Sunday 15 November 2015

Bom Paris itu Karma, Salah Sendiri, Bego


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Dunia boleh terkejut dengan adanya teror bom dan penembakan di Paris, Perancis. Akan tetapi, saya tidak kaget. Biasa saja. Bahkan, kadang pengen ketawa terbahak-bahak. Demi Allah swt, saya pengen ketawa. Boro-boro pengen mengutuk, yang jelas mah pengen tertawa liar.

Mau tidak mau ketawa bagaimana, saya kan sudah wanti-wanti mereka beberapa bulan lalu. Akan tetapi, mereka itu terlalu sombong dan angkuh sehingga melecehkan peringatan dari saya. Ternyata, yang saya khawatirkan benar-benar terjadi. Saya bukan ingin menertawakan aksi teror dan korban-korban yang berjatuhan, tetapi pengen menertawakan keangkuhan mereka yang ternyata menimbulkan peristiwa tragis luar biasa.

Begini Saudara Pembaca yang budiman. Kurang lebih empat atau lima bulan lalu saya sering sekali berdebat dengan orang-orang Barat. Saya menjelaskan dengan sebenar-benarnya, tetapi mereka tidak juga mau mengerti. Saya memperingatkan mereka bahwa perilaku mereka menghina Allah swt, Islam, dan Muhammad saw itu akan membawa petaka terhadap diri mereka sendiri. Saya ingin mereka berhenti dan mulai sadar. Kalaupun tidak mau masuk Islam, ya jangan menghina, jangan membuat ceritera bohong tentang Islam, dan jangan memfitnah. Bahayanya sudah dijelaskan sendiri oleh Allah swt dalam Al Quran bahwa siapa pun yang memusuhi Allah swt, Islam, dan Nabi Muhammad saw adalah hanya menunggu waktu datangnya azab. Azab itu berupa hukuman yang bisa datang dari sisi Allah swt secara langsung atau melalui tangan-tangan orang-orang beriman. Sesungguhnya, hukuman yang harus diterapkan di dunia ini pun sama mengerikannya, yaitu “hukuman mati”.

Saya sudah memperingatkan mereka dengan cara yang paling lembut sampai dengan yang paling kasar. Akan tetapi, mereka benar-benar congkak dan bloon. Saya peringatkan mereka ketika tahu saat itu sudah ada sekitar dua ribu orang Eropa yang bergabung dengan Isis dan orang-orang Isis dari Eropa itu selalu menggunakan penutup kepala dan wajah untuk menyembunyikan diri jika di hadapan kamera. Artinya, mereka tidak ingin diketahui tempat tinggalnya, pekerjaannya, dan aktivitas di negara mereka berdomisili. Dengan demikian, mereka bisa pulang dengan aman tanpa diketahui sebagai anggota Isis ke rumah-rumah mereka di Eropa. Saya khawatir orang-orang ini akan memburu dan membunuh orang-orang goblok Eropa yang gemar menghina, memfitnah, dan membuat kebohongan tentang Allah swt, Islam, dan Muhammad saw di tanah airnya sendiri. Apalagi sekarang orang-orang Eropa yang bergabung dengan Isis meningkat sangat cepat sudah mencapai 6.000 s.d. 8.000 orang.  Bahayanya semakin besar.

Seperti yang saya katakan tadi, orang-orang Eropa tolol itu malah berbicara dengan sangat bodoh. Baca aja percakapan panas saya dengan mereka di Youtube, mudah kok tinggal klik saja akun google+ saya. Mereka bilang orang-orang Isis menggunakan tutup kepala itu karena pengecut. Mereka juga bilang saya sok tahu karena tidak mungkin Isis dari Eropa datang pulang ke rumahnya seperti liburan atau giliran perang. Lalu, kalaupun Isis dari Eropa itu pulang, akan diketahui dengan mudah karena Eropa punya teknologi untuk mengenali orang dengan baik.

Bodoh kan mereka?

Mereka cuma menipu diri sendiri karena tidak mau kalah berdebat dengan saya dan ingin terus menghina Allah swt, Islam, dan Muhammad saw!

