oleh Tom
Finaldin
Bandung, Putera Sang Surya
Banyak sekali orang yang
kebingungan tentang hidupnya. Mereka tidak mengerti buat apa dirinya hidup di
dunia ini. Oleh sebab itu, mereka mudah sekali gelisah, bingung, dan tak jelas
melangkah.
Kegelisahan
dan kebingungan itu adalah hal yang wajar karena manusia menginginkan kejelasan
dalam hidupnya. Adalah siksaan yang sangat mengerikan ketika seseorang bangun
pagi tanpa tahu tujuan yang hendak dicapainya. Mereka bingung mau melakukan apa
dan pergi ke mana. Hidup tanpa tujuan membuat dirinya hampa, kosong, dan tidak
berguna. Oleh sebab itu, mereka akan mencari sesuatu untuk dijadikan tujuan
agar memiliki kegiatan, langkah, ataupun aktivitas dalam mengisi kekosongan
dirinya.
Untuk
mengisi kehampaan hidup, manusia mencari atau menciptakan tujuan hidup.
Biasanya, tujuan itu bermuara pada hal yang sama, yaitu: kekayaan, kehormatan, kepandaian, dan cinta. Keyakinan itu sangat kuat dalam diri manusia sehingga
manusia rela bersusah payah mendapatkannya.
Akan
tetapi, dalam memperoleh apa yang diinginkannya manusia sering terjatuh dalam
kegelisahan dan kebingungan lainnya. Apalagi jika yang diinginkannya tidak
tercapai. Dia akan merasa kecewa dan gagal. Hidupnya menjadi tidak bermakna.
Kalaupun
keinginannya itu bisa diperoleh, dia akan segera merasakan bahwa apa yang sudah
diperolehnya ternyata tidak memberikan kebahagiaan, bahkan menimbulkan masalah
baru dalam hidupnya. Di samping itu, dia pun sering merasa cemas dan khawatir
jika yang sudah diperolehnya itu hilang secara tiba-tiba dalam keadaan
memalukan.
Kita sudah
sangat sering melihat orang kaya yang jatuh miskin. Orang pandai yang
tersingkir. Orang berkuasa yang berakhir menderita.
Ternyata,
semua tujuan itu palsu belaka. Itu bukanlah tujuan yang sebenarnya, melainkan
sekedar perhiasan dunia yang bisa mencelakakan hidup kita.
Manusia
sangat sering tertipu oleh segala hal yang bersifat materi. Oleh sebab itu, dia
tidak pernah merasakan kebahagiaan hakiki yang bernilai abadi, kecuali
kebahagiaan yang datang sekali-sekali dan segera pergi. Selebihnya, manusia
selalu berada dalam kesusahan.
Jadi, apa
sesungguhnya tujuan hidup manusia?
Allah swt
dalam Al Quran surat Adz dzariat ayat 56 mengatakan:
“Dan
tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.”
Allah swt
memiliki maksud bahwa manusia diciptakan hanya untuk mengabdi kepada diri-nya agar
manusia dapat kembali kepada diri-nya dalam keadaan suci dan bersih penuh cinta
dan kebahagiaan.
Jika
manusia tidak mengabdikan diri kepada Allah swt, dia akan terjebak pada tuhan-tuhan palsu dan
tujuan-tujuan palsu, seperti, iblis, uang, jabatan, pemimpin, seks, ilmu
pengetahuan, orangtua, saudara, perusahaan, teman, negara, ras, suku bangsa,
nabi, hobi, kekayaan, kendaraan, bisnis, kekasih, suami, istri, makanan,
minuman, diri sendiri, dan lain sebagainya. Tuhan dan tujuan palsu itu hanya
akan menjerumuskan kita dalam lembah kesusahan tiada henti.
Tujuan yang
sebenarnya bagi manusia adalah kembali kepada Allah swt dalam keadaan suci
dan bersih untuk mendapatkan cinta dan kebahagiaan hakiki dengan cara
mengabdikan diri secara penuh kepada Allah swt.
Bagaimana
cara mengabdi kepada Allah swt?
Cara mengabdi kepada Allah swt ada
dua, yaitu: ibadat mahdah (khusus)
dan ghairu mahdah (umum).
Ibadat mahdah (khusus) adalah ibadah
yang cara-caranya sudah diatur secara khusus oleh Allah swt dan Rasulullah saw,
misalnya, shalat, shaum, zakat, haji, wudhu, mandi hadats, dan umrah.
Ibadah
ghairu mahdah (umum) adalah ibadah yang pelaksanaannya tidak diatur secara
khusus oleh Allah swt dan Rasulullah saw. Kita diperbolehkan menggunakan logika
dalam melaksanakannya, misalnya, berbuat baik kepada orangtua, mudah tersenyum, berperilaku adil,
jujur, menolong orang lain, tidak berbohong, berbicara lembut, dan mengajak
orang lain berbuat kebaikan di muka Bumi.
Kapan kita harus mulai ibadat?
Sekarang!
Muhammad
saw mengatakan, “Mulai diri sendiri, dari
yang paling kecil, mulai saat ini juga”
No comments:
Post a Comment