oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Dunia boleh terkejut dengan
adanya teror bom dan penembakan di Paris, Perancis. Akan tetapi, saya tidak
kaget. Biasa saja. Bahkan, kadang pengen ketawa terbahak-bahak. Demi Allah swt,
saya pengen ketawa. Boro-boro pengen mengutuk, yang jelas mah pengen tertawa
liar.
Mau tidak mau ketawa
bagaimana, saya kan sudah wanti-wanti mereka beberapa bulan lalu. Akan tetapi,
mereka itu terlalu sombong dan angkuh sehingga melecehkan peringatan dari saya.
Ternyata, yang saya khawatirkan benar-benar terjadi. Saya bukan ingin
menertawakan aksi teror dan korban-korban yang berjatuhan, tetapi pengen
menertawakan keangkuhan mereka yang ternyata menimbulkan peristiwa tragis luar
biasa.
Begini Saudara Pembaca yang
budiman. Kurang lebih empat atau lima bulan lalu saya sering sekali berdebat
dengan orang-orang Barat. Saya menjelaskan dengan sebenar-benarnya, tetapi
mereka tidak juga mau mengerti. Saya memperingatkan mereka bahwa perilaku
mereka menghina Allah swt, Islam, dan Muhammad saw itu akan membawa petaka
terhadap diri mereka sendiri. Saya ingin mereka berhenti dan mulai sadar.
Kalaupun tidak mau masuk Islam, ya jangan menghina, jangan membuat ceritera
bohong tentang Islam, dan jangan memfitnah. Bahayanya sudah dijelaskan sendiri
oleh Allah swt dalam Al Quran bahwa siapa pun yang memusuhi Allah swt, Islam,
dan Nabi Muhammad saw adalah hanya menunggu waktu datangnya azab. Azab itu
berupa hukuman yang bisa datang dari sisi
Allah swt secara langsung atau melalui tangan-tangan orang-orang beriman.
Sesungguhnya, hukuman yang harus diterapkan di dunia ini pun sama
mengerikannya, yaitu “hukuman mati”.
Saya sudah memperingatkan
mereka dengan cara yang paling lembut sampai dengan yang paling kasar. Akan tetapi,
mereka benar-benar congkak dan bloon. Saya peringatkan mereka ketika tahu saat
itu sudah ada sekitar dua ribu orang Eropa yang bergabung dengan Isis dan
orang-orang Isis dari Eropa itu selalu menggunakan penutup kepala dan wajah
untuk menyembunyikan diri jika di hadapan kamera. Artinya, mereka tidak ingin
diketahui tempat tinggalnya, pekerjaannya, dan aktivitas di negara mereka
berdomisili. Dengan demikian, mereka bisa pulang dengan aman tanpa diketahui
sebagai anggota Isis ke rumah-rumah mereka di Eropa. Saya khawatir orang-orang
ini akan memburu dan membunuh orang-orang goblok Eropa yang gemar menghina,
memfitnah, dan membuat kebohongan tentang Allah swt, Islam, dan Muhammad saw di
tanah airnya sendiri. Apalagi sekarang orang-orang Eropa yang bergabung dengan
Isis meningkat sangat cepat sudah mencapai 6.000 s.d. 8.000 orang. Bahayanya semakin besar.
Seperti yang saya katakan
tadi, orang-orang Eropa tolol itu malah berbicara dengan sangat bodoh. Baca aja
percakapan panas saya dengan mereka di Youtube, mudah kok tinggal klik saja
akun google+ saya. Mereka bilang orang-orang Isis menggunakan tutup kepala itu
karena pengecut. Mereka juga bilang saya sok tahu karena tidak mungkin Isis
dari Eropa datang pulang ke rumahnya seperti liburan atau giliran perang. Lalu,
kalaupun Isis dari Eropa itu pulang, akan diketahui dengan mudah karena Eropa
punya teknologi untuk mengenali orang dengan baik.
Bodoh kan mereka?
Mereka cuma menipu diri
sendiri karena tidak mau kalah berdebat dengan saya dan ingin terus menghina
Allah swt, Islam, dan Muhammad saw!
