang agama karena bisa menambah runyam situasi dan terjebak pada rencana mereka.

            Sebagaimana tadi saya katakan bahwa kalau mau diperhatikan lebih detail, perang agama itu tidak ada. Bahkan, perang-perang yang dilakukan Nabi Muhammad saw pun bukan perang agama, melainkan urusan politik dan ekonomi. Dulu saya sering berdiskusi dengan guru ngaji saya, Nabi Muhammad saw dan kaum muslimin itu diusir, diburu, dianiaya, dibunuh, dan difitnah bukan karena ritual keagamaan seperti shalat, puasa, zakat, haji, dzikir, berdoa, dan lain sebagainya, melainkan karena urusan kekuasaan dan kepentingan ekonomi. Orang-orang kafir melakukan kejahatan kepada Nabi dan kaum muslimin karena merasa terganggu politik dan ekonominya. Kalau semakin banyak kaum muslimin dan mereka harus patuh kepada Nabi saw, kewenangan mengatur Mekah ada di tangan Nabi saw, diatur oleh Nabi saw. Mereka tidak mau itu terjadi karena kekuasaan mereka harus beralih pula kepada Nabi Muhammad saw. Demikian pula bisnis mereka, seperti,   penyediaan air, makanan, dan perdagangan bagi para peziarah yang datang ke Mekah yang menghasilkan keuntungan ekonomi luar biasa, harus pula menggunakan cara-cara yang dilakukan Sang Nabi. Belum lagi soal perempuan yang bisa mereka “gunakan” kapan saja, Nabi saw melarangnya dengan membatasinya melalui pernikahan dalam jumlah yang juga terbatas, tidak seenaknya. Hal itu semua sangat mengganggu kesenangan kaum kafir. Oleh sebab itu, mereka berusaha keras memusnahkan Nabi saw dan kaum muslimin. Akibatnya, Nabi saw melawan dan kaum kafir pun kalah total.

            Jadi, bukan karena shalat, puasa, haji, atau ritual keagamaan lainnya umat Islam diperangi, melainkan karena kepentingan politik dan ekonomi. Agama hanya dibawa-bawa untuk membungkus dan menyamarkan tujuan sebenarnya, yaitu lima hal: kekuasaan, uang, benda, tempat tinggal, dan seks. Tidak ada tujuan lain, kecuali lima hal itu. Kalau ada tujuan lain, kasih tahu saya.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment