Sunday 29 November 2015

Jika Terus Begitu, Habieb Rizieq Bego Menolak Rahmat Allah swt

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Sebetulnya, saya ingin menulis judul Habieb Rizieq Bego Menghina Allah swt. Akan tetapi, saya tidak menemukan penghinaan yang dia lakukan. Dia hanya bego. Bego itu lebih parah daripada bodoh. Bodoh bukanlah suatu kesalahan. Hal itu merupakan kondisi ketidakmengetahuan atas sesuatu. Bodoh bisa diatasi dengan belajar dan menambah ilmu pengetahuan. Adapun bego adalah menganggap kebodohan sebagai suatu kebenaran. Nah, Habieb Rizieq itu berada dalam “kebegoan” karena dia menganggap kebodohan dirinya sebagai suatu kebenaran.

Iya, dia. Habieb Rizieq yang itu. Saya sedang menulis tentang Ketua FPI. Memang dia yang sedang saya bahas kebegoannya. Jangan berpikir tentang Habieb Rizieq yang lain. Yang itu saja. Dia orangnya, Tepat dia. Jadi, saya bertanggung jawab atas apa yang saya tulis. Dia memang sedang “bego”. Kalau dia tidak mau memperbaiki kebegoannya. Dia akan jatuh menjadi “tolol” dan “goblok”.

Sungguh saya mengaguminya dan sering ingin membelanya dari tuduhan orang-orang asing. Di luar negeri itu dia terkenal sebagai Ketua Teroris Indonesia. Orang asing yang berinteraksi dengan saya sering sekali mengatakan itu. Saya sesungguhnya ingin membelanya karena dia bukanlah teroris. Dia tidak melakukan sesuatu yang dianggap teror sehingga mendapatkan hukuman atas perilaku teror. Dia manusia bebas dan tetap menjadi bagian dari warga muslim Indonesia. Sampai saat ini pun saya menganggapnya seperti itu.
Akan tetapi, sebagai muslim, saya harus melaksanakan ajaran Islam dalam hal “saling menasihati” untuk kebaikan dan kesabaran. Saya harus menasihati Habieb Rizieq yang sedang “bego” itu. Saya tidak ingin dia jatuh menjadi orang tolol, kemudian goblok, yang akhirnya melakukan penghinaan kepada Allah swt.

Saya membaca kebegoannya itu di internet. Jadi, dasar saya menulis ini adalah informasi dari internet.

Dia dikabarkan memplesetkan sampurasun menjadi campur racun. Ya, itu adalah kebegoannya yang pertama.

Dia mengatakan bahwa membungkus pohon-pohon di jalan dengan kain kotak-kotak itu adalah kemusyrikan. Ya, itu adalah kebegoannya yang kedua.

Entah ada berapa lagi kebegoan yang telah dia lakukan. Akan tetapi, kedua hal itu sudah sangat cukup untuk kali ini kita bahas karena akan terlalu panjang jika ditulis hal yang lainnya dan saya keburu males menulisnya.

Dia mempelesetkan sampurasun  menjadi campur racun karena katanya ada pihak yang ingin mengganti ucapan asalaamu alaikum wr. wb.. Secara tidak langsung, dia menunjuk Bupati Purwakarta Dedy Mulyadi yang berupaya melakukan penggantian salam itu. Di samping itu, pada tahun 2015 ini, Rizieq masih mengatakan bahwa ada yang menginginkan ucapan asalaamu alaikum wr. wb. diganti dengan selamat pagi, selamat siang, dan selamat malam.

Sementara itu, Dedy sendiri mengatakan bahwa tak ada penggantian itu. Dia setelah mengucapkan asalaamu alaikum wr. wb. melanjutkan dengan sampurasun. Menurut saya, Dedy sudahlah sangat benar. Dia muslim, Sunda, dan Bupati. Sebagai Bupati, jika dia berpidato, tidak hanya didengar atau diikuti oleh orang Islam, ada juga nonmuslim. Jadi, sampurasun sangat tepat karena tidak ada kekhususan pengucapan hanya untuk kalangan tertentu. Ucapan itu bisa dilakukan kepada siapa saja. Berbeda dengan asalaamu alaikum wr. wb. yang hanya harus diucapkan di antara sesama muslim.

