Monday, 25 May 2015

Pengungsi Rohingya Harus Introspeksi Diri


oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya


Keadaan dan penderitaan pengungsi Rohingya memang sangat memprihatinkan dan mengerikan. Mereka memang berada dalam keadaan paling buruk dalam sejarah hidupnya sehingga harus mondar-mandir di lautan yang kemudian meminta pertolongan pada negara-negara lainnya, terutama di kawasan Asean. Siapa pun yang memiliki hati pasti akan merasa kasihan kepada mereka.


                Akan tetapi, di balik semua itu mereka pun tidak perlu lantas menjual penderitaan dan kesakitan agar mendapatkan pertolongan. Mereka tidak perlu pula terlalu menyalahkan orang yang dianggap menganiaya mereka. Yang pertama kali patut dilakukan adalah melakukan introspeksi terhadap diri mereka masing-masing.


                Bencana dan penderitaan yang mereka alami adalah disebabkan oleh kejadian-kejadian masa lalu. Kita semua memahami bahwa kejadian hari ini merupakan akibat dari masa lalu dan kejadian masa depan ditentukan oleh hari ini. Artinya, mereka harus pula introspeksi diri karena sangat mungkin bahwa bencana atau penderitaan itu diakibatkan oleh ulah mereka sendiri yang mengakibatkan datangnya hukuman dari Allah swt. Bukan hanya pengungsi Rohingya sebenarnya yang harus introspeksi diri. Semua bangsa, komunitas, maupun individu harus selalu introspeksi diri, jangan lantas menyalahkan orang lain atas penderitaan yang kita alami. Memang benar Allah swt sering mencoba kita dengan berbagai kegetiran yang dilakukan oleh orang lain tanpa kita melakukan kesalahan apa pun, tetapi biarlah cobaan itu berlangsung karena Allah swt sendiri yang melakukannya. Yang harus kita perhatikan adalah bisa jadi bahwa bencana, penderitaan, kerugian, kesakitan yang dialami itu diakibatkan oleh perilaku kita sendiri atau oleh kesalahan kita sendiri.


                Sangat mungkin penderitaan itu terjadi karena mereka di tempat asalnya tidak mau membaur, memiliki keinginan politik yang mengganggu orang banyak, melanggar hukum, menganggap diri lebih baik dan mulia, melecehkan orang lain, curang, jahat, dan lain sebagainya. Memang benar Islam adalah agama paling benar, paling mulia, dan paling logis. Akan tetapi, Islam sendiri harus dibawa dalam kehidupan ini dalam rangka rahmatan lil alamin, ‘memberikan rahmat bagi semesta alam’. Di mana pun kaum muslim hidup dan berdiri, harus mencerminkan rahmat bagi lingkungannya, bukan menjadi biang kegaduhan dan sumber pertengkaran. Kita harus selalu dalam keadaan berbuat baik. Kalaupun orang lain melakukan keburukan terhadap diri kita dalam keadaan kita selalu baik, kesalahan ada pada orang lain. Allah swt pasti akan menghukum orang jahat seberat-beratnya. Akan tetapi, jika orang lain melakukan keburukan kepada kita karena kita melakukan keburukan kepada orang lain, wajar kalau Allah swt memberikan peringatan yang keras kepada kita. Allah swt menghendaki kaum muslimin menjadi wakil-Nya di muka Bumi, bukan menjadi pengacau di tempat dia hidup. Allah swt itu Maha Pengasih dan Penyayang, maka kaum muslim harus menunjukkan kasih sayang yang dititipkan Allah swt dalam dirinya itu sehingga lingkungannya akan terterangi dengan lampion-lampion keindahan.


                Saya tidak menuduh pengungsi Rohingya melakukan banyak kejahatan di tempat asalnya sehingga mereka harus bertikai, menderita, kemudian kabur. Akan tetapi, adalah lebih baik jika melakukan introspeksi diri agar tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik di mana saja kita hidup. Kalau kita sudah melakukan banyak kebaikan, tetapi orang lain tetap berbuat buruk kepada kita, kita boleh melakukan perlawanan atau menghindar, kemudian menyerahkan segala urusan kepada Allah swt.


                Introspeksi adalah sangat baik, kemudian cari solusi agar terjadi perdamaian dan kehidupan harmonis di muka Bumi ini. Saya sangat yakin kejadian yang menimpa kaum Rohingya ini ada penyebabnya, tidak mungkin tidak ada penyebabnya. Penyebab itulah yang harus segera dipecahkan. Penyebabnya itu bisa berasal dari kaum Rohingya sendiri, bisa pula karena kebencian yang tidak beralasan dari komunitas di luar mereka. Semua itu harus segera diselesaikan dan dicari jalan keluarnya dengan menghasilkan win win solution.
 
                Jadikan Islam sebagai benar-benar rahmat bagi semesta alam di mana pun kita hidup.

No comments:

Post a Comment