oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Sampai hari ini sesungguhnya
belum ada yang benar-benar jelas, akurat, clear,
komprehensif, dan nyata mengenai Isis yang kabarnya ingin membentuk negara
Islam di Irak dan Suriah. Semua orang hanya menduga, mengira-ngira, dan
mempercayai berita-berita yang beredar entah dari mana. Tak ada satu orang pun
di muka Bumi ini yang mampu menjelaskan mengenai Isis secara kuat tanpa
terlihat kelemahan dari berita atau deskripsi yang disampaikannya, kecuali
pemimpinnya sendiri, tetapi tidak pernah menerangkan secara utuh. Hal ihwal
Isis ini sampai sekarang masih kabur sepekat kabut puncak gunung pada pagi
hari.
Dari awal kemunculannya saja
sudah mengagetkan. Kok bisa hadir dengan pengikut yang sangat banyak
bermilitansi tinggi, membawa senjata-senjata modern dan mahir menggunakannya,
serta memiliki dana yang teramat mengejutkan.
Media-media Barat mencoba
menjelaskan mengenai hal itu. Berita-beritanya masuk juga ke Indonesia. Mereka
menjelaskan bahwa Isis merupakan pecahan dari Al Qaeda dan memiliki banyak uang
hasil dari penjualan minyak di pasar gelap. Uang banyak itulah yang
digunakannya untuk membeli senjata, menjalankan operasinya, dan memberikan uang
saku, upah, atau honor bagi para pengikutnya dengan jumlah yang sangat
menggiurkan.
Jika itu benar, dunia akan
sangat mudah mengatasi Isis. Tidak perlu kirim pesawat tempur untuk mengebom
Isis yang entah kena entah tidak. Tidak usah kirim pasukan bersenjata lengkap
yang bisa saja terbunuh sewaktu-waktu sehingga keluarganya menjadi sedih.
Potong saja “pasar gelap” itu. Kan pastinya yang beli minyak dari Isis kalau
tidak pengusaha swasta bermodal besar yang bergerak di bidang minyak, ya
negara-negara butuh minyak. Kan mudah dideteksinya oleh negara-negara besar
yang katanya polisi dunia dan pemuja Ham itu. Hentikan saja jual beli antara
Isis dengan konsumennya. Dengan demikian, Isis akan kehabisan dana untuk
menjalankan berbagai programnya. Masa tidak bisa. Kan jadi aneh jika ingin
menumpas Isis, tetapi aliran bisnis Isis dibiarkan lancar, meriah, penuh
sukacita, dan gegap gempita. Menjadi sesuatu yang semakin aneh berteriak-teriak
seperti perempuan kecopetan di pasar
mempropagandakan Isis sebagai teroris kejam dan mempertontonkan show upaya memerangi Isis. Padahal,
upaya mempengaruhi dunia dengan berbagai propaganda itu memerlukan biaya yang
sangat tinggi dan harus dilakukan secara terus-menerus.
Ada lagi yang memberitakan bahwa Isis memiliki banyak
dana dan mobil-mobil mahal yang bagus-bagus adalah hasil dari merampok bank dan
showroom. Orang bisa percaya saja
berita itu, tetapi saya merasa heran.
Bank mana saja yang dirampok Isis? Di negara mana?
Showroom mobil mana yang dirampok Isis? Di negara mana?
Dunia tidak pernah mendengar ada bank yang dirampok dalam
jumlah yang sangat besar dengan kerugian fantastis. Kalaupun ada negara yang
bank-banknya dirampok Isis, niscaya negara itu akan jatuh dalam krisis ekonomi
yang mengkhawatirkan karena Isis pasti menghabisi uangnya dan membunuhi siapa
saja yang ada di sana, bahkan akan menjadi teror besar-besaran dalam sebuah
negara. Kan nggak ada perampokan itu. Kalau ada, pasti jadi berita
internasional juga.
Begitu juga nggak pernah kedengaran ada showroom mobil
yang habis ludes mobil jualannya digondol Isis. Kalau ada, pasti jadi sensasi
dunia.
Jangan mudah percaya dengan berita sepotong-sepotong yang
tidak komplit dan cenderung membodohkan. Agak pintar dikit untuk mempercayai
berita kan nggak apa-apa. Bagus malahan.
Jadi, dari mana Isis sebenarnya dapat uang?
Berita-berita yang berseliweran mengenai Isis pun, baik
di televisi maupun di Youtube banyak yang aneh, kontradiktif, bohong, bahkan
lucu. Saya bilang lucu karena kelihatan banget bohongnya, hanya video rekayasa.
