Saturday, 11 June 2016

Jangan Makan Uang Darah

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Sebagai bangsa Indonesia, tentunya patut bersyukur jika ternyata hasil kerja anak-anak bangsa Indonesia dinilai sangat positif dan tinggi oleh dunia luar. Akan tetapi, upayakan segalanya tetap positif dan tidak berubah menjadi negatif.

            Semua pasti senang dengan kabar bahwa senjata-senjata produksi PT Pindad, Bandung, Indonesia semakin dipercaya untuk memperkuat pertahanan berbagai negara di dunia.

            Siapa yang tidak bersyukur bahwa Indonesia telah mampu membuat peluru tajam tembus baja yang mengagetkan dunia Barat?

            Siapa yang tidak senang memilliki TNI yang memegang predikat No. 1 terbaik di dunia dalam keterampilan menembak?

            Siapa yang tidak ikut merasa bangga PT Pindad kebanjiran pesanan senjata dari berbagai negara?

            Hal itu berarti Indonesia semakin diperhitungkan di tingkat internasional.

            Meskipun demikian, hasil karya positif dan kepercayaan internasional yang positif pun harus tetap menjadi positif, tidak menjadi negatif. Maksudnya, Indonesia atau PT Pindad harus berhati-hati dalam menerima pesanan senjata, jangan siapa saja dilayani, sampai teroris pun dilayani. Asal beli dan barang jadi uang, semua bisa dijalankan. Itu sangat tidak baik. Itulah yang saya bilang positif berubah menjadi negatif.

            Panglima Perang Abadi Muhammad Rasulullah saw berpesan, “Jangan menjual senjata kepada orang yang sedang bertengkar.”

            Pesan pendek itu sangat berpengaruh bagi perdamaian dunia. Artinya, kalau ada orang yang sedang bertengkar, kita harus berupaya menjadi penengah agar tercipta perdamaian. Bukan sebaliknya, justru ngipas-ngipasin, manas-manasin, agar pertengkaran terus terjadi. Bahkan, kita jual senjata sama mereka. Kepada yang satu kita jual  golok panjang, kepada yang seorang lagi kita jual samurai. Kita memang untung, dapet uang banyak dari sana-sini. Akan tetapi, perilaku kita sama sekali tidak terpuji, kelakuan seperti itu adalah kelakuan Iblis Laknatullah.

             Pesan Rasulullah saw tersebut sama saja jika diberlakukan pada tataran pergaulan hubungan internasional. Jika ada negara-negara yang sedang bertengkar apalagi kelompok-kelompok manusia sedang berselisih, kemudian memesan senjata kepada Indonesia untuk membunuh musuhnya, sudah wajib untuk ditolak. Indonesia harus memandang jijik pada pemesanan dalam kondisi seperti itu. Hal yang benar harus dilakukan adalah Indonesia memberikan solusi atau jalan keluar agar pertengkaran dan perselisihan itu bisa selesai.

            Apabila Indonesia atau PT Pindad menjual senjata kepada negara-negara atau kelompok-kelompok yang sedang emosi dan bernafsu untuk membunuh, itu tandanya Indonesia sama saja dengan negara lain yang sudah gemar membunuh dari dulu. Tak ada bedanya kita dengan mereka. Kita sama sekali tidak memiliki ciri-ciri sebagai bangsa yang mulia. Parahnya, kita sama saja dengan para penipu dunia yang teriak-teriak tentang perdamaian, kemanusiaan, dan antiterorisme, tetapi sesungguhnya dibalik itu semua merekalah yang justru membuat langgeng berbagai pembunuhan dan kekacauan di seluruh penjuru dunia.

            Ada lagi hal yang lebih parah dari itu semua jika Indonesia menjual senjata pada pihak-pihak yang sedang bertikai.

            Apa itu?

