oleh Tom
Finaldin
Bandung, Putera Sang Surya
Sudah menjadi pengetahuan dan
komitmen bersama bahwa yang namanya sesama orang Islam itu bersaudara. Di mana
pun dia berada, dalam ras apa pun, dengan kondisi ekonomi apa pun, tak peduli
posisinya di mata masyarakat sebagai apa, sepanjang muslim adalah saudara bagi
muslim lainnya.
Jika
ada sekelompok muslim, negara muslim, komunitas muslim, keluarga muslim, bahkan
individu muslim yang sedang bertengkar dengan sesama muslim, hendaklah kita
sebagai sesama muslim harus berupaya mendamaikannya agar persaudaraan kembali
terjalin makin kuat dalam lindungan Allah swt. Janganlah kita mencaci mereka
yang sedang bertengkar karena mereka sesungguhnya sedang dalam kondisi gelap.
Kita yang berada di luar pertengkaran, pasti akan memiliki hati dan pikiran
yang lebih jernih dibandingkan dengan mereka yang sedang berseteru. Jangan pula
tiba-tiba kita membela satu pihak dan menyalahkan pihak lainnya tanpa
pengetahuan yang cukup. Bodoh itu namanya.
Jika
kita melihat muslim dengan muslim bertengkar, tugas kita adalah mendamaikannya.
Jangan sok pengen disebut agama penuh kasih sayang dan cinta perdamaian dengan
cara membiarkan saudara kita bertengkar. Bahkan, gobloknya bikin
pernyataan-pernyataan bego yang membuat semakin tersudut saudara-saudara kita
yang sedang bertengkar hanya karena kita ingin disebut moderat, logis,
terhormat, terpelajar, dan terbebas dari “cap” Islam Garis Keras.
Kewajiban
kita adalah mendamaikan mereka. Hubungi mereka. Tanya mereka apa masalah yang
sebenarnya sedang terjadi. Pihak-pihak yang berseteru harus dihubungi dan
ditanya apa yang memicu pertengkaran itu. Kemudian, kita secepatnya berperan
serta dalam upaya pemulihan hubungan ke arah yang lebih baik. Ajak mereka duduk
bersama berunding dan berbicara dengan baik dari hati ke hati, lalu cari
penyelesaian yang terbaik bagi kedua belah pihak. Begitu seharusnya muslim
berbuat.
Jika
melaksanakan kewajiban kita dalam berupaya mendamaikan mereka, kita akan segera
mengetahui dengan jelas apa masalah yang sebenarnya terjadi, bukan hanya
berdasarkan dugaan-dugaan yang sebenarnya dibangun oleh pihak-pihak yang
anti-Islam. Di samping itu, kita pun akan bisa lebih jelas siapa yang sedang
menzalimi siapa. Jika keduanya memang sedang bermasalah dan ingin mendapatkan
penyelesaian, kita akan segera tahu jalan keluarnya. Jika pihak-pihak yang
bertikai itu ternyata sulit untuk didamaikan, kita pun akan tahu pihak mana
yang paling tidak ingin perdamaian. Kita akan lebih jelas memahami pihak mana yang
sedang menzalimi dan pihak mana yang sedang terzalimi. Dengan demikian, tugas
kita menjadi jelas bahwa kita akan berada pada pihak yang dizalimi. Itulah yang
diperintahkan Allah swt dalam Al Quran dan amanat yang disampaikan para pendiri
Negara Indonesia.
Perhatikan
Firman Allah swt dalam Al Quran Surat Al Hujurat ayat 9:
“Dan apabila ada dua golongan orang mukmin
berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya
berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang
berbuat zalim itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah swt. Jika
golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah swt), maka damaikanlah antara
keduanya dengan adil dan berlakulah adil. Sungguh, Allah swt mencintai
orang-orang yang berlaku adil.”
Perhatikan
pula amanat Pembukaan UUD 1945 alinea pertama:
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah
hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”
Bukankah
kewajiban bangsa Indonesia yang mayoritas muslim ini sudah jelas?
Sebagai
muslim kita harus mendamaikan perang yang terjadi di antara sesama muslim.
Sebagai orang Indonesia, kita berkewajiban menghapuskan penjajahan di seluruh
muka Bumi. Sekelompok orang yang melakukan kejahatan atas sekelompok lainnya
adalah bisa dikategorikan penjajahan.
Artinya,
kita harus memerangi orang-orang yang sedang menzalimi orang lain sampai pihak
yang berlaku jahat itu kembali pada jalan Allah swt. Kemudian, beri jalan
keluar jika suasananya sudah mulai kondusif. Begitulah yang seharusnya kita
lakukan jika menginginkan kemuliaan hidup di dunia dan di akhirat.
Hanya
orang-orang bego dan pasti masuk neraka jika tak segera bertobat yang selalu
berteriak-teriak menghakimi pihak-pihak yang bertikai tanpa pengetahuan yang
cukup akurat. Hanya orang-orang goblok yang dengan cepat menuduh sekelompok
orang sebagai teroris, penjahat, tidak Islami, dan lain sebagainya, padahal
mereka sendiri tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai pihak-pihak yang
bertengkar dan masalah-masalah yang sedang terjadi.
Tugas
kita sebagai muslim berkebangsaan Indonesia adalah melakukan hubungan dengan
yang sedang bertikai, lalu pahami masalahnya. Dengan begitu, kita akan lebih
mudah mengambil sikap. Jangan tiba-tiba menuduh ini itu tanpa alasan jelas
hanya karena ingin dipuji dan dipuja sebagai kaum muslim yang moderat,
terpelajar, dan penuh perdamaian.
Jangan
pedulikan penilaian orang karena penilaian itu tidak berguna sedikit pun di
Mahkamah Akhirat kelak. Yang patut kita jadikan standar adalah penilaian Allah
swt kepada kita. Orang lain mau menilai kita baik atau buruk, whatever. Mata kita hanya harus tertuju
kepada Allah swt.
Tahukah
kita bahwa Allah swt akan menilai kita dari sejauh mana kita sudah melaksanakan
Al Quran dan Al Hadits di dalam memperbaiki kehidupan dunia ini?
Damaikan
dan persaudarakan sesama muslim. Jangan terlalu cepat menjatuhkan tuduhan
karena tuduhan-tuduhan tak berdasar itu bisa sangat mungkin salah besar. Jangan
jadikan penilaian orang-orang nonmuslim menjadi standar hidup kita. Baik dan
buruknya kita hanya harus dinilai oleh pendapat Allah swt. Pendapat Allah swt
hanyalah Al Quran dan Al Hadits titik.
Paham?
No comments:
Post a Comment