Banyak pula di antara mereka yang mengejek saya dengan menyuruh saya untuk berhenti membuat komentar terhadap perilaku mereka. Alasannya karena saya berasal dari Indonesia yang jelas dunia ketiga. Intinya, mereka menganggap saya tidak selevel dengan mereka. Mereka merasa lebih tinggi dibandingkan saya. Sebetulnya, saya juga pengen berhenti berbicara dengan mereka karena mulai bosen dan jengkel. Saya mulai jenuh karena mereka bicara selalu bolak-balik ke itu-itu lagi, nggak ada kemajuan. Saya sudah tidak lagi mendapatkan pengetahuan baru, kecuali ya itu tadi yang bulak-balik-bekok. Nggak ada gunanya. Akan tetapi, anehnya ketika saya berhenti, mereka mengajak berdebat lagi dan lagi, terus dan terus lagi. Aneh mereka itu. Memang bego dan tolol mereka.

Sebetulnya, saya tahu kenapa mereka terus mengajak saya berdebat. Mereka ingin mengalahkan saya karena setiap akhir pembicaraan, saya selalu menang. Jadi, ketika ada informasi baru, mereka segera mengajak berdebat lagi, tetapi pasti kalah lagi.

Begini contohnya. Ketika saya sudah bĂȘte ngobrol sama mereka, lalu ada informasi baru tentang penembakan yang dilakukan dua muslim Amerika Serikat terhadap panitia dan peserta acara menggambar Nabi Muhammad saw di Amerika Serikat.  Mereka bilang orang Islam itu jahat, buas, dan menyukai kekerasan sehingga menembak dan membubarkan acara menggambar itu. Saya mudah saja menjawabnya bahwa menggambar Nabi Muhammad saw itu penghinaan dan wajar jika ada orang yang mencintai Nabi, membela nabi yang dicintainya sekaligus menegakkan kehormatan Islam dan kaum muslimin. Mereka tidak mau terima penjelasan saya dan tetap berpendapat bahwa menggambar Nabi itu adalah bagian dari freedom of speech.  Kata saya itu bukan kebebasan berbicara, tetapi itu adalah kebebasan menghina. Mereka tetap bertahan bahwa orang Islam menjadikan Amerika Serikat menjadi tidak aman untuk bebas berekspresi.

Saya contohkan bagaimana jika ada orang yang menggambar ibu mereka sedang bertelanjang di kandang babi dan melakukan hubungan seks dengan babi-babi di sana.

Saya tahu bahwa mereka pasti marah jika itu terjadi, tetapi karena pengen selalu menang berdebat, mereka bilang dengan fake, “I don’t care!”

Mereka tetap ingin bebas menghina dan membiarkan Ibu mereka dihina orang lain. Padahal, kalau kejadian benar, mereka pasti emosi, tetapi karena ingin mengalahkan saya, mereka berpura-pura tidak marah jika ibunya digambar sambil ngeseks di kandang babi dengan babi buduk.

Bodoh kan mereka?

Mereka tetap menyalahkan orang Islam.

Saya bilang, “Don’t do something stupid if you do not want to wretch.”

’Jangan melakukan hal bodoh jika kamu tidak ingin celaka’.

Maksud saya jangan menyerang agama dan perasaan orang lain, jika tidak ingin dibalas lebih keji oleh orang yang merasa terhina.

Akan tetapi, mereka memang bandel dan bilang, “You wrong, wrong!”

Wrong apa? Nyai Wrong Gank?

Kacau mereka.

Saya mengatakan don’t do something stupid if you do not want to wretch  itu ke banyak orang. Artinya, dengan jumlah umat Islam yang semakin banyak dan selalu bertambah sekitar 68.000 orang per hari di seluruh dunia, para penghina Islam harus selalu berhati-hati karena memang bisa celaka. Apalagi Isis yang memiliki dana dan senjata yang sangat hebat dan bisa berada di mana-mana, para penghina Islam semakin terancam. Hal itu disebabkan memang Islam mengajarkan bahwa siapa pun yang menghina dan memusuhi Allah swt, Islam, dan Muhammad saw, hukumannya adalah mati. Bagi orang Islam yang ghirah-nya tinggi dan tidak mempercayai hukum negara mana pun serta memiliki kesiapan untuk syahid, pasti akan melakukan penghukuman dengan caranya sendiri.

Orang Indonesia jangan bodoh dan angkuh seperti mereka. Jangan bandel kalau dikasih tahu karena memang bisa celaka.

Bom Paris itu terjadi karena mereka melakukan something stupid, ‘hal yang bloon’.

Mau tidak bloon bagaimana?