Saya juga begitu kok. Kalau sedang berbicara di depan banyak orang selalu mengucapkan asalaamu alaikum wr. wb. yang dilanjutkan dengan Salam Sejahtera. Hal itu disebabkan saya berbicara tidak hanya kepada muslim, tetapi juga nonmuslim yang bukan Sunda. Ada dari Medan, Timor Leste, Ambon, dan lain sebagainya. Apalagi Dedy yang bupati yang dituntut untuk berbicara kepada rakyatnya yang bukan  hanya beragama Islam.

Rizieq pun mempersoalkan ada yang berupaya mengganti asalaamu alaikum wr. wb.  dengan selamat pagi, siang, sore, atau malam. Untuk hal ini, Rizieq mencoba “meracuni” pikiran orang dengan persoalan yang sudah lama usang, out of date, kedaluwarsa. Dia mencoba menghangatkan kembali masalah yang sudah kedaluwarsa. Makanan apa pun yang sudah kedaluwarsa jika mau dihangatkan bagaimana pun, tetap saja  menjadi racun. Begitu juga dia menghangatkan “makanan” yang jika dimakan, akan menjadi racun. Dialah sebenarnya yang melakukan “campur racun” dalam arti memasukan masalah yang kedaluwarsa ke alam pikiran masyarakat muslim yang sebetulnya sudah lama paham soal itu.

Persoalan asalaamu alaikum wr. wb. dan selamat pagi, siang, sore, malam, tengah malam, subuh itu persoalan ketika saya masih SMP dan sudah selesai ketika saya memasuki SMA. Kaum muslim sudah sangat mengerti. Tidak perlu lagi diomongin pada tahun ini, nggak ada gunanya.

Nggak ada gunanya, Bieb!

Tambuh laku!

Ucapan selamat pagi, siang, sore, ataupun malam sudah jarang terdengar. Orang-orang mayoritas sudah menggunakan asalaamu alaikum wr. wb. dan ditambah ucapan salam lain, seperti, Salam Sejahtera, Sampurasun, ataupun Om Swastiastu karena mereka berhadapan bukan hanya dengan orang Islam. Di sekolahan, instansi pemerintah dan swasta, di gedung dewan sudah seperti itu. Kalau di masjid dan lingkungan pengajian, ya gak perlu ditambahin lagi, cukup asalaamu alaikum wr. wb..

Jadi, jangan racuni lagi orang-orang dengan masalah yang sudah lama kedaluwarsa. Orang-orang sudah sangat bijak dengan ucapan salam yang bisa diterima semua orang dan tidak melanggar syariat Islam.

Malahan saya sekarang, sudah berusaha melatih diri jika menulis surat, baik resmi ataupun tidak, tidak lagi menggunakan asalaamu alaikum wr. wb..

Kenapa?

Hal itu disebabkan Nabi Muhammad saw tidak pernah menggunakan kalimat asalaamu alaikum wr. wb. ketika membuat surat.

Nah, baru tahu kan?

Nabi Muhammad saw itu kalau membikin surat selalu diawali dengan bismillaahirrahmaannirrahiim, tidak pernah asalaamu alaikum wr. wb.. Jadi, saya juga membiasakan diri dan orang-orang di sekeliling saya untuk menerima bismillaahirrahmaannirrahiim sebagai kalimat pembuka surat, bukan lagi asalaamu alaikum wr. wb..

Ngerti?

Harusnya Rizieq juga bicara keras soal ini kalau mau karena menulis surat dengan kalimat pembuka asalaamu alaikum wr. wb. adalah tidak sesuai dengan kebiasaan Nabi Muhammad saw. Akan tetapi, kemungkinan besar orang-orang FPI masih banyak yang bikin surat diawali dengan asalaamu alaikum wr. wb..

Itu tidak sesuai dengan kebiasaan Rasulullaah saw, Bieb … tidak sesuai Bieb!

Akan tetapi, tidak perlu juga kita mengatakan bidah, syirik, atau sesat kepada mereka yang masih menggunakan asalaamu alaikum wr. wb. dalam membuat surat. Hal itu disebabkan mereka belum paham, kayak orang-orang FPI juga kemungkinan masih belum paham. Persoalan seperti ini bisa disosialisasikan dengan santun, ramah, dan penuh dasar ilmu pengetahuan. Tidak perlu teriak keras-keras, Takbiiir! Emangnya mau perang.

Lalu .. apa ya?

Oh, ya. Soal kain poleng kotak-kotak di pohon di jalan-jalan. Rizieq kabarnya bilang Bupati Purwakarta melakukannya bukan untuk keindahan, tetapi untuk keberkahan.

Wow, bukankah keindahan itu adalah bagian dari keberkahan?

