Friday, 24 June 2016

Koalisi Antipenculikan

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Sudah kali ketiga warga Negara Indonesia diculik oleh kelompok-kelompok bersenjata di Filipina yang diklaim dan mengklaim diri sebagai kelompok Abu Sayyaf. Penculikan yang sudah terjadi berulang-ulang hingga tiga kali tersebut menunjukkan bahwa betapa lemahnya pengamanan dan kekuatan militer Filipina.

            Dalam mengatasi aksi penculikan ini sudah sangat tepat jika pemerintah Indonesia menghentikan pelayaran ke Filipina untuk tujuan apa pun, apalagi melalui jalur rawan penculikan. Memang ada kerugian yang harus ditanggung dengan penghentian pelayaran tersebut, yaitu kegiatan bisnis terganggu, bahkan berhenti. Akan tetapi, daripada menjadi korban penculikan terus-menerus, sebaiknya memang wajib dihentikan. Pelayaran ke Filipina yang tadinya mengharapkan “untung” dari bisnis jadi  “buntung” dengan adanya kasus penculikan. Bukannya untung yang didapat, melainkan buntung yang diderita.

            Untuk apa mengejar keuntungan, tetapi hasilnya menjadi buntung?

            Tadinya ingin mendapatkan hasil besar dari bisnis, malah menderita kerugian karena harus membayar tebusan dan biaya pembebasan sandera.

            Untuk mencegah kejadian itu terulang di tempat yang sama dan oleh kelompok yang sama atau kelompok lainnya, ada baiknya menggalang persatuan dengan negara-negara yang pernah dirugikan atau sedang dirugikan oleh ulah kelompok-kelompok penjahat bersenjata tersebut. Artinya, Filipina dan Indonesia dapat menggalang kekuatan bersama dengan negara-negara yang warganya pernah disandera atau sedang disandera.

            Filipina harus menyadari bahwa militer mereka teramat lemah dalam menjaga wilayah yang diklaim sebagai miliknya. Apabila memang tidak memiliki kemampuan untuk mengamankan dan menguasai wilayahnya sendiri, sebaiknya serahkan saja kepada Abu Sayyaf untuk mendirikan negara sendiri. Dengan demikian, urusan apa pun, baik positif maupun negatif, setiap negara langsung berurusan dengan Abu Sayyaf, tidak perlu lagi melalui pemerintah Filipina.

            Apabila masih menginginkan kekuasaan atas wilayah yang dikuasai oleh kelompok-kelompok bersenjata, sebaiknya Filipina bekerja sama dengan negara lain dalam hal menghentikan atau mencegah kelompok Abu Sayyaf untuk melakukan aksi-aksi penculikan dan aksi teror lainnya. Filipina bisa bekerja sama dengan Indonesia, Malaysia, dan Kanada dalam menguasai wilayah yang menjadi basis kekuatan Abu Sayyaf. Tidak perlu malu untuk mengakui kelemahan diri dan mengajak negara lain untuk bekerja sama. Kerja sama militer di wilayah itu memang sangat diperlukan jika belum mampu menguasai sendiri. Koalisi antipenculikan di Filipina sangatlah baik dibentuk sampai dengan Filipina benar-benar mampu menguasai sendiri.

            Khusus bagi Indonesia, jangan terlalu memikirkan kepentingan Filipina karena yang harus dipikirkan adalah kepentingan Indonesia sendiri. Sangat tidak salah jika Indonesia mendesak Filipina agar membuka diri sehingga TNI bisa masuk atau membangun koalisi militer sementara di wilayah rawan penculikan. Soal UU Filipina yang tidak membolehkan pasukan asing di wilayahnya, itu urusan mereka sendiri. Urusan kita adalah mengamankan keselamatan WNI dan bisnis Indonesia di mana saja berada. Desak-mendesak atas dasar kepentingan dalam negeri atau kepentingan nasional merupakan hal yang lumrah dalam hubungan internasional. Hal itu disebabkan memang teorinya juga seperti itu bahwa setiap negara yang terlibat dalam interaksi internasional akan memperjuangkan kepentingan nasionalnya masing-masing. Justru sangat aneh jika ada negara yang menghentikan perjuangan nasionalnya karena negara lain sedang memperjuangkan kepentingan nasionalnya sendiri. Mereka berjuang, kita pun seharusnya berjuang untuk kepentingan kita sendiri.

            Koalisi antipenculikan yang terdiri atas beberapa negara sangat diperlukan di wilayah yang rawan kejahatan. Koalisi ini harus bekerja untuk membebaskan para sandera yang sedang disandera serta mengamankan wilayah tersebut secara kontinyu. Bahkan, meskipun kasus penculikan sudah diselesaikan, misalnya, koalisi ini harus tetap berada di tempat rawan untuk mencegah aksi-aksi lanjutan dari kelompok-kelompok penjahat. Indonesia dan negara-negara lain dapat mendesak Filipina agar memperbolehkan wilayah yang masih belum dapat dikuasainya untuk membangun pangkalan militer sementara. Pangkalan militer ini sangat berguna untuk mengamankan wilayah Filipina sendiri dan mempercepat gerak militer untuk mengantisipasi berbagai ancaman dari kelompok-kelompok kejahatan. Pangkalan militer ini benar-benar sangat bermanfaat dan harus ada sampai Filipina memiliki kemampuan yang cukup untuk menguasainya sendiri.

            Indonesia bisa membuat pangkalan militer di sana sehingga dapat mengamankan kepentingan bisnisnya yang memanfaatkan jalur pelayaran di sana. Akan tetapi, untuk dapat meyakinkan dunia bahwa Indonesia dengan TNI yang dimilikinya dapat membantu Filipina untuk mengamankan wilayah itu, harus secepatnya menyelesaikan kasus pengejaran terhadap kelompok Santoso. Dunia tidak akan mempercayai Indonesia jika kelompok Santoso belum bisa ditangkap.

            Bagaimana mau membantu mengamankan wilayah orang lain jika wilayah sendiri saja masih belum dapat dikuasai dengan benar-benar?


            Koalisi antipenculikan bisa dibangun dan digagas oleh Indonesia dengan berani dan bangga jika di dalam negeri sendiri urusan-urusan yang mirip dengan kelompok Abu Sayyaf sudah dapat teratasi.

No comments:

Post a Comment