Kata Salim Said, pengamat militer Indonesia dan dunia, Perancis itu sangat bersemangat memerangi Isis di Suriah.

Itu tindakan bodoh.

Ngapain coba mereka memerangi Isis?

Pengen jadi pahlawan?

Pengen minyak?

Pengen korupsi dana perang?

Pengen dapet bagian keuntungan pascaperang jika Isis kalah?

Emang yakin gitu Isis bakal kalah?

Perang sama Taliban aja ngos-ngosan. Malahan, dana untuk membunuh satu orang Taliban saja sangat besar, yaitu lima miliar per satu nyawa. Apalagi ngalahin Isis yang militansinya teramat menakutkan.

Alasan Isis melakukan aksi teror di Paris, Perancis adalah karena Perancis memerangi Isis di Suriah dan banyak orang di Perancis yang gemar melakukan penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw. Penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw yang dibiarkan itu adalah kebodohan Perancis sendiri.

Kan saya udah bilang, “Don’t do something stupid if you do not want to wretch.”

‘Jangan melakukan hal bodoh jika kamu tidak ingin celaka’.

Kan saya sekarang bisa ngakak sambil berkata, “See I’m right.”

Indonesia harus lihat Paris, Perancis. Kejadian itu harus menjadi contoh. Perancis begitu sibuk dan ketakutan setengah mati sehingga menutup seluruh perbatasan, menghentikan jadwal permainan sepakbola, orang-orang dianjurkan untuk tidak ke tempat-tempat keramaian, dan yang jelas orang-orang jadi merasa tidak aman karena mereka tidak tahu siapa orang-orang yang ada di sekitar mereka sebenarnya.

Indonesia juga jangan kecentilan ikut-ikutan memusuhi dengan penuh kebencian kepada kelompok-kelompok yang sebetulnya tidak pernah merugikan dan tidak memusuhi Indonesia. Kita jangan ikut-ikutan terseret ke dalam perang mereka. Kita  nggak perlu  genit menuduh orang lain teroris, padahal tidak meneror kita. Bahayanya adalah orang yang asalnya tidak memusuhi kita dan tidak pernah merugikan kita, jadi benar-benar marah kepada kita karena kita kayak Neli, ‘Nenek Lincah’ yang nggak diperhatikan, tetapi karena kegenitan, jadi juga pusat perhatian. Ruginya adalah mereka marah bukan karena menjadikan Indonesia sebagai sasaran teror, tetapi marah karena kita ikut-ikutan nimbrung nggak puguh. Ngaririweuh sorangan.

Kalau kejadian di Indonesia, kita semua yang rugi. Biaya yang harus dikeluarkan sangat tinggi dan keamanan benar-benar robek. Itu terjadi karena kita centil ikut-ikutan. Lain halnya kalau mereka bikin kekacauan di sini. Nah, itu memang harus diperangi dan masyarakat pasti cepat marah. Mereka bisa mati dibakar massa.

Memang Undang-undang tentang teroris kita juga rada aneh karena di sana disebutkan bahwa teroris itu adalah orang yang melakukan aksi teror “di dalam dan di luar negeri”. Kalau teroris itu adalah orang yang melakukan aksi teror di dalam negeri, itu bisa sangat dipahami dan disetujui semua orang. Akan tetapi, jika teroris itu juga adalah orang yang melakukan teror di luar negeri sehingga kita harus ikut sibuk, memang aneh. Akibatnya, kita akan dengan mudah menuduh siapa pun sebagai teroris jika negara lain menuduhnya duluan sebagai teroris, padahal belum tentu. Bisa jadi juga seseorang atau sekelompok orang bermasalah dengan pemerintahan di luar negeri, lalu melakukan aksi yang dituduhkan sebagai teror. Akan tetapi, ketika di Indonesia mereka adalah orang baik karena tidak punya masalah dengan pemerintah Indonesia, malahan mereka banyak berbuat kebaikan seperti membangun masjid, panti asuhan, bersedekah kepada tetangga, membuka lapangan kerja baru, dan memberikan sumbangan untuk kemajuan Indonesia.

Apakah orang seperti ini harus ditangkap juga karena orang lain mengatakannya teroris, tetapi bermanfaat banyak di tempat kita?


“Don’t do something stupid if you do not want to wretch!"

"Do you understand this?"

No comments:

Post a Comment