oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Makin lama makin lucu nih
persoalan teroris ini. Banyak hal yang membingungkan, tetapi dipercaya sebagai
bukti nyata. Aneh.
Ketika menonton berita soal
adanya dugaan pelaku teror Paris yang pernah tinggal di Bandung, saya sedang
berada di rumah orangtua saya. Saya menontonnya bersama adik bungsu saya
perempuan yang sempat kuliah di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati,
Bandung.
Ketika menonton berita itu,
adik saya selalu bilang, “Terus? Terus gimana gitu? Orang Bandungnya juga biasa
aja.”
Dia satu perasaan sama saya
dan juga satu pikiran. Akhirnya, berita-berita itu jadi olok-olokan kami.
Diparodiin, ditambah-tambah, dilucu-lucu karena emang lucu. Kami jadi
tertawa-tawa terbahak-bahak.
Kan orang yang diduga
teroris di Paris, Perancis itu namanya Frederick Jean Salvi yang punya nama
panggilan Ali. Kabar dari luar negeri, dia pernah tinggal di Bandung selama
tiga tahun. Terus, kata berita asing, dia belajar Islam di Pesantren Al Jawami,
Cibiru, Bandung. Berdasarkan kabar kapitalis yang belum tentu benar itu timbul
istilah “Jaringan Teroris Cibiru Bandung”.
Emang mana jaringannya?
Orang Cibiru, Cileunyi, dan
Ujungberung, Bandung, biasa aja tenang-tenang gak ada masalah. Malah berita
samar-samar itu jadi sedikit mengusik orang Bandung. Warga Bandung itu warga
kota dan kabupaten yang lebih tenang dibandingkan wilayah-wilayah lain. Ketika
di tempat-tempat lain terjadi huru-hara akibat Pemilihan Kadal atau hal yang lainnya, Bandung
itu relatif aman. Orang-orangnya malas untuk diajak huru-hara. Jadi, kalau ada
percikan kekerasan yang mengganggu ketenteraman, tokoh-tokoh Bandung bergerak
sangat cepat meredamnya.
Istilah Jaringan Teroris
Cibiru Bandung itu cuma dibuat-buat untuk menarik perhatian orang agar ikut
sibuk memperhatikan. Akan tetapi, untungnya jaringan itu sama sekali tidak
terbukti sampai saat ini dan masyarakat pun hare-hare.
Kalaulah memang benar
Frederick pernah tinggal di Bandung dan belajar Islam di Al Jawami, emangnya
kenapa?
Apa masalahnya?
Suka-suka dia mau belajar di
mana juga dan hak Al Jawami mau menerima murid dari mana pun.
Apa berita itu mau bikin
kisruh bahwa Al Jawami mengajarkan terorisme?
Sepanjang pengetahuan saya
pendirian Pesantren Al Jawami itu melibatkan pula almarhum mantan Ketua MUI
Jawa Barat. Salah seorang anaknya menjadi anggota DPR RI. Dalam masa-masa
pemilihan kemaren masih juga ikut kampanye dengan slogan “Coblos Sorban Hejo”, ‘Coblos Surban Hijau’. Maaf ya kalau saya
salah informasi, tetapi memang begitulah yang saya dengar dari orang-orang.
Apa berita itu mau bikin
tuduhan bahwa Bandung juga memproduksi terorisme?
Sudah saya bilang orang
Bandung itu malas untuk rusuh. Pesantren Al Jawami juga pesantren terhormat dan
tenang-tenang saja. Masyarakat tidak terganggu, malahan ikut terdorong kualitas
hidupnya dengan adanya pesantren di wilayah itu.
Pengakuan K.H. Imang yang
memimpin Al Jawami ini menegaskan bahwa Frederick hanya datang empat kali untuk
silaturahmi dan nawarin mobil tuanya untuk dijual. Polisi juga bilang begitu
kok. Jadi, tidak benar berita dari Paris itu bahwa Frederick belajar Islam di
Al Jawami. Maksudnya, belajar seperti santri mukim yang mondok di pesantren.
Kalau belajar Islam, ya bisa aja dari empat kali pertemuan itu ada diskusi dan
tausiyah-tausiyah ringan untuk mempererat tali silaturahmi dan menambah ilmu
pengetahuan untuk menguatkan keimanan. Itu biasa kalau orang-orang Islam
beriman bertemu, yang dibicarakannya pasti tentang Islam dan Allah swt.
Kalau cuma datang empat kali
ke Al Jawami, kenapa harus sewot?
Itu kan cuma datang
sebentar-sebentar.
Kalau cuma datang empat
kali, lalu dituduh sebagai jaringan teroris, sebaiknya jadikan juga sasaran
kecurigaan itu kios-kios depan Jalan Cileunyi, Bandung karena Frederick pasti
pernah beli obat nyamuk, obat batuk, obat pusing, atau makanan ringan di sana.
Itu patut dicurigai karena pernah didatangi Frederick. Jadikan juga sasaran
kecurigaan itu penjaga WC di Terminal Cileunyi karena siapa tahu Frederick
pernah beol lama dan berkali-kali di
sana. Pokoknya, tempat-tempat yang kemungkinan besar pernah didatangi Frederick
harus dijadikan sasaran kecurigaan, meskipun cuma tiga atau empat kali
didatangi Frederick dalam waktu sebentar-sebentar.
Di samping itu, kenapa harus
Al Jawami yang jadi berita?
