oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Sudah kali ketiga warga
Negara Indonesia diculik oleh kelompok-kelompok bersenjata di Filipina yang
diklaim dan mengklaim diri sebagai kelompok Abu Sayyaf. Penculikan yang sudah
terjadi berulang-ulang hingga tiga kali tersebut menunjukkan bahwa betapa
lemahnya pengamanan dan kekuatan militer Filipina.
Dalam mengatasi aksi penculikan ini sudah sangat tepat
jika pemerintah Indonesia menghentikan pelayaran ke Filipina untuk tujuan apa
pun, apalagi melalui jalur rawan penculikan. Memang ada kerugian yang harus
ditanggung dengan penghentian pelayaran tersebut, yaitu kegiatan bisnis terganggu,
bahkan berhenti. Akan tetapi, daripada menjadi korban penculikan terus-menerus,
sebaiknya memang wajib dihentikan. Pelayaran ke Filipina yang tadinya
mengharapkan “untung” dari bisnis jadi “buntung”
dengan adanya kasus penculikan. Bukannya untung yang didapat, melainkan buntung
yang diderita.
Untuk apa mengejar keuntungan, tetapi hasilnya menjadi buntung?
Tadinya ingin mendapatkan hasil besar dari bisnis, malah
menderita kerugian karena harus membayar tebusan dan biaya pembebasan sandera.
Untuk mencegah kejadian itu terulang di tempat yang sama
dan oleh kelompok yang sama atau kelompok lainnya, ada baiknya menggalang
persatuan dengan negara-negara yang pernah dirugikan atau sedang dirugikan oleh
ulah kelompok-kelompok penjahat bersenjata tersebut. Artinya, Filipina dan
Indonesia dapat menggalang kekuatan bersama dengan negara-negara yang warganya
pernah disandera atau sedang disandera.
Filipina harus menyadari bahwa militer mereka teramat
lemah dalam menjaga wilayah yang diklaim sebagai miliknya. Apabila memang tidak
memiliki kemampuan untuk mengamankan dan menguasai wilayahnya sendiri, sebaiknya
serahkan saja kepada Abu Sayyaf untuk mendirikan negara sendiri. Dengan
demikian, urusan apa pun, baik positif maupun negatif, setiap negara langsung
berurusan dengan Abu Sayyaf, tidak perlu lagi melalui pemerintah Filipina.
Apabila masih menginginkan kekuasaan atas wilayah yang
dikuasai oleh kelompok-kelompok bersenjata, sebaiknya Filipina bekerja sama
dengan negara lain dalam hal menghentikan atau mencegah kelompok Abu Sayyaf
untuk melakukan aksi-aksi penculikan dan aksi teror lainnya. Filipina bisa bekerja
sama dengan Indonesia, Malaysia, dan Kanada dalam menguasai wilayah yang
menjadi basis kekuatan Abu Sayyaf. Tidak perlu malu untuk mengakui kelemahan
diri dan mengajak negara lain untuk bekerja sama. Kerja sama militer di wilayah
itu memang sangat diperlukan jika belum mampu menguasai sendiri. Koalisi antipenculikan
di Filipina sangatlah baik dibentuk sampai dengan Filipina benar-benar mampu
menguasai sendiri.
Khusus bagi Indonesia, jangan terlalu memikirkan
kepentingan Filipina karena yang harus dipikirkan adalah kepentingan Indonesia
sendiri. Sangat tidak salah jika Indonesia mendesak Filipina agar membuka diri
sehingga TNI bisa masuk atau membangun koalisi militer sementara di wilayah
rawan penculikan. Soal UU Filipina yang tidak membolehkan pasukan asing di
wilayahnya, itu urusan mereka sendiri. Urusan kita adalah mengamankan
keselamatan WNI dan bisnis Indonesia di mana saja berada. Desak-mendesak atas
dasar kepentingan dalam negeri atau kepentingan nasional merupakan hal yang
lumrah dalam hubungan internasional. Hal itu disebabkan memang teorinya juga
seperti itu bahwa setiap negara yang terlibat dalam interaksi internasional
akan memperjuangkan kepentingan nasionalnya masing-masing. Justru sangat aneh
jika ada negara yang menghentikan perjuangan nasionalnya karena negara lain
sedang memperjuangkan kepentingan nasionalnya sendiri. Mereka berjuang, kita
pun seharusnya berjuang untuk kepentingan kita sendiri.
Koalisi antipenculikan yang terdiri atas beberapa negara
sangat diperlukan di wilayah yang rawan kejahatan. Koalisi ini harus bekerja
untuk membebaskan para sandera yang sedang disandera serta mengamankan wilayah
tersebut secara kontinyu. Bahkan, meskipun kasus penculikan sudah diselesaikan,
misalnya, koalisi ini harus tetap berada di tempat rawan untuk mencegah
aksi-aksi lanjutan dari kelompok-kelompok penjahat. Indonesia dan negara-negara
lain dapat mendesak Filipina agar memperbolehkan wilayah yang masih belum dapat
dikuasainya untuk membangun pangkalan militer sementara. Pangkalan militer ini
sangat berguna untuk mengamankan wilayah Filipina sendiri dan mempercepat gerak
militer untuk mengantisipasi berbagai ancaman dari kelompok-kelompok kejahatan.
Pangkalan militer ini benar-benar sangat bermanfaat dan harus ada sampai
Filipina memiliki kemampuan yang cukup untuk menguasainya sendiri.
Indonesia bisa membuat pangkalan militer di sana sehingga
dapat mengamankan kepentingan bisnisnya yang memanfaatkan jalur pelayaran di
sana. Akan tetapi, untuk dapat meyakinkan dunia bahwa Indonesia dengan TNI yang
dimilikinya dapat membantu Filipina untuk mengamankan wilayah itu, harus
secepatnya menyelesaikan kasus pengejaran terhadap kelompok Santoso. Dunia
tidak akan mempercayai Indonesia jika kelompok Santoso belum bisa ditangkap.
Bagaimana mau membantu mengamankan wilayah orang lain
jika wilayah sendiri saja masih belum dapat dikuasai dengan benar-benar?
Koalisi antipenculikan bisa dibangun dan digagas oleh
Indonesia dengan berani dan bangga jika di dalam negeri sendiri urusan-urusan
yang mirip dengan kelompok Abu Sayyaf sudah dapat teratasi.
No comments:
Post a Comment