oleh Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Sungguh berat menjadi
pemimpin itu. Dia harus di depan memberikan pengarahan, perlindungan, dan
jaminan keselamatan. Hal itu saya rasakan ketika “rafting full team” bersama keluarga. Saya sebagai kepala keluarga
berada di depan sebagai simbol tim. Saya harus memastikan umat saya selamat,
tidak mengalami kecelakaan. Sebagai yang berada di depan, tentunya pemimpin
mendapatkan dan merasakan paling dulu kesenangan, bahaya, dan kesusahan. Oleh
sebab itu, orang selalu melihat pemimpinnya lebih dahulu dibandingkan dengan
anggota tim lainnya.
Tak heran karena selalu mendapat perhatian lebih banyak
dan berada di depan, hal-hal kecil dalam diri pemimpin pun akan menjadi
perhatian. Hal itu seperti saya, ketika menghadapi situasi yang menyenangkan,
membahayakan, dan mengagetkan, orang pasti melihat wajah saya. Karena wajah
yang jadi pusat perhatian, tak sedikit orang yang menganggap wajah saya lucu
ketika rafting. Bahkan, saya pun tertawa-tawa ketika melihat betapa anehnya
raut muka saya dalam foto-foto.
Begitulah pemimpin, kadang dipuji, kadang dikecam, kadang
ditertawakan, termasuk kondisi fisiknya. Itulah risiko seorang pemimpin karena
harus melindungi, mengarahkan, dan mengendalikan situasi agar umatnya selamat.
Ketika saya sedang merenungkan kepemimpinan, istri saya bilang, “Pah, serius amat sih. Kan yang mengarahkan dan mengendalikan perahu bukan Papah, tapi Kapten Derry.”
“Oh, iya yah.”
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment