oleh Tom Finaldin
Bandung, Putera Sang Surya
Allah swt dalam zaman ini sudah
melengkapi kita dengan peralatan-peralatan canggih yang menjamin siapa saja
mengetahui kondisi dunia secepat mungkin. Kita memiliki radio, televisi, handphone, telepon, internet, dan lain
sebagainya yang dapat mengirimkan dan menerima berita teramat cepat.
Dengan
berbagai peralatan itu, kita dapat mengetahui berbagai kondisi di dunia dengan
lebih luas. Berita-berita dan cerita-cerita yang beredar saat ini menunjukkan
bahwa kondisi dunia berada dalam kesesatan, keterpurukan, kejahatan,
kebingungan, kengerian, dan kenestapaan. Ketidakseimbangan kehidupan akibat
kebodohan dan kerakusan manusia sudah sangat merajalela sampai menghancurkan
kehidupan, budaya, sejarah, dan nilai-nilai kebaikan. Hal itu diperparah dengan
perilaku media yang cenderung menayangkan informasi tidak lengkap, berat
sebelah, dan hanya mementingkan bisnis, bukan menyampaikan informasi secara
jujur demi kebaikan kehidupan manusia dan alam sekitarnya.
Dalam
kondisi dunia seperti itu, kita bangsa Indonesia sudah seharusnya segera tampil
memberikan pencerahan kepada masyarakat dunia agar kembali pada nilai-nilai
kemanusiaan itu sendiri sehingga berbagai kejahatan dan keburukan akibat
perilaku manusia dapat diminimalisasi kalau tidak bisa dihilangkan. Indonesia
sudah dibekali dengan modal yang sangat besar oleh Allah swt. Kondisi alam kita
sangat mendukung agar rakyat Indonesia tidak terlalu bergantung dan atau
memperbanyak hutang kepada negara lain untuk melangsungkan hidupnya. Sifat dan
perilaku kita sudah tercetak sangat baik sejak dalam kandungan. Kita mudah
tersenyum, pemaaf, terkadang “pelupa” terhadap keburukan yang telah menimpa
kita, baik dalam menerima kehadiran orang lain, sangat menyukai keamanan dan
ketertiban, dan jujur. Sayangnya, bekal-bekal yang telah dilekatkan Allah swt
terhadap diri kita itu tergerus oleh kekacauan dalam pergaulan kehidupan. Kita
menjadi tidak ada bedanya dengan bangsa-bangsa lain yang rakus, gemar
bertengkar, dan sering berbohong.
Kita
sebenarnya sangat berpotensi menyelamatkan dunia, bahkan memimpin dunia dengan
syarat “harus kembali pada jati diri” dan “tidak mengekor bangsa lain” dalam
hal apa pun. Kita bisa memecahkan berbagai permasalahan dunia hanya dengan
menunjukkan “keaslian” diri kita. Wajah, tangan, kaki, dan tubuh kita sangat
diperlukan oleh dunia. Dunia sesungguhnya menantikan kita yang datang membawa
kelembutan, kesejukan, kasih sayang, dan keadilan.
Benar
sekali kita sendiri di dalam negeri masih dirundung banyak masalah. Akan
tetapi, itu tidak boleh menghentikan “kesempatan” kita untuk mengadakan
perbaikan di level internasional. Apabila kita tidak mengambil “kesempatan”
untuk berbuat baik di tingkat internasional, “kesempatan” itu bisa hilang dan
kemudian kita menyesal sendiri. Memperbaiki diri memang perlu terus
dilanjutkan, tetapi berperan lebih aktif dalam perdamaian dunia harus lebih
ditingkatkan karena kesempatan untuk itu ada di depan mata kita bersama.
Saya
ingin sedikit berbagi ceritera tentang hidup saya sendiri. Dulu saya sangat
dimudahkan Allah swt dalam hal ekonomi. Pada saat saya masih kuliah semester
tiga di Universitas Padjadjaran, Bandung, sudah bekerja dengan gaji lumayan dan
beban kerja sangat ringan. Dengan demikian, dalam usia masih sangat muda, saya
sudah tidak lagi bergantung pada orangtua, bahkan mampu membeli rumah sendiri
pada saat orang lain masih kebingungan mencari pekerjaan. Allah swt teramat
baik.
Dalam
keadaan itu, banyak orang yang membutuhkan pertolongan saya, terutama dalam hal
ekonomi. Akan tetapi, saya menahan diri untuk “menolong orang lain”. Bukan
karena saya pelit, tetapi saya ingin benar-benar aman dan mapan. Setelah
benar-benar “safety”, saya akan mulai mengulurkan tangan untuk orang lain. Saat
itu bego benar saya. Saya pikir keinginan dan rencana saya itu akan terjadi.
Bahkan,
kalau ada saudara atau kerabat yang meminta pertolongan, saya suka ketus, “Baru
lihat aku punya harta sedikit aja, sudah mau ngerepotin. Aku kan baru melangkah
sedikit-sedikit. Kasih kesempatan aku untuk lebih mapan, nanti juga aku akan
bantu kalian semua.”
Akan
tetapi, sebelum rencana saya itu berhasil, “kebangkrutan” datang melanda. Saya
benar-benar bangkrut, sampai harus menjual banyak barang dan perhiasan. Saya
benar-benar terhina sampai harus mengais rezeki dengan menggunakan sepeda balap
tanpa menghasilkan uang sepeser pun. Benar-benar mengerikan saat itu dan sangat
menyakitkan. Jangankan untuk menolong orang lain, menolong diri sendiri pun
tidak mampu. Artinya, kesempatan untuk berbuat baik kepada orang lain itu
hilang sama sekali, bahkan orang-orang yang dulu meminta pertolongan saya
menjadi orang-orang yang menolong saya, padahal saya sering ketus sama mereka.