Banyak pula di antara mereka
yang mengejek saya dengan menyuruh saya untuk berhenti membuat komentar
terhadap perilaku mereka. Alasannya karena saya berasal dari Indonesia yang
jelas dunia ketiga. Intinya, mereka menganggap saya tidak selevel dengan
mereka. Mereka merasa lebih tinggi dibandingkan saya. Sebetulnya, saya juga
pengen berhenti berbicara dengan mereka karena mulai bosen dan jengkel. Saya
mulai jenuh karena mereka bicara selalu bolak-balik ke itu-itu lagi, nggak ada
kemajuan. Saya sudah tidak lagi mendapatkan pengetahuan baru, kecuali ya itu
tadi yang bulak-balik-bekok. Nggak
ada gunanya. Akan tetapi, anehnya ketika saya berhenti, mereka mengajak
berdebat lagi dan lagi, terus dan terus lagi. Aneh mereka itu. Memang bego dan
tolol mereka.
Sebetulnya, saya tahu kenapa
mereka terus mengajak saya berdebat. Mereka ingin mengalahkan saya karena
setiap akhir pembicaraan, saya selalu menang. Jadi, ketika ada informasi baru,
mereka segera mengajak berdebat lagi, tetapi pasti kalah lagi.
Begini contohnya. Ketika
saya sudah bĂȘte ngobrol sama mereka, lalu
ada informasi baru tentang penembakan yang dilakukan dua muslim Amerika Serikat
terhadap panitia dan peserta acara menggambar
Nabi Muhammad saw di Amerika Serikat.
Mereka bilang orang Islam itu jahat,
buas, dan menyukai kekerasan sehingga menembak dan membubarkan acara menggambar
itu. Saya mudah saja menjawabnya bahwa menggambar Nabi Muhammad saw itu
penghinaan dan wajar jika ada orang yang mencintai Nabi, membela nabi yang
dicintainya sekaligus menegakkan kehormatan Islam dan kaum muslimin. Mereka
tidak mau terima penjelasan saya dan tetap berpendapat bahwa menggambar Nabi
itu adalah bagian dari freedom of speech.
Kata saya itu bukan kebebasan
berbicara, tetapi itu adalah kebebasan menghina. Mereka tetap bertahan bahwa
orang Islam menjadikan Amerika Serikat menjadi tidak aman untuk bebas
berekspresi.
Saya contohkan bagaimana
jika ada orang yang menggambar ibu mereka sedang bertelanjang di kandang babi
dan melakukan hubungan seks dengan babi-babi di sana.
Saya tahu bahwa mereka pasti
marah jika itu terjadi, tetapi karena pengen selalu menang berdebat, mereka
bilang dengan fake, “I don’t care!”
Mereka tetap ingin bebas
menghina dan membiarkan Ibu mereka dihina orang lain. Padahal, kalau kejadian
benar, mereka pasti emosi, tetapi karena ingin mengalahkan saya, mereka
berpura-pura tidak marah jika ibunya digambar sambil ngeseks di kandang babi dengan babi buduk.
Bodoh kan mereka?
Mereka tetap menyalahkan
orang Islam.
Saya bilang, “Don’t do something stupid if you do not want
to wretch.”
’Jangan melakukan hal bodoh
jika kamu tidak ingin celaka’.
Maksud saya jangan menyerang
agama dan perasaan orang lain, jika tidak ingin dibalas lebih keji oleh orang
yang merasa terhina.
Akan tetapi, mereka memang
bandel dan bilang, “You wrong, wrong!”
Wrong apa? Nyai Wrong Gank?
Kacau mereka.
Saya mengatakan don’t do something stupid if you do not want
to wretch itu ke banyak orang.
Artinya, dengan jumlah umat Islam yang semakin banyak dan selalu bertambah
sekitar 68.000 orang per hari di seluruh dunia, para penghina Islam harus
selalu berhati-hati karena memang bisa celaka. Apalagi Isis yang memiliki dana
dan senjata yang sangat hebat dan bisa berada di mana-mana, para penghina Islam
semakin terancam. Hal itu disebabkan memang Islam mengajarkan bahwa siapa pun
yang menghina dan memusuhi Allah swt, Islam, dan Muhammad saw, hukumannya
adalah mati. Bagi orang Islam yang ghirah-nya
tinggi dan tidak mempercayai hukum negara mana pun serta memiliki kesiapan
untuk syahid, pasti akan melakukan
penghukuman dengan caranya sendiri.
Orang Indonesia jangan bodoh
dan angkuh seperti mereka. Jangan bandel kalau dikasih tahu karena memang bisa
celaka.
Bom Paris itu terjadi karena
mereka melakukan something stupid, ‘hal
yang bloon’.
Mau tidak bloon bagaimana?
