oleh Tom Finaldin
Bandung, Putera Sang Surya
Kaum muslimin, baik yang bodoh
maupun yang pintar sebenarnya menjadi sasaran empuk permainan syetan jin dan
syetan kapitalis yang gemar bertengkar plus rebutan uang. Orang-orang kafir
jahat bersama para syetan kafir bersama-sama mengadu domba umat Islam.
Sementara itu, umat Islam berbangga-bangga diri dalam kebodohannya dan congkak
dalam kepintarannya.
Upaya
mengadu domba umat Islam tidak lagi dilakukan dengan cara kasar seperti masa
lalu. Pada masa lalu para bangsawan Indonesia di dalam keraton, istana, dan
kesultanannya diadu domba dengan cara mempertengkarkan antara ayah dan anak,
adik dan kakak, paman dan keponakan, dan lain sebagainya. Adu domba itu
mempengaruhi kekuatan dan kesolidan bangsa Indonesia. Hal itu disebabkan
pertengkaran itu menjadi perang di antara kekuatan bangsa sendiri. Ketika para
bangsawan kita bertengkar, penjajah bertepuk tangan bersorak-sorai karena
semakin mudah mengeruk keuntungan dari kekayaan alam Indonesia yang rasanya lezat.
Cara itu
sudah sulit sekali dilakukan. Cara yang efektif saat ini adalah para pembuat skenario
jahat mempengaruhi orang-orang bodoh dari kalangan umat Islam untuk melakukan
perang dengan alasan jihad di dalam Al Quran. Karena memang dasarnya
bodoh, mereka mau saja mendengarkan penjelasan-penjelasan Al Quran yang ngawur
tentang jihad. Kebodohan itu bertambah-tambah karena ada kucuran dana untuk
melakukan aksi-aksi teror dan perang-perang yang sangat sulit dipahami
kebenarannya.
Kalangan
kaum muslim yang pintar jadi sibuk mempertahankan diri bahwa Islam itu membawa
kedamaian dan cinta karena mendapat serangan opini-opini yang terbangun oleh
tindakan-tindakan bodoh dari perang-perang yang tidak jelas maksud dan
tujuannya. Mereka pun tak segan-segan menyalahkan saudaranya sendiri yaitu orang-orang
Islam bodoh di hadapan dunia sebagai orang-orang jahat yang harus dimusuhi dan
dibasmi.
Pendeka
kata, secara tidak disadari kita sebenarnya sedang tenggelam dalam permainan
para syetan dari jenis jin dan manusia. Akibatnya, umat Islam selalu menjadi korban secara fisik
dan korban tuduhan-tuduhan yang teramat keras untuk dibantah. Artinya, sudah sempurnalah umat Islam dipermainkan
secara tidak sadar.
Satu-satunya
cara untuk mengatasi semua itu adalah kesadaran untuk kembali pada tugas yang
mulia untuk menebarkan kasih sayang dan perdamaian di muka Bumi ini. Apabila
ada tindakan-tindakan kotor, kasar, dan keji yang dilakukan sekelompok kaum
muslimin, hal yang pertama dilakukan adalah memperingatkan mereka untuk tidak
melakukan kerusakan terhadap manusia dan Bumi yang kita cintai ini. Ingatkan
bahwa sesama kaum muslimin itu bersaudara. Kita jangan tiba-tiba langsung
ikut-ikutan menyalahkan secara membabi buta.
Ingatkan
pada alasan-alasan yang digunakan Rasulullah Muhammad saw jika mengobarkan
perang. Dari semua perang yang saya pelajari, alasan Muhammad saw melakukan
perang hanyalah untuk membela diri,
membela kehormatan, mempertahankan hak, dan menegakkan keadilan. Hanya itu. Tidak ada alasan lain.
Dengan
bersandar pada alasan-alasan yang digunakan Rasulullah, kita bisa menilai
apakah perang-perang yang dikobarkan oleh sekelompok umat Islam itu sah atau
tidak. Jika memang alasan itu sesuai dan sejalan dengan yang dilakukan oleh
Rasulullah Muhammad saw, perang yang terjadi sudah seharusnya menjadi perang
bagi umat Islam seluruhnya di muka Bumi. Setiap diri muslim wajib
berpartisipasi sesuai dengan kapasitas masing-masing. Akan tetapi, jika tidak
sesuai dengan alasan yang dilakukan oleh Rasulullah, perang itu sama sekali
tidak sah dan sama saja dengan membuat kedurhakaan kepada Allah swt dan
pengkhianatan kepada Rasulullah Muhammad saw. Hal itu disebabkan perang itu
hanya bersandar pada hawa nafsu, membuat buruk kehidupan manusia, dan memperburuk
citra Agama Islam. Perang seperti itu memang harus diperangi secepatnya agar
kembali pada jalan Allah swt. Besar kemungkinan bahwa perang itu justru buah
dari skenario yang disusun para syetan jin dan syetan manusia.
Sekali
lagi, alasan perang Rasulullah hanyalah untuk membela diri, membela kehormatan, mempertahankan hak, dan menegakkan keadilan. Di luar itu, tidak
ada.
Bagaimana
dengan perang menegakkan Negara Islam?
Pertanyaan
itu bisa dijawab dengan pertanyaan lain, yaitu kapan Nabi Muhammad saw
berperang untuk menegakkan Negara Islam?
Di samping
itu, frasa Negara Islam berasal dari dua konsep yang sangat jauh, yaitu konsep negara
dan konsep Islam. Konsep negara atau negara bangsa tumbuh pascaperjanjian Westphalia
yang hadir dalam masa-masa kelam daratan Eropa. Adapun Islam hadir sebelum langit
dan Bumi diciptakan yang kemudian dibawa dan diperkenalkan para nabi sejak Adam
as sampai dengan Muhammad saw. Jadi, wajar jika konsep Negara Islam akan selalu
rancu.
Lain kali
kita akan coba bahas soal Negara dan Islam. Tidak pada artikel ini.
Kita harus
menyudahi kondisi hidup dalam permainan para begundal ini dengan cara kembali
pada kebenaran Islam dan membela secara penuh urusan kaum muslimin sekaligus
menentang secara penuh kekerasan-kekerasan dari kelompok mana pun. Jangan
banci, setengah-setengah, hanya karena ingin dipuji atau ingin bisnis lancar.
Perlu
diperhatikan, walaupun berteriak dalam jihad Allahu Akbar berkali-kali, tetapi perang yang dilangsungkan itu
tidak sesuai dan sejalan dengan yang dicontohkan Rasulullah, sama sekali tidak
punya arti apa-apa, bahkan sama dengan menanam dosa untuk dituai di tanah
neraka kelak.
Lakukan
kebaikan, perdamaian, dan kasih sayang sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah
saw. Kalaupun harus berperang, lakukan pula sesuai dengan alasan dan cara-cara
Rasulullah saw.
Demi Allah
swt
No comments:
Post a Comment