Innallaaha jamiilun yuhibbul jamaal, ‘Allah itu sesungguhnya indah dan mencintai keindahan’.

Jelaslah bahwa keindahan itu bagian dari keberkahan. Allah swt sendiri yang penuh berkah adalah penuh dengan keindahan.

Apa masalahnya?

Di Kota Bandung malah pohon-pohon di jalan dibungkus kain poleng hijau, biru, kuning.

Masalah juga buat Lu?

Begini ya, kalau memahami ayat-ayat Allah swt itu jangan hanya yang ada dalam Al Quran dan Hadits. Ayat Allah swt itu kan terdiri atas ayat quraniyah atau qauliyah  dan ayat kauniyah. Tidaklah beriman seseorang jika mengingkari ayat quraniyah dan ayat kauniyah. Tidak beriman juga seseorang jika hanya menerima ayat quraniyah dan menganggap sesat atau mengingkari ayat kauniyah.

Warna-warna yang diciptakan Allah swt itu ada gunanya. Tidak ada sesuatu pun yang diciptakan Allah swt itu sia-sia. Orang-orang tua Sunda itu sejak masa dahulu gemar sekali melakukan hubungan batin dengan alam sekitarnya dan memahami benar bahwa dirinya dengan alam ini merupakan satu kesatuan yang utuh tidak terpisahkan karena berawal dari Zat Yang Satu, Tunggal, Esa. Oleh sebab itu, tak heran jika Islam sangat mudah diterima oleh Urang Sunda. Hal itu disebabkan banyak sekali kemiripan antara keyakinan Sunda Lama dengan ajaran Islam. Misalnya, kalau di agama lain, tingkat tertinggi peraihan kehidupan manusia itu adalah Nirwana atau Surga, tetapi ajaran Sunda lebih dari itu, yaitu Ngahiyang, ‘men-Tuhan’, atau bersatunya diri dengan zat ketuhanan. Mirip sekali dengan ajaran Islam bahwa peraihan tertinggi dalam perjalanan hidup manusia itu bukan Surga, tetapi mendapatkan ridha Allah swt, melebur dalam cinta Allah swt. Patuh dan loyal bukan karena takut neraka atau menginginkan surga, tetapi karena mengharap ridha Allah swt.

Gitu, Coy!

Saking diterimanya Islam di masyarakat Sunda, Drs. H. Sali Iskandar, Ketua Pembina Yayasan Al Ghifari, mengatakan bahwa Sunda itu identik dengan Islam. Jika ada orang Sunda tidak beragama Islam, akan sangat sulit orang itu disebut orang Sunda. Dalam kata lain, orang Sunda itu sudah sepantasnya Islam.

Kembali pada kain poleng kotak-kotak itu. Dalam perjalanan batin sepuh-sepuh Sunda, ditemukan bahwa warna-warna itu memilliki pengaruh masing-masing terhadap kehidupan ini.

Jangan dulu bilang musryik Lu kalau belum mengerti benar. Entar seperti orang-orang yang suka menertawakan air doa, padahal air yang sudah didoakan itu berubah molekulnya menjadi lebih positif dan berguna untuk penyembuhan. Sains sudah membuktikan hal itu. Begitu juga warna.

Warna poleng kotak-kotak itu juga pasti ada maksudnya, yaitu mungkin mendorong gelombang energi positif yang bisa membuat lebih harmonis situasi. Persoalannya pengetahuan kita belum nyampe ke situ.

Beberapa warna lain mungkin kita sudah tahu manfaatnya bagi manusia. Misalnya, warna hijau. Dokter mata sangat menganjurkan kita untuk melihat warna-warna hijau agar mata kita sehat. Memang kenyataannya seperti itu kok. Saya punya teman, namanya Dr. H. Deden Suhendar, M.Si., mantan rektor Universitas Al Ghifari Bandung. Ketika masih mahasiswa Sastra Arab di Universitas Padjadjaran Bandung, dia berkacamata tebal sekali. Saya Sastra Indonesia. Dia kesal dengan keadaan matanya. Dia mengikuti anjuran dokter, yaitu harus melihat yang hijau-hijau, apa pun itu. Selepas shalat Shubuh, dia selalu pergi ke bukit di daerah Dago, Bandung, dan menghabiskan waktu berjam-jam untuk melihat pepohonan yang hijau-hijau. Dalam kesehariannya pun dia berusaha untuk melihat yang hijau-hijau pula. Suatu saat kekesalannya memuncak, dia banting kacamatanya hingga pecah. Ajaibnya, dia sembuh. Tak lagi menggunakan kacamata. Lalu, dia melatih lagi matanya dengan membaca Al Quran yang hurufnya kecil-kecil.

