Sunday, 13 September 2020

Balada Seorang Pemimpin

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Sungguh berat menjadi pemimpin itu. Dia harus di depan memberikan pengarahan, perlindungan, dan jaminan keselamatan. Hal itu saya rasakan ketika “rafting full team” bersama keluarga. Saya sebagai kepala keluarga berada di depan sebagai simbol tim. Saya harus memastikan umat saya selamat, tidak mengalami kecelakaan. Sebagai yang berada di depan, tentunya pemimpin mendapatkan dan merasakan paling dulu kesenangan, bahaya, dan kesusahan. Oleh sebab itu, orang selalu melihat pemimpinnya lebih dahulu dibandingkan dengan anggota tim lainnya.







            Tak heran karena selalu mendapat perhatian lebih banyak dan berada di depan, hal-hal kecil dalam diri pemimpin pun akan menjadi perhatian. Hal itu seperti saya, ketika menghadapi situasi yang menyenangkan, membahayakan, dan mengagetkan, orang pasti melihat wajah saya. Karena wajah yang jadi pusat perhatian, tak sedikit orang yang menganggap wajah saya lucu ketika rafting. Bahkan, saya pun tertawa-tawa ketika melihat betapa anehnya raut muka saya dalam foto-foto.

            Begitulah pemimpin, kadang dipuji, kadang dikecam, kadang ditertawakan, termasuk kondisi fisiknya. Itulah risiko seorang pemimpin karena harus melindungi, mengarahkan, dan mengendalikan situasi agar umatnya selamat.




            Ketika saya sedang merenungkan kepemimpinan, istri saya bilang, “Pah, serius amat sih. Kan yang mengarahkan dan mengendalikan perahu bukan Papah, tapi Kapten Derry.”

            “Oh, iya yah.”


            

                                    Sampurasun.

No comments:

Post a Comment