Yang bikin video sih keinginannya serius, tetapi karena tidak cerdas, kelihatan
sekali begonya. Pada banyak acara televisi dan tayangan Youtube Isis diperlihatkan
kejam, sadis, mudah menganiaya, dan gemar membunuh. Akan tetapi, pada stasiun
televisi yang sama dan tayangan-tayangan Youtube lainnya diberitakan pula bahwa
Isis membiarkan orang-orang Syiah untuk berpuasa dan melakukan ibadat
sebagaimana keyakinannya masing-masing, malahan orang-orang Syiah itu berada
dalam perlindungan Isis karena berada dalam wilayah yang dikuasai Isis. Kan
kontradiktif dengan berita bahwa Isis membunuhi siapa saja yang tidak sesuai
dengan keyakinan Isis. Bahkan, ketika pengungsi Suriah berlarian ke Eropa, Isis
menyerukan untuk tidak perlu mengungsi atau berlarian. Hal itu menunjukkan
bahwa Isis tidak akan membunuh atau melukai siapa pun yang tidak memusuhi Isis.
Berita mengenai penyanderaan di Hotel Mako, Mali pun
nggak lurus. Saat awal diberitakan para penyandera itu berasal dari kelompok Al
Qaeda. Memang kemudian, Al Qaeda pun mengakui. Akan tetapi, tiba-tiba
diberitakan lagi bahwa para penyandera itu berasal dari kelompok lain yang saya
lupa namanya karena kelompok itu nggak beken-beken amat. Hal yang lucu dan aneh
adalah berita ketika penyanderaan itu diatasi oleh pihak keamanan, pembawa
berita atau reporternya mengatakan dengan jelas bahwa aksi penyanderaan itu
dilakukan oleh Al Qaeda, tetapi pada saat yang sama diperlihatkan pula bahwa di
hotel itu ditemukan bendera Isis yang sedang dibeberkan oleh polisi di depan
kamera. Aneh bersaudara dengan lucu.
Jadi, siapa yang melakukan
penyanderaan itu? Al Qaeda, kelompok lain, atau Isis?
Mungkinkah mereka bertiga
melakukannya barengan?
Tidak mungkin karena
penyanderanya juga hanya dua orang. Mungkin kelompok yang nggak beken itu
ikut-ikutan ngaku karena pengen beken. Jadi, tinggal dua kelompok, yaitu Al
Qaeda dan Isis.
Mungkinkah Al Qaeda dan Isis
kerja sama?
Itu juga tidak mungkin, Bro.
Kenapa?
Al Qaeda itu punya tujuan
yang berbeda dengan Isis. Di samping itu, banyak aksi Isis yang justru dikecam
dan dianggap tidak Islami oleh Al Qaeda.
Jadi, memang berita yang
beredar di dunia ini banyak yang dikendalikan oleh orang-orang yang punya
banyak kepentingan dan tidak terlalu pintar berbohong, tetapi nggak mau jujur.
Oleh sebab itu, kita jangan mudah terpengaruh. Kita harus bisa menganalisis
sendiri ketika mendapatkan sebuah informasi. Jangan mudah diperdaya orang, agar
kita tidak menjadi kambing congek
yang mudah sekali ditarik-tarik kesana-kemari oleh para pendusta.
Para pendusta dan pembohong
itu adalah anak buah Dajjal, baik sadar ataupun tidak. Kan Dajjal itu punya
makna “Raja Dusta”. Raja Pendusta itu pasti punya anak buah pendusta dan
pembohong. Makanya, jangan berbohong dan jangan berdusta kalau tidak ingin
menjadi anak buah Dajjal. Kalau memang mau jadi anak buahnya, ya terserah.
Analisis
Dalam Negeri
Dari seluruh keterangan
mengenai Isis yang sempat saya perhatikan, baik yang beredar di luar negeri maupun
dalam negeri, saya lebih menyukai yang berasal dari dalam negeri. Bukan soal
dalam dan luar negeri atau soal nasionalisme yang menyebabkan saya lebih
percaya pada analisa dari dalam negeri Indonesia, melainkan karena lebih jelas,
lebih mudah dimengerti, dan lebih bisa dipercaya meskipun tidak yakin 100%.
Ada dua orang yang
menjelaskan mengenai Isis, yaitu Salim Said, pengamat militer dan dunia, serta
Mahfud Siddiq, anggota DPR RI Komisi I. Merekalah yang membuat saya sedikit
agak bisa mengerti mengenai Isis.
Salim Said memberikan
penjelasan dalam keadaan dirinya pun sebenarnya menunggu orang lain yang lebih
paham mengenai Isis. Dia memberikan penjelasan berdasarkan pengamatannya dan
pengalamannya dalam menganalisa berbagai hubungan yang terjadi di dunia
internasional. Kalau saya tidak salah mendengar, Salim Said menjelaskan bahwa
mereka yang berkepentingan di Suriah adalah dunia Barat karena ada minyak di
sana. Barat menginginkan lebih bisa menguasai Suriah tanpa kendali Bashar al
Asaad. Demikian pula Arab Saudi memiliki kepentingan pula terhadap jatuhnya
Bashar al Asaad sebagai Presiden Suriah karena persoalan minyak juga dan
perilaku Bashar al Asaad yang dianggap keras kepala. Jadi, Salim Said menduga
keras bahwa Isis sebenarnya dibiayai Barat yang dimotori Amerika Serikat serta
disokong pula oleh Arab Saudi. Oleh sebab itu, tak heran Isis memiliki dukungan
dana yang begitu kuat dan besar.
Penjelasan Salim Said tersebut
dapat kita anggap sebagai kebenaran sementara karena memang Amerika Serikat
ketika melihat Isis dan pemberontak Suriah sudah mendesak Bashar al Asaad yang
mulai terpojok, Obama segera merancang pemerintahan baru untuk Suriah. Di
samping itu, sempat diberitakan pula protes dan kemarahan pilot-pilot pesawat
tempur Amerika Serikat yang mendapat larangan dari atasannya untuk menembak
Isis. Akan tetapi, tampaknya rencana Obama itu tidak berjalan normal karena
Rusia mulai terlibat membantu Bashar al Asaad dalam memerangi Isis dan pemberontak
Suriah. Hal itu menyebabkan militer Suriah yang hampir jatuh kembali mendapat
kekuatan baru.
Soal Arab Saudi, kita bisa
melihatnya dari keengganannya untuk memerangi Isis. Ada negara-negara yang
mengajaknya untuk memerangi Isis, tetapi Arab Saudi menolaknya. Arab Saudi
lebih memilih untuk memerangi pemberontak Syiah Houthi di Yaman.
Mahfud Siddiq, anggota DPR
RI Komisi I, mengakui memiliki tim atau relasi yang mempelajari Isis di Suriah.
Kalau saya tidak salah dengar, dia menjelaskan bahwa Isis terbentuk karena
kesalahan kebijakan dari intelijen Amerika Serikat, Inggris, dan Israel di
Timur Tengah. Orang-orang yang kecewa terhadap keadaan di Timur Tengah pun
segera membentuk Isis.
Mahfud Siddiq pun
mengingatkan pemerintah Indonesia agar tidak terlalu over acting dalam menanggapi persoalan Isis. Dia sangat tidak ingin
pemerintah Indonesia “menari di atas gendang orang lain”. Artinya, Indonesia
tidak perlu ikut-ikutan sibuk mengenai hal tersebut. Hal itu disebabkan jika
Indonesia ikut sibuk, yang untung adalah negara-negara Barat dan Indonesia
tidak mendapatkan apa pun. Mahfud melihat memang ada upaya dari berbagai negara
yang berkepentingan terhadap keberadaan Isis untuk memperluas konflik ke
negara-negara lainnya, termasuk ke Indonesia. Dia tidak ingin Indonesia
terseret-seret ke dalam agenda mereka yang hanya menguntungkan mereka. Kita
hanya dibuat sibuk saja tanpa mendapatkan manfaat apa pun.
Penjelasan dari Mahfud
Siddiq dapat sedikit menerangi kita soal Isis. Hal itu disebabkan memang
negara-negara Barat memiliki banyak kepentingan di Timur Tengah, baik secara
ekonomi maupun politik. Kepentingan-kepentingan itu jadi berkolaborasi dengan
orang-orang kecewa yang membentuk Isis untuk keluar dari kondisi yang mengecewakannya.
Negara-negara besar yang berkepentingan dalam hal ekonomi dan politik di Timur
Tengah bersinergi dengan kepentingan Isis yang juga menginginkan kekuasaan
politik dan ekonomi serta menjatuhkan pemerintahan Bashar al Asaad yang kejam
dan jahat terhadap rakyatnya. Di samping itu, mereka pun meyakini bahwa agar
Irak dan Suriah keluar dari berbagai kesulitannya, harus didirikan negara Islam
sesuai yang mereka yakini.
So,
saya
jadi teringat penjelasan dari Proklamator RI, Ir. Soekarno, bahwa sesungguhnya
yang namanya fascism dan komunisme hanyalah alat belaka yang nilainya sama dengan
meriam waja. Itu hanyalah alat belaka
untuk dijadikan dagangan dalam menguasai ekonomi dan politik. Maksudnya, dunia
pada saat itu menjelek-jelekkan dan mempropagandakan bahaya fasis dan komunis.
Soekarno berpendapat bahwa mereka yang berteriak-teriak mempropagandakan fasis
dan komunis berbahaya sesungguhnya hanya ingin menguasai ekonomi dan politik di
dunia. Saat ini alat atau dagangan itu bukan lagi fasis dan komunis, melainkan terorisme. Jadi, propaganda soal terorisme hanyalah kedok untuk menutupi
maksud yang sebenarnya, yaitu tetap sama: ekonomi dan politik.
Apa pun yang mereka
propagandakan, kampanyekan, teriakan selalu berujung pada hal yang sama yang
dalam bahasa sekarang adalah UUD:
Ujung-Ujungnya Duit.
No comments:
Post a Comment