Tuesday, 10 November 2015

Mendoakan Orang yang Tidak Jelas Adalah Kebegoan



oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya

Doa adalah senjata orang beriman. Itu jelas. Doa bisa menembus batas waktu dan tempat. Ia akan menarik energi ketuhanan sebagaimana kalimat-kalimat yang dipanjatkan dan akan memberikan energi ekstra bagi pendoanya. Orang yang gemar berdoa hatinya akan lembut dan penuh percaya diri dalam menapaki kehidupan ini. Allah swt adalah satu-satunya zat yang membuatnya kuat dan tenang sepanjang hidupnya.

            Doa pun berarti permohonan agar Allah swt memberikan atau menganugerahkan sesuatu sesuai dengan keinginan pendoanya. Doa pun berarti pengakuan diri bahwa pendoa adalah makhluk yang lemah dan sangat membutuhkan pertolongan dari Zat Mahakuat, Allah swt.

            Berdoa untuk orang lain adalah sangat baik. Dalam suatu keterangan disebutkan bahwa jika kita berdoa untuk kebaikan orang lain, saat itu pula ada seribu malaikat yang berdoa untuk kita. Jadi, berdoa untuk orang lain itu memiliki manfaat positif pula bagi pendoanya yang jauh berlipat ganda kebaikannya dibandingkan dengan doa yang kita panjatkan.

            Berdoa untuk orang lain adalah bagus. Akan tetapi, akan menjadi aneh jika kita mendoakan orang-orang yang tidak jelas, orang-orang yang tidak kita ketahui manfaatnya bagi diri kita, orang-orang yang hanya diklaim sebagai orang baik tanpa kita tahu sejauh mana kebaikannya, orang-orang yang hanya diiklankan sebagai pemimpin tanpa kita tahu apa manfaatnya dia bagi kita, orang-orang yang hanya dikampanyekan sebagai orang shaleh tanpa kita tahu dengan jelas keshalehannya.

            Hal yang lebih lucu adalah jika mendoakan pemimpin negara lain yang sama sekali tidak memberikan manfaat apa pun bagi kita. Bahkan, ada banyak orang di Indonesia ini yang begonya bukan main. Orang-orang bego ini mendoakan pemimpin negara lain, baik yang masih hidup maupun yang sudah modar sejak lama dan menginginkan orang-orang Indonesia serta Negara Indonesia untuk mengekor pada para pemimpin negara lain itu. Aneh. Padahal, orang-orang bego itu sendiri tidak pernah mendapatkan manfaat apa pun dari orang yang disanjung-sanjungnya itu. Aneh bin tolol. Begonya, mereka yakin bahwa kebegoannya itu adalah suatu kebaikan. Benar-benar goblok. Gilanya lagi orang-orang bego itu bikin-bikin acara seperti tradisi negara lain yang aneh dan dianggap suatu ritual utama sesuai anjuran dari para pemimpin negara lain itu. Kusut pikiran mereka itu.

Ngapain sih mereka melakukan hal-hal tolol serupa itu?

Pernah mendapat keuntungan apa sih dari para pemimpin negara lain itu?

Mengapa begitu yakin jika mengikuti para pemimpin yang tidak bermanfaat itu bakalan masuk sorga?

Emang pernah ada jaminan dari Allah swt bahwa mereka itu adalah sudah dipastikan masuk sorga?

Benar-benar herman saya … eh … heran saya.

Nih, saya kasih tahu bahwa yang lebih baik kita doakan itu adalah Ir. Soekarno, Proklamator RI, yang sejak muda sudah mencintai bangsanya dan menderita berulang-ulang ditahan pihak kolonialis. Dia berjuang untuk kita dan kita pun mendapatkan manfaat dari Ir. Soekarno. Dia adalah orang yang sangat pantas didoakan daripada mendoakan pemimpin negara lain yang tidak jelas juntrungnya.

Yang pantas didoakan itu adalah Jenderal Sudirman yang sekuat tenaga dalam keadaan sakit keluar masuk hutan untuk kemerdekaan Indonesia. Meskipun sudah dinasihati banyak orang untuk beristirahat, ia tidak mau berhenti berjuang.

Ia dengan tegas dalam keadaan sakit parah mengatakan, “Sudirman boleh sakit, tetapi Jenderal Sudirman tidak boleh sakit.”

Hebat kan perjuangannya?

Kita orang Indonesia mendapatkan manfaat dan keuntungan dari sepak terjangnya Jenderal Besar Sudirman. Bodoh jika kita merasa dirugikan oleh Jenderal Sudirman. Dialah yang lebih berhak untuk kita doakan dibandingkan para petinggi negara lain yang gemar mengafirkan orang itu.

Yang pantas didoakan itu adalah Mohammad Natsir yang banyak memberikan pencerahan dan pelajaran berharga bagi Indonesia. Ia adalah intelektual nomor wahid yang pikirannya tajam dan jauh ke depan sehingga bangsa Indonesia mendapatkan banyak wawasan dalam berbangsa dan bernegara. Dia adalah orang yang pantas kita doakan daripada orang-orang yang mengklaim diri sebagai orang yang dekat dengan Tuhan, tetapi gemar berbohong.

Yang pantas didoakan dan didengar nasihatnya itu adalah Prabu Kian Santang, Buya Hamka, Tjut Nyak Dhien, Tuanku Tambusai, Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Sultan Ternate, Hasanuddin, dan ribuan pahlawan Indonesia lainnya yang telah bertaruh nyawa untuk kita. Sangatlah goblok kita jika mendoakan orang-orang yang hanya dikabarkan sebagai orang berilmu, tetapi justru menebar perpecahan di antara kita.

Tradisi yang pantas diikuti adalah tradisi yang diciptakan para wali. Para wali itu menciptakan tradisi untuk suasana gotong royong, kebersamaan, dan harmonisasi kehidupan. Beda banget dengan tradisi yang dijalankan di luar negeri yang diklaim sebagai ritual utama, tetapi penuh dengan kekerasan dan menumbuhkan dendam serta kebencian.

Kalian mengerti apa yang saya tulis ini?

Kebangetan kalau kalian tidak mengerti!

Yang pantas kita doakan dan kita dengar nasihatnya adalah mereka yang benar-benar mencintai kita dan membuktikannya dalam sepanjang hidup mereka, bukan orang-orang yang berasal dari luar negeri yang hanya berupaya menyebarkan pengaruh dan menimbulkan kekisruhan di antara kita, bahkan sama sekali tidak memberikan manfaat apa pun bagi kita.

Sudah jangan berperilaku bego lagi ngikut-ngikut orang-orang yang hanya mengklaim diri sebagai orang benar, tetapi tidak membuktikan diri sebagai orang yang mencintai kita dan peduli dengan cinta itu sendiri.

Kalian ngerti ini?

Harus!



No comments:

Post a Comment