Sunday 24 May 2015

Mendamaikan Sesama Muslim



oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya

Sudah menjadi pengetahuan dan komitmen bersama bahwa yang namanya sesama orang Islam itu bersaudara. Di mana pun dia berada, dalam ras apa pun, dengan kondisi ekonomi apa pun, tak peduli posisinya di mata masyarakat sebagai apa, sepanjang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya.

            Jika ada sekelompok muslim, negara muslim, komunitas muslim, keluarga muslim, bahkan individu muslim yang sedang bertengkar dengan sesama muslim, hendaklah kita sebagai sesama muslim harus berupaya mendamaikannya agar persaudaraan kembali terjalin makin kuat dalam lindungan Allah swt. Janganlah kita mencaci mereka yang sedang bertengkar karena mereka sesungguhnya sedang dalam kondisi gelap. Kita yang berada di luar pertengkaran, pasti akan memiliki hati dan pikiran yang lebih jernih dibandingkan dengan mereka yang sedang berseteru. Jangan pula tiba-tiba kita membela satu pihak dan menyalahkan pihak lainnya tanpa pengetahuan yang cukup. Bodoh itu namanya.

            Jika kita melihat muslim dengan muslim bertengkar, tugas kita adalah mendamaikannya. Jangan sok pengen disebut agama penuh kasih sayang dan cinta perdamaian dengan cara membiarkan saudara kita bertengkar. Bahkan, gobloknya bikin pernyataan-pernyataan bego yang membuat semakin tersudut saudara-saudara kita yang sedang bertengkar hanya karena kita ingin disebut moderat, logis, terhormat, terpelajar, dan terbebas dari “cap” Islam Garis Keras.

            Kewajiban kita adalah mendamaikan mereka. Hubungi mereka. Tanya mereka apa masalah yang sebenarnya sedang terjadi. Pihak-pihak yang berseteru harus dihubungi dan ditanya apa yang memicu pertengkaran itu. Kemudian, kita secepatnya berperan serta dalam upaya pemulihan hubungan ke arah yang lebih baik. Ajak mereka duduk bersama berunding dan berbicara dengan baik dari hati ke hati, lalu cari penyelesaian yang terbaik bagi kedua belah pihak. Begitu seharusnya muslim berbuat.

            Jika melaksanakan kewajiban kita dalam berupaya mendamaikan mereka, kita akan segera mengetahui dengan jelas apa masalah yang sebenarnya terjadi, bukan hanya berdasarkan dugaan-dugaan yang sebenarnya dibangun oleh pihak-pihak yang anti-Islam. Di samping itu, kita pun akan bisa lebih jelas siapa yang sedang menzalimi siapa. Jika keduanya memang sedang bermasalah dan ingin mendapatkan penyelesaian, kita akan segera tahu jalan keluarnya. Jika pihak-pihak yang bertikai itu ternyata sulit untuk didamaikan, kita pun akan tahu pihak mana yang paling tidak ingin perdamaian. Kita akan lebih jelas memahami pihak mana yang sedang menzalimi dan pihak mana yang sedang terzalimi. Dengan demikian, tugas kita menjadi jelas bahwa kita akan berada pada pihak yang dizalimi. Itulah yang diperintahkan Allah swt dalam Al Quran dan amanat yang disampaikan para pendiri Negara Indonesia.

            Perhatikan Firman Allah swt dalam Al Quran Surat Al Hujurat ayat 9:

            “Dan apabila ada dua golongan orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah swt. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah swt), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlakulah adil. Sungguh, Allah swt mencintai orang-orang yang berlaku adil.”

            Perhatikan pula amanat Pembukaan UUD 1945 alinea pertama:

            “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”

            Bukankah kewajiban bangsa Indonesia yang mayoritas muslim ini sudah jelas?

            Sebagai muslim kita harus mendamaikan perang yang terjadi di antara sesama muslim. Sebagai orang Indonesia, kita berkewajiban menghapuskan penjajahan di seluruh muka Bumi. Sekelompok orang yang melakukan kejahatan atas sekelompok lainnya adalah bisa dikategorikan penjajahan.

            Artinya, kita harus memerangi orang-orang yang sedang menzalimi orang lain sampai pihak yang berlaku jahat itu kembali pada jalan Allah swt. Kemudian, beri jalan keluar jika suasananya sudah mulai kondusif. Begitulah yang seharusnya kita lakukan jika menginginkan kemuliaan hidup di dunia dan di akhirat.

            Hanya orang-orang bego dan pasti masuk neraka jika tak segera bertobat yang selalu berteriak-teriak menghakimi pihak-pihak yang bertikai tanpa pengetahuan yang cukup akurat. Hanya orang-orang goblok yang dengan cepat menuduh sekelompok orang sebagai teroris, penjahat, tidak Islami, dan lain sebagainya, padahal mereka sendiri tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai pihak-pihak yang bertengkar dan masalah-masalah yang sedang terjadi.

            Tugas kita sebagai muslim berkebangsaan Indonesia adalah melakukan hubungan dengan yang sedang bertikai, lalu pahami masalahnya. Dengan begitu, kita akan lebih mudah mengambil sikap. Jangan tiba-tiba menuduh ini itu tanpa alasan jelas hanya karena ingin dipuji dan dipuja sebagai kaum muslim yang moderat, terpelajar, dan penuh perdamaian.

            Jangan pedulikan penilaian orang karena penilaian itu tidak berguna sedikit pun di Mahkamah Akhirat kelak. Yang patut kita jadikan standar adalah penilaian Allah swt kepada kita. Orang lain mau menilai kita baik atau buruk, whatever. Mata kita hanya harus tertuju kepada Allah swt. 

            Tahukah kita bahwa Allah swt akan menilai kita dari sejauh mana kita sudah melaksanakan Al Quran dan Al Hadits di dalam memperbaiki kehidupan dunia ini?

            Damaikan dan persaudarakan sesama muslim. Jangan terlalu cepat menjatuhkan tuduhan karena tuduhan-tuduhan tak berdasar itu bisa sangat mungkin salah besar. Jangan jadikan penilaian orang-orang nonmuslim menjadi standar hidup kita. Baik dan buruknya kita hanya harus dinilai oleh pendapat Allah swt. Pendapat Allah swt hanyalah Al Quran dan Al Hadits titik.

            Paham?

No comments:

Post a Comment