Tuesday 19 May 2015

Saatnya Indonesia Menyelamatkan Dunia


oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya

Allah swt dalam zaman ini sudah melengkapi kita dengan peralatan-peralatan canggih yang menjamin siapa saja mengetahui kondisi dunia secepat mungkin. Kita memiliki radio, televisi, handphone, telepon, internet, dan lain sebagainya yang dapat mengirimkan dan menerima berita teramat cepat.

            Dengan berbagai peralatan itu, kita dapat mengetahui berbagai kondisi di dunia dengan lebih luas. Berita-berita dan cerita-cerita yang beredar saat ini menunjukkan bahwa kondisi dunia berada dalam kesesatan, keterpurukan, kejahatan, kebingungan, kengerian, dan kenestapaan. Ketidakseimbangan kehidupan akibat kebodohan dan kerakusan manusia sudah sangat merajalela sampai menghancurkan kehidupan, budaya, sejarah, dan nilai-nilai kebaikan. Hal itu diperparah dengan perilaku media yang cenderung menayangkan informasi tidak lengkap, berat sebelah, dan hanya mementingkan bisnis, bukan menyampaikan informasi secara jujur demi kebaikan kehidupan manusia dan alam sekitarnya.

            Dalam kondisi dunia seperti itu, kita bangsa Indonesia sudah seharusnya segera tampil memberikan pencerahan kepada masyarakat dunia agar kembali pada nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri sehingga berbagai kejahatan dan keburukan akibat perilaku manusia dapat diminimalisasi kalau tidak bisa dihilangkan. Indonesia sudah dibekali dengan modal yang sangat besar oleh Allah swt. Kondisi alam kita sangat mendukung agar rakyat Indonesia tidak terlalu bergantung dan atau memperbanyak hutang kepada negara lain untuk melangsungkan hidupnya. Sifat dan perilaku kita sudah tercetak sangat baik sejak dalam kandungan. Kita mudah tersenyum, pemaaf, terkadang “pelupa” terhadap keburukan yang telah menimpa kita, baik dalam menerima kehadiran orang lain, sangat menyukai keamanan dan ketertiban, dan jujur. Sayangnya, bekal-bekal yang telah dilekatkan Allah swt terhadap diri kita itu tergerus oleh kekacauan dalam pergaulan kehidupan. Kita menjadi tidak ada bedanya dengan bangsa-bangsa lain yang rakus, gemar bertengkar, dan sering berbohong.

            Kita sebenarnya sangat berpotensi menyelamatkan dunia, bahkan memimpin dunia dengan syarat “harus kembali pada jati diri” dan “tidak mengekor bangsa lain” dalam hal apa pun. Kita bisa memecahkan berbagai permasalahan dunia hanya dengan menunjukkan “keaslian” diri kita. Wajah, tangan, kaki, dan tubuh kita sangat diperlukan oleh dunia. Dunia sesungguhnya menantikan kita yang datang membawa kelembutan, kesejukan, kasih sayang, dan keadilan.

            Benar sekali kita sendiri di dalam negeri masih dirundung banyak masalah. Akan tetapi, itu tidak boleh menghentikan “kesempatan” kita untuk mengadakan perbaikan di level internasional. Apabila kita tidak mengambil “kesempatan” untuk berbuat baik di tingkat internasional, “kesempatan” itu bisa hilang dan kemudian kita menyesal sendiri. Memperbaiki diri memang perlu terus dilanjutkan, tetapi berperan lebih aktif dalam perdamaian dunia harus lebih ditingkatkan karena kesempatan untuk itu ada di depan mata kita bersama.

            Saya ingin sedikit berbagi ceritera tentang hidup saya sendiri. Dulu saya sangat dimudahkan Allah swt dalam hal ekonomi. Pada saat saya masih kuliah semester tiga di Universitas Padjadjaran, Bandung, sudah bekerja dengan gaji lumayan dan beban kerja sangat ringan. Dengan demikian, dalam usia masih sangat muda, saya sudah tidak lagi bergantung pada orangtua, bahkan mampu membeli rumah sendiri pada saat orang lain masih kebingungan mencari pekerjaan. Allah swt teramat baik.

            Dalam keadaan itu, banyak orang yang membutuhkan pertolongan saya, terutama dalam hal ekonomi. Akan tetapi, saya menahan diri untuk “menolong orang lain”. Bukan karena saya pelit, tetapi saya ingin benar-benar aman dan mapan. Setelah benar-benar “safety”, saya akan mulai mengulurkan tangan untuk orang lain. Saat itu bego benar saya. Saya pikir keinginan dan rencana saya itu akan terjadi.

            Bahkan, kalau ada saudara atau kerabat yang meminta pertolongan, saya suka ketus, “Baru lihat aku punya harta sedikit aja, sudah mau ngerepotin. Aku kan baru melangkah sedikit-sedikit. Kasih kesempatan aku untuk lebih mapan, nanti juga aku akan bantu kalian semua.”

            Akan tetapi, sebelum rencana saya itu berhasil, “kebangkrutan” datang melanda. Saya benar-benar bangkrut, sampai harus menjual banyak barang dan perhiasan. Saya benar-benar terhina sampai harus mengais rezeki dengan menggunakan sepeda balap tanpa menghasilkan uang sepeser pun. Benar-benar mengerikan saat itu dan sangat menyakitkan. Jangankan untuk menolong orang lain, menolong diri sendiri pun tidak mampu. Artinya, kesempatan untuk berbuat baik kepada orang lain itu hilang sama sekali, bahkan orang-orang yang dulu meminta pertolongan saya menjadi orang-orang yang menolong saya, padahal saya sering ketus sama mereka. Saya benar-benar beruntung memiliki orang-orang itu.

