Saturday, 21 November 2015

Jaringan Teroris Cibiru Bandung Padahal Paris


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Makin lama makin lucu nih persoalan teroris ini. Banyak hal yang membingungkan, tetapi dipercaya sebagai bukti nyata. Aneh.

Ketika menonton berita soal adanya dugaan pelaku teror Paris yang pernah tinggal di Bandung, saya sedang berada di rumah orangtua saya. Saya menontonnya bersama adik bungsu saya perempuan yang sempat kuliah di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung.

Ketika menonton berita itu, adik saya selalu bilang, “Terus? Terus gimana gitu? Orang Bandungnya juga biasa aja.”

Dia satu perasaan sama saya dan juga satu pikiran. Akhirnya, berita-berita itu jadi olok-olokan kami. Diparodiin, ditambah-tambah, dilucu-lucu karena emang lucu. Kami jadi tertawa-tawa terbahak-bahak.

Kan orang yang diduga teroris di Paris, Perancis itu namanya Frederick Jean Salvi yang punya nama panggilan Ali. Kabar dari luar negeri, dia pernah tinggal di Bandung selama tiga tahun. Terus, kata berita asing, dia belajar Islam di Pesantren Al Jawami, Cibiru, Bandung. Berdasarkan kabar kapitalis yang belum tentu benar itu timbul istilah “Jaringan Teroris Cibiru Bandung”.

Emang mana jaringannya?

Orang Cibiru, Cileunyi, dan Ujungberung, Bandung, biasa aja tenang-tenang gak ada masalah. Malah berita samar-samar itu jadi sedikit mengusik orang Bandung. Warga Bandung itu warga kota dan kabupaten yang lebih tenang dibandingkan wilayah-wilayah lain. Ketika di tempat-tempat lain terjadi huru-hara akibat Pemilihan Kadal atau hal yang lainnya, Bandung itu relatif aman. Orang-orangnya malas untuk diajak huru-hara. Jadi, kalau ada percikan kekerasan yang mengganggu ketenteraman, tokoh-tokoh Bandung bergerak sangat cepat meredamnya.

Istilah Jaringan Teroris Cibiru Bandung itu cuma dibuat-buat untuk menarik perhatian orang agar ikut sibuk memperhatikan. Akan tetapi, untungnya jaringan itu sama sekali tidak terbukti sampai saat ini dan masyarakat pun hare-hare.

Kalaulah memang benar Frederick pernah tinggal di Bandung dan belajar Islam di Al Jawami, emangnya kenapa?

Apa masalahnya?

Suka-suka dia mau belajar di mana juga dan hak Al Jawami mau menerima murid dari mana pun.

Apa berita itu mau bikin kisruh bahwa Al Jawami mengajarkan terorisme?

Sepanjang pengetahuan saya pendirian Pesantren Al Jawami itu melibatkan pula almarhum mantan Ketua MUI Jawa Barat. Salah seorang anaknya menjadi anggota DPR RI. Dalam masa-masa pemilihan kemaren masih juga ikut kampanye dengan slogan “Coblos Sorban Hejo”, ‘Coblos Surban Hijau’. Maaf ya kalau saya salah informasi, tetapi memang begitulah yang saya dengar dari orang-orang.

Apa berita itu mau bikin tuduhan bahwa Bandung juga memproduksi terorisme?

Sudah saya bilang orang Bandung itu malas untuk rusuh. Pesantren Al Jawami juga pesantren terhormat dan tenang-tenang saja. Masyarakat tidak terganggu, malahan ikut terdorong kualitas hidupnya dengan adanya pesantren di wilayah itu.

Pengakuan K.H. Imang yang memimpin Al Jawami ini menegaskan bahwa Frederick hanya datang empat kali untuk silaturahmi dan nawarin mobil tuanya untuk dijual. Polisi juga bilang begitu kok. Jadi, tidak benar berita dari Paris itu bahwa Frederick belajar Islam di Al Jawami. Maksudnya, belajar seperti santri mukim yang mondok di pesantren. Kalau belajar Islam, ya bisa aja dari empat kali pertemuan itu ada diskusi dan tausiyah-tausiyah ringan untuk mempererat tali silaturahmi dan menambah ilmu pengetahuan untuk menguatkan keimanan. Itu biasa kalau orang-orang Islam beriman bertemu, yang dibicarakannya pasti tentang Islam dan Allah swt.

Kalau cuma datang empat kali ke Al Jawami, kenapa harus sewot?

Itu kan cuma datang sebentar-sebentar.

Kalau cuma datang empat kali, lalu dituduh sebagai jaringan teroris, sebaiknya jadikan juga sasaran kecurigaan itu kios-kios depan Jalan Cileunyi, Bandung karena Frederick pasti pernah beli obat nyamuk, obat batuk, obat pusing, atau makanan ringan di sana. Itu patut dicurigai karena pernah didatangi Frederick. Jadikan juga sasaran kecurigaan itu penjaga WC di Terminal Cileunyi karena siapa tahu Frederick pernah beol lama dan berkali-kali di sana. Pokoknya, tempat-tempat yang kemungkinan besar pernah didatangi Frederick harus dijadikan sasaran kecurigaan, meskipun cuma tiga atau empat kali didatangi Frederick dalam waktu sebentar-sebentar.

Di samping itu, kenapa harus Al Jawami yang jadi berita?