Nah, bukankah warna hijau itu mengandung keberkahan?

Ini fakta, bukan dongeng. Tanya aja langsung sama orangnya kan saya tulis jelas namanya.

Adalagi orang yang punya penyakit batuk menahun. Dia mendapatkan saran untuk lebih sering menggunakan warna kuning. Oleh sebab itu, sebelum tidur ia mendekatkan lampu lima wat berwarna kuning ke tenggorokannya beberapa menit. Setelah  sekian lama melakukan itu, ia pun sembuh.

Nah, bukankah warna kuning juga mengandung keberkahan?

Masih belum mengerti juga?

Okelah.

Mengapa Kabah warna kain penutupnya selalu hitam dan ada warna putih bercampur kuning keemasan?

Kenapa tidak diganti dengan warna lain saja yang lebih cerah dan ngejreng?

Ada yang berani menggantinya?

Nggak ada kan?

Kalau ditanyain sama Rizieq juga mungkin jawabannya, Nabi Muhammad juga tidak menggantinya atau itu sudah menjadi kebiasaan Nabi dan kita harus mengikutinya. Padahal, sebelum Muhammad saw diangkat menjadi Nabi juga, Kabah itu sudah begitu dan punya dasar kain penutup warna hitam ditambah warna-warna lain. Saat itu Kabah dikelilingi orang-orang kafir dan para penyembah berhala.

Warna hitam itu punya pengaruh bagi kehidupan dan memiliki simbol yang nyata. Hitam itu melambangkan ketegasan, kejujuran, keberanian, sekaligus kekuatan yang menghancurkan. Oleh sebab itu, universitas paling tua di dunia, Al Azhar, Kairo, Mesir, menggunakan warna hitam bagi para wisudawan. Kebiasaan Al Azhar ini diikuti oleh perguruan tinggi di seluruh dunia. Para sarjana itu diharapkan mampu menggunakan ilmu pengetahuannya bersandarkan pada energi Kabah, yaitu hidup penuh kejujuran, tegas, adil, berani membela yang lemah, serta mampu menghancurkan kekafiran.

Nah, warna hitam itu juga mengandung keberkahan bukan?

Nabi Muhammad saw tahu itu. Oleh sebab itu, warna Kabah bukanlah warna pelangi, tetapi hitam dengan sedikit putih dan keemasan. Akan tetapi, jamaah haji dan umroh harus menggunakan kain berwarna putih. Itu juga ada maksudnya. Hitam Kabah dan putih jamaah menjadi paduan hitam-putih yang bukan hanya indah, tetapi ada maksud lain yang kita belum tahu.

Jadi, poleng kotak-kotak hitam dan putih di pohon Purwakarta dan hijau, biru, kuning di Bandung itu punya maksud untuk kebaikan. Itu diciptakan oleh Allah swt. Itu tidak ada dalam Al Quran dan Hadits yang tersurat. Akan tetapi, ada pada ayat-ayat kauniyah.

Bisa jadi juga penggunaan kain poleng kotak-kotak hitam dan putih itu diajarkan oleh salah seorang nabi yang ada di Indonesia. Kan nabi itu banyak, bukan cuma 25 orang. Lebih dari seribu. Sangat mungkin ada nabi yang lahir di Indonesia dan mengajarkan penggunaan kain poleng kotak-kotak itu karena di samping menimbulkan keindahan juga memberikan efek positif bagi lingkungannya sehingga kehidupan menjadi berkah. Toh, Kabah dan para jamaahnya juga paduan antara hitam dan putih. Pasti ada maksud-Nya. Hanya otak kita belum mencapai ke arah sana.

Ada yang menertawakan saya karena saya mengatakan mungkin ada nabi yang lahir di tanah Indonesia?

Bego kalian!

Memang ada gitu keterangan bahwa nabi itu harus selalu berasal dari Timur Tengah?

Nggak ada kan? Memang pasti nggak ada.

Jangan ngarang kalian!