Logikanya kan begini. Orang
asing muslim yang sudah lama tinggal di Bandung, pasti tidak akan melewatkan
untuk shalat dan diskusi berulang-ulang di Masjid Agung Bandung. Di masjid itu
sangat deras diskusi-diskusi soal Islam, perjuangan Islam, masa depan Islam,
serta hal-hal yang harus dilakukan untuk kemuliaan Islam dan kaum muslimin di
dunia.
Kenapa tidak tanya soal
Frederick ke DKM Masjid Agung Provinsi Jawa Barat, Bandung?
Selain itu, di Bandung itu
ada pesantren yang terkenal ke seluruh dunia, yaitu Daarut Tauhid. Sangat aneh
jika ada orang muslim asing yang lama tinggal di Bandung, tetapi tidak
menyempatkan diri ke Daarut Tauhid.
Kenapa tidak tanya ke Aa
Gym?
Di Daarut Tauhid itu banyak
orang bule yang datang untuk bersilaturahmi atau masuk Islam mengucapkan syahadat. Malah, Frederick bisa lebih
dari empat kali datang ke sana untuk mendengarkan ceramah-ceramah Aa Gym.
Di wilayah Cibiru-Cileunyi
itu ada Ustadz yang sangat terkenal se-Jawa Barat, namanya Ustadz Jujun
Junaedi. Tanya dia soal Frederick karena orang muslim asing itu sangat gemar untuk
bersilaturahmi ke ustadz-ustadz yang ada. Tetangga saya juga ada ustadz yang
sering ditemui orang asing, namanya Ustadz Bachrum. Beberapa kali ada dari tamu
India, Pakistan, Itali, dan sebagainya.
Mau ditanya juga Ustadz
tetangga saya itu?
Bisa jadi kan Frederick
pernah datang ke sana?
Kabarnya juga kan Frederick
pernah tinggal di wilayah sekitar Al Jawami?
Untuk memastikannya jangan
tanya tukang warung, tukang Cilok, orang lewat, atau penduduk biasa. Tanya
camat, tanya lurah, tanya RW, tanya RT, tanya ketua karang taruna, tanya ketua
pemuda masjid, atau tanya tokoh masyarakat. Dengan demikian, akan didapat data
yang akurat dan bisa dipercaya. Agak mustahil Frederick bisa tinggal lama di
wilayah itu kalau tidak diketahui pengurus warga setempat. Di sana masih
berlaku “1 X 24 Jam Tamu Wajib Lapor”.
Masih ada yang aneh tentang
Frederick ini. Katanya dia pernah dipenjara di Perancis karena terlibat
Narkoba. Kemudian, di dalam penjara itulah Frederick belajar Islam Radikal. Hebat
juga dia ya langsung sadar dari Narkoba dan menjadi muslim.
Saya heran siapa yang
mengajari Frederick tentang Islam radikal di penjara? Siapa namanya? Gara-gara
apa gurunya itu masuk ke dalam penjara?
Kok bisa ya?
Ow, mungkin belajar Islam radikal bukan dari
seseorang, tetapi melalui buku-buku.
Dari mana dia dapat
buku-buku itu?
Kok bisa ada buku Islam
radikal masuk ke dalam penjara Perancis?
Mungkin di penjara itu ada
perpustakaan, tetapi kok bisa di perpustakaan itu ada buku semacam itu?
Ini penjara macam apaan tuh?
Jadi, katanya dia belajar
Islam dari dalam penjara.
Kalau begitu, mengapa harus
dikaitkan dengan Pesantren Al Jawami?
Seharusnya, “Jaringan
Teroris Penjara Perancis” kan belajarnya di penjara Perancis. Yang bego ya
mereka juga
Lepas dari itu semua, saya
acungkan dua jempol buat Kapolri Badrodin Haiti. Dia bilang jangan terlalu
cepat menyimpulkan karena hal itu harus didalami lebih dahulu. Hebat dia tidak
langsung percaya pada berita-berita asing. Dia ingin semuanya clear, jelas, ada bukti akurat.
Baguslah. Itu menandakan dia tidak mudah dikendalikan informasi samar. Dia
tidak genit yang langsung percaya jika orang bule bilang sesuatu, langsung
diamini. Dia sangat berhati-hati dan tidak ingin rakyat Indonesia dipermainkan
hanya oleh informasi-informasi asing yang belum tentu benar.
Oh ya, mari kita ukur rasa
nasionalisme kita. Jawab pertanyaan saya. Kan kata kapitalis Frederick
mendalami Islam di Al Jawami, tetapi kata pemimpin Pesantren Al Jawami,
Frederick hanya datang empat kali untuk silaturahmi dan tidak mondok untuk
menuntut ilmu.
Siapa yang kalian percayai,
pemimpin Pesantren Al Jawami atau berita dari kapitalis?
Saya kasih jalan untuk
menjawabnya. Pemimpin Pesantren Al Jawami itu orang terhormat dan dipercaya
untuk mendidik banyak orang agar menjadi orang-orang baik dan berguna. Dia pun
tidak pernah melanggar hukum di Indonesia. Adapun kapitalis ya kapitalis yang
negerinya membiarkan orang-orang untuk menghina Nabi Muhammad saw dan menghina
juga seluruh agama di dunia. Di samping itu, mereka pernah melakukan kejahatan
di negara-negara jajahan mereka.
Ayo jawab.
Mudah kan?
Kaget?
No comments:
Post a Comment