Logikanya kan begini. Orang asing muslim yang sudah lama tinggal di Bandung, pasti tidak akan melewatkan untuk shalat dan diskusi berulang-ulang di Masjid Agung Bandung. Di masjid itu sangat deras diskusi-diskusi soal Islam, perjuangan Islam, masa depan Islam, serta hal-hal yang harus dilakukan untuk kemuliaan Islam dan kaum muslimin di dunia.

Kenapa tidak tanya soal Frederick ke DKM Masjid Agung Provinsi Jawa Barat, Bandung?

Selain itu, di Bandung itu ada pesantren yang terkenal ke seluruh dunia, yaitu Daarut Tauhid. Sangat aneh jika ada orang muslim asing yang lama tinggal di Bandung, tetapi tidak menyempatkan diri ke Daarut Tauhid.

Kenapa tidak tanya ke Aa Gym?

Di Daarut Tauhid itu banyak orang bule yang datang untuk bersilaturahmi atau masuk Islam mengucapkan syahadat. Malah, Frederick bisa lebih dari empat kali datang ke sana untuk mendengarkan ceramah-ceramah Aa Gym.

Di wilayah Cibiru-Cileunyi itu ada Ustadz yang sangat terkenal se-Jawa Barat, namanya Ustadz Jujun Junaedi. Tanya dia soal Frederick karena orang muslim asing itu sangat gemar untuk bersilaturahmi ke ustadz-ustadz yang ada. Tetangga saya juga ada ustadz yang sering ditemui orang asing, namanya Ustadz Bachrum. Beberapa kali ada dari tamu India, Pakistan, Itali, dan sebagainya.

Mau ditanya juga Ustadz tetangga saya itu?

Bisa jadi kan Frederick pernah datang ke sana?

Kabarnya juga kan Frederick pernah tinggal di wilayah sekitar Al Jawami?

Untuk memastikannya jangan tanya tukang warung, tukang Cilok, orang lewat, atau penduduk biasa. Tanya camat, tanya lurah, tanya RW, tanya RT, tanya ketua karang taruna, tanya ketua pemuda masjid, atau tanya tokoh masyarakat. Dengan demikian, akan didapat data yang akurat dan bisa dipercaya. Agak mustahil Frederick bisa tinggal lama di wilayah itu kalau tidak diketahui pengurus warga setempat. Di sana masih berlaku “1 X 24 Jam Tamu Wajib Lapor”.

Masih ada yang aneh tentang Frederick ini. Katanya dia pernah dipenjara di Perancis karena terlibat Narkoba. Kemudian, di dalam penjara itulah Frederick belajar Islam Radikal. Hebat juga dia ya langsung sadar dari Narkoba dan menjadi muslim.

Saya heran siapa yang mengajari Frederick tentang Islam radikal di penjara? Siapa namanya? Gara-gara apa gurunya itu masuk ke dalam penjara?

Kok bisa ya?

Ow, mungkin belajar Islam radikal bukan dari seseorang, tetapi melalui buku-buku.

Dari mana dia dapat buku-buku itu?

Kok bisa ada buku Islam radikal masuk ke dalam penjara Perancis?

Mungkin di penjara itu ada perpustakaan, tetapi kok bisa di perpustakaan itu ada buku semacam itu?

Ini penjara macam apaan tuh?

Jadi, katanya dia belajar Islam dari dalam penjara.

Kalau begitu, mengapa harus dikaitkan dengan Pesantren Al Jawami?

Seharusnya, “Jaringan Teroris Penjara Perancis” kan belajarnya di penjara Perancis. Yang bego ya mereka juga

Lepas dari itu semua, saya acungkan dua jempol buat Kapolri Badrodin Haiti. Dia bilang jangan terlalu cepat menyimpulkan karena hal itu harus didalami lebih dahulu. Hebat dia tidak langsung percaya pada berita-berita asing. Dia ingin semuanya clear, jelas, ada bukti akurat. Baguslah. Itu menandakan dia tidak mudah dikendalikan informasi samar. Dia tidak genit yang langsung percaya jika orang bule bilang sesuatu, langsung diamini. Dia sangat berhati-hati dan tidak ingin rakyat Indonesia dipermainkan hanya oleh informasi-informasi asing yang belum tentu benar.

Oh ya, mari kita ukur rasa nasionalisme kita. Jawab pertanyaan saya. Kan kata kapitalis Frederick mendalami Islam di Al Jawami, tetapi kata pemimpin Pesantren Al Jawami, Frederick hanya datang empat kali untuk silaturahmi dan tidak mondok untuk menuntut ilmu.

Siapa yang kalian percayai, pemimpin Pesantren Al Jawami atau berita dari kapitalis?

Saya kasih jalan untuk menjawabnya. Pemimpin Pesantren Al Jawami itu orang terhormat dan dipercaya untuk mendidik banyak orang agar menjadi orang-orang baik dan berguna. Dia pun tidak pernah melanggar hukum di Indonesia. Adapun kapitalis ya kapitalis yang negerinya membiarkan orang-orang untuk menghina Nabi Muhammad saw dan menghina juga seluruh agama di dunia. Di samping itu, mereka pernah melakukan kejahatan di negara-negara jajahan mereka.

Ayo jawab.

Mudah kan?


Kaget?

No comments:

Post a Comment