Penelitan terbaru yang dilakukan oleh Dr K.H. Fahmy Basya, ahli Matematika Islam, mengatakan bahwa Nabi Sulaiman a.s. adalah berasal dari Indonesia. Ia mendapatkan banyak bukti, baik dari relief di Candi Borobudur maupun dari nama-nama tempat di Indonesia, seperti, Wonosobo atau Wanasaba dan itu ada ditulis dalam Al Quran tentang negeri Saba yang Indonesia banget. Entar saya tulis bagaimana jelasnya Saba yang difirmankan Allah swt dengan keadaan Indonesia. Sabar ya. Di samping itu, ada kota yang namanya Sleman. Dari sanalah Nabi Sulaeman berasal. Fahmy Basya punya banyak perhitungan yang mendukung bukti bahwa Nabi Sulaeman itu berada di tanah Indonesia.
Jadi, ada kemungkinan banyak nabi berada di Indonesia dari zaman ke zaman. Toh, Allah swt menegaskan bahwa sudah mengutus para Rasul dengan menggunakan bahasa kaumnya sendiri.

Dengan demikian, jangan hanya terpaku pada ayat-ayat yang tersurat, melainkan pula harus memahami ayat-ayat yang tersirat yang ada di alam ini. Kalau kita hanya mengandalkan ayat-ayat yang tersurat dan menganggap remeh ayat-ayat kauniyah hanya karena kita belum mengerti, kita sudah meracuni diri kita dengan kebodohan yang akan menyebabkan kita mengingkari dan menolak rahmat Allah swt.

Rizieq memang harus lebih banyak belajar. Jika dia ngotot bahwa sesuatu yang belum dimengertinya merupakan kemusyrikan, dia benar-benar bego dan menutup diri dari pemahaman-pemahaman baru mengenai kekuasaan Allah swt.

Lebih bego lagi jika dia tidak meminta maaf kepada masyarakat Sunda. Artinya, dia menganggap bahwa dirinya benar 100% berdasarkan pengetahuannya yang teramat terbatas itu. Itu adalah keangkuhan arrogant-ignorant, ‘sombong-bloon’.

Kita harus mendukung masyarakat Sunda yang telah melaporkan penghinaan Rizieq terhadap adat Sunda yang penuh keluhuran itu. Polisi wajib menuntaskan masalah itu agar tidak lagi ada orang yang berani mengumbar ketololannya untuk menghina suku-suku yang  ada di Indonesia.

Sekarang Suku Sunda yang merasa dilecehkan. Kalau dibiarkan, baik polisi maupun pemerintah sama dengan “merestui” pelecehan tersebut. Bahayanya, perilaku arogan tak berpengetahuan itu dianggap benar dan akan terjadi pelecehan-pelecehan lain terhadap suku-suku lain. Akibatnya, akan ada banyak kekisruhan dan kemarahan. Lebih dari itu, perilaku seperti itu sama saja dengan menolak rahmat Allah swt hanya karena dia tidak mengerti. Padahal, yang dia tolak itu adalah ayat-ayat kauniyah yang belum dia pahami.

Ingat kalimat yang harus diucapkan sesering mungkin dalam setiap keadaan adalah bismillaahirrahmaannirrahiim. Artinya, kita harus menebarkan kasih dan sayang dalam kehidupan ini, bukan kemarahan dan kebencian. Jika menemukan sesuatu yang kita yakini merupakan kesalahan, perbaiki dengan cara yang santun dan beradab, tidak dengan kekerasan, baik kekerasan fisik maupun kata-kata. Kekerasan hanya dilakukan jika kemunkaran itu sudah tidak bisa lagi diperbaiki dengan cara-cara yang baik.

Baik menurut siapa?

Baik menurut Allah swt berdasarkan ayat-ayat quraniyah dan kauniyah.

Kalau menolak atau mengingkari ayat-ayat Allah swt, baik yang quraniyah maupun yang kauniyah, itu adalah kebegoan yang akan berakhir pada penghinaan kepada Allah swt. Hal itu disebabkan akan mudah menganggap sesuatu sebagai tidak berguna dan musyrik, padahal Allah swt menciptakan hal itu untuk kebaikan manusia. Akhirnya, kita akan tidak mendapatkan rahmat Allah swt karena menganggap sesuatu yang baik itu sebagai kemusyrikan.

Habieb Rizieq harus sadar dan meminta maaf serta belajar lebih giat lagi tentang hidup dan kehidupan ini. Kalau tidak, dia pantas untuk dipenjarakan karena akan meracuni pikiran banyak kaum muslim dengan pikiran-pikirannya yang sangat terbatas itu. Dia akan menolak rahmat Allah swt yang berada dalam ayat kauniyah hanya karena dia belum paham atau menolak untuk mengerti tentang ayat-ayat itu.

No comments:

Post a Comment