            Saya menjadi sadar bahwa kata “selesai, aman, tenang, hidup cukup” itu sama sekali tak ada batasnya. Yang namanya harta ya seperti itu, tidak pernah membuat kita merasa cukup, aman, dan tenang. Kita selalu dilanda kecemasan dan kekhawatiran. Oleh sebab itu, kita tidak pernah akan merasa “tercukupi” karena selalu merasa kurang dan “belum kesampaian”.

            Artinya, jika ada kesempatan untuk berbuat baik, lakukanlah sesegera mungkin sebelum kita tidak mampu untuk melakukannya. Sesungguhnya, kesempatan melakukan kebaikan itu datang ketika kita “dipandang mampu” oleh Allah swt. Akan tetapi, kita selalu dicemaskan oleh bayangan kita dan terpengaruhi godaan syetan yang selalu membisiki kita dengan “ketakutan terhadap kemiskinan” yang membuat diri kita “kikir”.           

            Jika melihat Indonesia saat ini, kita sudah memiliki banyak kemajuan dalam berbagai bidang. Kita punya militer yang sedang menguat, ekonomi yang terus meningkat, ketegasan hukum yang terus diperjuangkan, pendidikan yang berlanjut maju, generasi muda cerdas yang terus bertambah, kebanggaan menjadi warga Indonesia yang setiap hari menebal, para pemimpin yang mengupayakan dirinya bekerja keras, ketidaktakutan terhadap intimidasi dan pengaruh bangsa lain, dan lain sebagainya. Memang benar itu semua belum terasa secara merata di seluruh Indonesia, tetapi hal itu sudah mulai terasa dan menunjukkan adanya berbagai peningkatan yang semakin baik.

            Dalam kondisi mulai “membaik” seperti ini, datang kesempatan untuk melakukan kebaikan di tingkat dunia. Kita bisa menyaksikan bahwa kaum muslim Eropa berharap Indonesia mendirikan perguruan tinggi Islam di Eropa, kita bisa merasakan bagaimana kita semua bangga dengan pembakaran perahu-perahu pencuri ikan di Indonesia, kita sangat setuju dengan penangkapan pesawat udara yang melanggar wilayah Indonesia, kita sangat tidak peduli dengan opini asing mengenai hukuman mati terhadap pengedar Napza, kita tahu bahwa masyarakat Timur Tengah mengharapkan kehadiran Indonesia dalam mengatasi masalah-masalah di Timur Tengah, kita sangat sadar bahwa kita menjadi tujuan para pengungsi Rohingya yang tidak mau kembali ke Myanmar, kita pun tersentak bahwa orang-orang Bangladesh berupaya keras menuju Indonesia agar mendapatkan pekerjaan di Indonesia, dan masih banyak lagi.

            Saya sendiri tetap berdiri sebagai pemenang dalam perdebatan di Youtobe. Ada lebih dari delapan puluh orang yang mengeroyok saya dari berbagai bangsa dengan penghinaan-penghinaan terhadap kaum muslim dan bangsa Indonesia. Saya mampu mengalahkan mereka semua. Cek saja di Youtube dan klik di akun google saya. Bagaimana mudahnya saya membongkar kebodohan orang-orang bule itu dan bagaimana entengnya saya meninggalkan mereka dalam keadaan kesal karena saya tak terkalahkan. Saya bisa terus menang karena berdasarkan kebenaran sebagai orang Islam dan warga Negara Indonesia yang mencintai perdamaian.

            Ketika datang kesempatan untuk melakukan kebaikan di tingkat internasional, bangsa Indonesia harus segara mengambil kesempatan itu. Hal itu disebabkan Allah swt sudah menganggap Indonesia mampu mengambil bagian yang lebih besar untuk kebaikan manusia di seluruh dunia. Jangan menghindari kesempatan itu karena Allah swt bisa mencabut kapan saja “kebaikan” yang telah diberikan-Nya kepada Indonesia.

            Di samping itu, dengan ikut peduli terhadap keadaan dunia, kita sudah melakukan tugas kita sebagaimana amanat para pendiri bangsa ini yang menginginkan Indonesia berada dalam keadilan, kemakmuran, dan berperan aktif dalam perdamaian dunia. Dengan demikian, kita bisa menjadi mercusuar dunia yang menerangi mereka yang sedang dalam kegelapan. Sinar yang kita miliki berada dalam diri kita sebagai bangsa Indonesia. Dengan itulah kita bisa memecahkan berbagai permasalahan dunia. Akan tetapi, jika kita berperan serta dengan menggunakan kebiasaan dan pikiran-pikiran orang lain atau cara-cara hidup orang lain, kita tidak pernah akan berhasil, bahkan akan terseret dalam kubangan kekumuhan mereka yang menjadikan Indonesia sebagai negara yang tidak memiliki harga diri.

            Berbuat baiklah jika ada kesempatan datang dengan tetap memperbaiki diri. Hal itu disebabkan Allah swt memberikan tambahan tugas bagi bangsa Indonesia dan berkehendak memberikan banyak kelebihan kepada bangsa Indonesia jika bersedia memanfaatkan potensi yang telah dianugerahkan-Nya.

            Mudah-mudahan Allah swt menjaga bangsa dan negara Indonesia untuk selalu berada dalam kebaikan, baik lahir maupun batin.

            Amin.

No comments:

Post a Comment