Saya benar-benar beruntung memiliki orang-orang itu.
Saya
menjadi sadar bahwa kata “selesai, aman, tenang, hidup cukup” itu sama sekali
tak ada batasnya. Yang namanya harta ya seperti itu, tidak pernah membuat kita
merasa cukup, aman, dan tenang. Kita selalu dilanda kecemasan dan kekhawatiran.
Oleh sebab itu, kita tidak pernah akan merasa “tercukupi” karena selalu merasa
kurang dan “belum kesampaian”.
Artinya,
jika ada kesempatan untuk berbuat baik, lakukanlah sesegera mungkin sebelum
kita tidak mampu untuk melakukannya. Sesungguhnya, kesempatan melakukan
kebaikan itu datang ketika kita “dipandang mampu” oleh Allah swt. Akan tetapi,
kita selalu dicemaskan oleh bayangan kita dan terpengaruhi godaan syetan yang
selalu membisiki kita dengan “ketakutan terhadap kemiskinan” yang membuat diri
kita “kikir”.
Jika
melihat Indonesia saat ini, kita sudah memiliki banyak kemajuan dalam berbagai
bidang. Kita punya militer yang sedang menguat, ekonomi yang terus meningkat,
ketegasan hukum yang terus diperjuangkan, pendidikan yang berlanjut maju,
generasi muda cerdas yang terus bertambah, kebanggaan menjadi warga Indonesia
yang setiap hari menebal, para pemimpin yang mengupayakan dirinya bekerja
keras, ketidaktakutan terhadap intimidasi dan pengaruh bangsa lain, dan lain
sebagainya. Memang benar itu semua belum terasa secara merata di seluruh
Indonesia, tetapi hal itu sudah mulai terasa dan menunjukkan adanya berbagai
peningkatan yang semakin baik.
Dalam
kondisi mulai “membaik” seperti ini, datang kesempatan untuk melakukan kebaikan
di tingkat dunia. Kita bisa menyaksikan bahwa kaum muslim Eropa berharap
Indonesia mendirikan perguruan tinggi Islam di Eropa, kita bisa merasakan
bagaimana kita semua bangga dengan pembakaran perahu-perahu pencuri ikan di
Indonesia, kita sangat setuju dengan penangkapan pesawat udara yang melanggar
wilayah Indonesia, kita sangat tidak peduli dengan opini asing mengenai hukuman
mati terhadap pengedar Napza, kita tahu bahwa masyarakat Timur Tengah
mengharapkan kehadiran Indonesia dalam mengatasi masalah-masalah di Timur
Tengah, kita sangat sadar bahwa kita menjadi tujuan para pengungsi Rohingya
yang tidak mau kembali ke Myanmar, kita pun tersentak bahwa orang-orang
Bangladesh berupaya keras menuju Indonesia agar mendapatkan pekerjaan di
Indonesia, dan masih banyak lagi.
Saya
sendiri tetap berdiri sebagai pemenang dalam perdebatan di Youtobe. Ada lebih
dari delapan puluh orang yang mengeroyok saya dari berbagai bangsa dengan
penghinaan-penghinaan terhadap kaum muslim dan bangsa Indonesia. Saya mampu
mengalahkan mereka semua. Cek saja di Youtube dan klik di akun google saya.
Bagaimana mudahnya saya membongkar kebodohan orang-orang bule itu dan bagaimana
entengnya saya meninggalkan mereka dalam keadaan kesal karena saya tak
terkalahkan. Saya bisa terus menang karena berdasarkan kebenaran sebagai orang
Islam dan warga Negara Indonesia yang mencintai perdamaian.
Ketika
datang kesempatan untuk melakukan kebaikan di tingkat internasional, bangsa
Indonesia harus segara mengambil kesempatan itu. Hal itu disebabkan Allah swt
sudah menganggap Indonesia mampu mengambil bagian yang lebih besar untuk
kebaikan manusia di seluruh dunia. Jangan menghindari kesempatan itu karena
Allah swt bisa mencabut kapan saja “kebaikan” yang telah diberikan-Nya kepada
Indonesia.
Di
samping itu, dengan ikut peduli terhadap keadaan dunia, kita sudah melakukan
tugas kita sebagaimana amanat para pendiri bangsa ini yang menginginkan
Indonesia berada dalam keadilan, kemakmuran, dan berperan aktif dalam
perdamaian dunia. Dengan demikian, kita bisa menjadi mercusuar dunia yang
menerangi mereka yang sedang dalam kegelapan. Sinar yang kita miliki berada
dalam diri kita sebagai bangsa Indonesia. Dengan itulah kita bisa memecahkan
berbagai permasalahan dunia. Akan tetapi, jika kita berperan serta dengan
menggunakan kebiasaan dan pikiran-pikiran orang lain atau cara-cara hidup orang
lain, kita tidak pernah akan berhasil, bahkan akan terseret dalam kubangan
kekumuhan mereka yang menjadikan Indonesia sebagai negara yang tidak memiliki
harga diri.
Berbuat
baiklah jika ada kesempatan datang dengan tetap memperbaiki diri. Hal itu
disebabkan Allah swt memberikan tambahan tugas bagi bangsa Indonesia dan
berkehendak memberikan banyak kelebihan kepada bangsa Indonesia jika bersedia
memanfaatkan potensi yang telah dianugerahkan-Nya.
Mudah-mudahan
Allah swt menjaga bangsa dan negara Indonesia untuk selalu berada dalam
kebaikan, baik lahir maupun batin.
Amin.
No comments:
Post a Comment