            Senjata-senjata dan peluru-peluru yang kita jual kepada mereka sangat jelas membuat Indonesia mendapatkan keuntungan materi. PT Pindad akan dapat uang, lalu bayar pajak pada negara, kemudian negara menggunakan uang itu untuk rakyat. Ketika banyak orang mati saling membunuh entah untuk apa dengan menggunakan senjata yang kita produksi, rakyat Indonesia dikucuri dana dari hasil penjualan senjata itu. Artinya, darah-darah yang mengucur dan nyawa-nyawa yang melayang pada belahan dunia lain itu telah kita makan dan kita minum, baik secara sadar maupun tidak. Efek lebih jauhnya adalah harta atau uang yang kita makan adalah hasil keuntungan dari kekacauan dan pembunuhan pada bagian dunia lain. Akibatnya, uang yang kita makan jelas bukan uang penuh barokah, melainkan uang penuh darah. Uang darah. Karena tidak berkah, hidup kita pun sama sekali tidak bermanfaat dan akan terjatuh terjerumus seperti mereka juga ke dalam berbagai kesusahan, penderitaan, kebingungan, kegelisahan, kejahatan, kriminalitas, kecemasan, kemarahan, kesedihan, dan berbagai penyakit hati dan penyakit fisik lainnya. Di akhirat akan menjadi orang-orang yang menderita dan penuh dengan penyesalan. Di dunia sama sekali hidup tidak mulia, di akhirat penuh dengan kehinaan.

            Jangan makan uang darah. Dengan menghindari uang darah, kita sudah berperan serta sangat besar dalam perdamaian dunia dan berbaik hati dalam menjaga kebersihan diri dan kemuliaan anak-cucu kita pada masa depan.

            Jika senang memakan uang darah, kita adalah salah satu fakor penyebab kekacauan di muka Bumi ini dan sedang merusakkan martabat diri sebagai manusia serta menjerumuskan anak-cucu ke dalam kehidupan penuh dengan kegelisahan, kepedihan, kebingungan, dan kehinaan. Di akhirat nanti semua sama-sama berkumpul sebagai manusia-manusia yang sangat pantas untuk dihina dan dicaci maki tanpa henti.

            Indonesia harus hanya bersedia melayani pemesanan senjata oleh negara-negara yang berniat melengkapi pertahanan diri dalam menjaga keamanan diri dan perdamaian dunia atau menjaga ketertiban. Indonesia harus cermat dalam memilih klien. Hal itu disebabkan ketidakcermatan memilih klien akan menimbulkan kemarahan Allah swt. Akan ada banyak pihak yang mengklaim diri sebagai “sedang menciptakan ketertiban”, tetapi sebenarnya sedang melakukan huru-hara. Indonesia harus cermat dalam hal itu.

            Bukankah sudah banyak bencana di sana-sini?

            Itu peringatan dari Allah swt.

            Kalau membangkang terhadap kebenaran, kejadiannya bisa seperti masa lalu. Benua Sundaland yang besar dan megah harus hancur berkeping-keping menjadi kepulauan karena dihukum Allah swt.

            Saya tidak bisa membayangkan jika negara yang sudah berbentuk kepulauan dengan 17.000 pulau ini kembali dimurkai Allah swt,  mau jadi apa daratan negara Indonesia?

            Mungkin bukan lagi archipelago, melainkan menjadi powdered bread country, "Negeri Bubuk Roti" karena sudah tidak ada lagi daratan yang besar seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, semuanya cuma berupa bubuk seperti kepulauan seribu.

            Lalu, ke mana orang-orangnya?

            Ya kayak dulu lagi. Sebagian lari ke luar negeri, kebanyakan mati tenggelam dan terkubur, sisanya beberapa gelintir selamat dan harus memulai lagi dari awal kayak orang yang terus-terusan merintis bisnis dan tidak pernah berhasil, merintis dan merintis lagi, terus aja merintis, nggak maju-maju.


            Mudah-mudahan pemerintah dan rakyat Indonesia semakin hari semakin memahami kebaikan dan semakin berperilaku baik sehingga tidak mengundang kemurkaan Allah swt. Bahkan, justru menarik rahmat dan cinta Allah swt sehingga Indonesia menjadi negeri penuh cinta dan penuh anugerah. Amin.

No comments:

Post a Comment