Kata Salim Said, pengamat
militer Indonesia dan dunia, Perancis itu sangat bersemangat memerangi Isis di
Suriah.
Itu tindakan bodoh.
Ngapain coba mereka
memerangi Isis?
Pengen jadi pahlawan?
Pengen minyak?
Pengen korupsi dana perang?
Pengen dapet bagian
keuntungan pascaperang jika Isis kalah?
Emang yakin gitu Isis bakal
kalah?
Perang sama Taliban aja ngos-ngosan. Malahan, dana untuk
membunuh satu orang Taliban saja sangat besar, yaitu lima miliar per satu
nyawa. Apalagi ngalahin Isis yang militansinya teramat menakutkan.
Alasan Isis melakukan aksi
teror di Paris, Perancis adalah karena Perancis memerangi Isis di Suriah dan
banyak orang di Perancis yang gemar melakukan penghinaan terhadap Nabi Muhammad
saw. Penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw yang dibiarkan itu adalah kebodohan
Perancis sendiri.
Kan saya udah bilang, “Don’t do something stupid if you do not want
to wretch.”
‘Jangan melakukan hal bodoh
jika kamu tidak ingin celaka’.
Kan saya sekarang bisa
ngakak sambil berkata, “See I’m right.”
Indonesia harus lihat Paris,
Perancis. Kejadian itu harus menjadi contoh. Perancis begitu sibuk dan
ketakutan setengah mati sehingga menutup seluruh perbatasan, menghentikan
jadwal permainan sepakbola, orang-orang dianjurkan untuk tidak ke tempat-tempat
keramaian, dan yang jelas orang-orang jadi merasa tidak aman karena mereka
tidak tahu siapa orang-orang yang ada di sekitar mereka sebenarnya.
Indonesia juga jangan
kecentilan ikut-ikutan memusuhi dengan penuh kebencian kepada kelompok-kelompok
yang sebetulnya tidak pernah merugikan dan tidak memusuhi Indonesia. Kita
jangan ikut-ikutan terseret ke dalam perang mereka. Kita nggak perlu
genit menuduh orang lain teroris, padahal tidak meneror kita. Bahayanya
adalah orang yang asalnya tidak memusuhi kita dan tidak pernah merugikan kita,
jadi benar-benar marah kepada kita karena kita kayak Neli, ‘Nenek Lincah’ yang nggak diperhatikan, tetapi karena
kegenitan, jadi juga pusat perhatian. Ruginya adalah mereka marah bukan karena
menjadikan Indonesia sebagai sasaran teror, tetapi marah karena kita
ikut-ikutan nimbrung nggak puguh. Ngaririweuh
sorangan.
Kalau kejadian di Indonesia,
kita semua yang rugi. Biaya yang harus dikeluarkan sangat tinggi dan keamanan
benar-benar robek. Itu terjadi karena kita centil ikut-ikutan. Lain halnya kalau
mereka bikin kekacauan di sini. Nah, itu memang harus diperangi dan masyarakat
pasti cepat marah. Mereka bisa mati dibakar massa.
Memang Undang-undang tentang
teroris kita juga rada aneh karena di sana disebutkan bahwa teroris itu adalah
orang yang melakukan aksi teror “di dalam dan di luar negeri”. Kalau teroris
itu adalah orang yang melakukan aksi teror di dalam negeri, itu bisa sangat
dipahami dan disetujui semua orang. Akan tetapi, jika teroris itu juga adalah
orang yang melakukan teror di luar negeri sehingga kita harus ikut sibuk,
memang aneh. Akibatnya, kita akan dengan mudah menuduh siapa pun sebagai
teroris jika negara lain menuduhnya duluan sebagai teroris, padahal belum
tentu. Bisa jadi juga seseorang atau sekelompok orang bermasalah dengan
pemerintahan di luar negeri, lalu melakukan aksi yang dituduhkan sebagai teror.
Akan tetapi, ketika di Indonesia mereka adalah orang baik karena tidak punya
masalah dengan pemerintah Indonesia, malahan mereka banyak berbuat kebaikan
seperti membangun masjid, panti asuhan, bersedekah kepada tetangga, membuka
lapangan kerja baru, dan memberikan sumbangan untuk kemajuan Indonesia.
Apakah orang seperti ini
harus ditangkap juga karena orang lain mengatakannya teroris, tetapi bermanfaat
banyak di tempat kita?
“Don’t
do something stupid if you do not want to wretch!"
"Do you understand this?"
No comments:
Post a Comment