oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Sebetulnya,
malas menulis dan mengomentari orang-orang kurang ajar seperti mereka ini. Saya
sebenarnya lebih suka menulis atau mengomentari hal-hal positif dan
berpandangan ke depan. Orang lain sudah bikin pesawat ke luar angkasa, bikin
teori-teori yang bisa memecahkan masalah manusia di dunia, ini mah ngomongin
ecek-ecek yang bolak-balik ke situ-situ lagi, enggak maju-maju. Dari dulu
sampai sekarang, mungkin sampai mau mati pun ngomongnya itu lagi itu lagi,
enggak ada yang lain.
Kapan mau maju? Kapan mau mulia? Kapan mau berkuasa di
dunia?
Ngimpi!
Orang-orang seperti itu selalu mempertahankan kebodohan
orang lain agar dirinya dipandang selalu lebih mulia, lebih pintar, dan lebih
suci. Padahal, dia menghambat kemajuan dan kecerdasan orang lain. Sekuat tenaga
mereka bertahan agar orang lain tetap berada di bawah pengaruhnya karena ingin
mendapatkan keuntungan pelayanan, penghormatan, juga materi dari orang lain
yang mudah mereka tipu. Bahkan, untuk mempertahankan kondisi itu, tanpa malu
dan tanpa adab, mereka berbicara kotor murahan dan sama sekali tidak
berpendidikan.
Coba perhatikan kata-kata keturunan Arab ini, Si Habib
Fahmi Alkatiri dalam akun milliknya, Fkadrun
Alkatiri @FahmiHerbal. Dia menghina bangsa Indonesia, sebagai pribumi, tuan
rumah, padahal dia makan dan hidup di Indonesia. Mungkin dia tukang obat juga
karena ada foto obat-obatan di akunnya dan menggunakan kata herbal untuk
namanya.
|
Fahmi Herbal (Foto: Rakyat Priangan) |
Perhatikan kata-kata kotornya.
“Lo tuan rumah?
Kont*l. Muka mesum pengecut. Tanpa kami kalian masih hidup nomaden. Menyembah
pohon dan batu.”
Perhatikan coba,
bagaimana kurang ajarnya dia.
“Ganteng kan Gw. Nggak pesek kayak lo.
Sesak nafas. Makanya belajar cari bapak yg bener. Masa china vangke berak di
kebon jd bapak lo.”
Dia
tidak berhenti menghina.
“Tamu? Lo aja tinggal dalam hutan.
Gelantungan. Kami yg ajarkan kalian berpakaian. Bercelana. Beragama. Dulu
kalian tu Babi.”
Manusia
yang kayak begini mau diikutin hanya karena dia keturunan Arab?
“Hai anjing! Ngga ada kami kau masih
tinggal dalam goa. Ngerti njing.”
Dia
pun mulai nyasar-nyasar memojokkan NU.
“Gw denger uang kas NU ada 14 trilyun di
sebuah bank Pemerintah.”
Kata-katanya
ini tentu saja mendapatkan reaksi keras
dari masyarakat. Dia dihujat habis, dibuli, dimaki-maki, dan diusir dari
Indonesia. Oleh sebab itu, dia segera meminta maaf sambil terus menutup
akunnya.
Seperti
saya bilang, saya malas menulis tentang manusia-manusia semacam Si Fahmi ini.
Dia sudah meminta maaf dan menutup akun, tetapi teman-teman sejenisnya masih
banyak yang membelanya dan petantang petenteng terus-terusan bikin muak. Saya
harus menulis untuk menyadarkan orang agar tidak tertipu sekaligus menghajar
dia dan teman-temannya. Selain itu pun, saya harus menemani para habib yang
baik dan merasa kesal terhadap perilaku keturunan Arab semacam itu.
Manusia-manusia
brengsek seperti itu memang tidak punya otak. Mereka tidak berpikir apalagi
merasa kasihan kepada para habib lain yang baik-baik dan keturunan Arab lain yang juga hidup normal seperti yang
lainnya. Jumlah para habib di Indonesia ini sekitar 1,5 juta orang. Mayoritas
mereka baik-baik saja. Mereka yang ahli agama mengajarkan agama; yang bukan
ahli agama menekuni profesi mereka masing-masing. Gara-gara mereka, para habib
dan keturunan Arab lain yang baik-baik itu jadi kena getahnya. Mereka
mendapatkan juga hujatan, bulian, kata-kata pengusiran dari masyarakat, padahal
tidak melakukan apa-apa.
Kelakuan
tolol seperti Si Fahmi ini mendapatkan reaksi keras dari Habib Kribo Zen
Assegaf. Dengan gayanya seperti orang slebor, Habib Zen Assegaf marah-marah.
Lihat saja videonya sendiri langsung. Perhatikan kemarahannya.
“Arab-arab seperti ini akan ada sampai
nanti 2024. Makan hidup di Indonesia, tetapi berbicara kurang ajar. Biadab.
Tidak ada dalam ajaran Islam yang menghinakan manusia. Saya lihat dia itu Dajjal.
Menghina cina berarti menghina Tuhan.
Arab sebelum Muhammad saw itu
primitif, bodoh, tidak berkebudayaan. Ada Nabi Muhammad pun susah diajak bener.
Indonesia sudah beradab ketika Arab jahiliyah, sudah punya Borobodur, Prambanan.
Fahmi itu Anjing dia kurang ajar.
Dia bukan habib. Bikin kisruh.
Arab itu sampai sekarang Islamnya
itu cuma merk. Karena ada Kabah saja, mereka Islam. Kalau tidak, mereka masih
tetap jahiliyah. Lama-lama saya malu jadi keturunan Arab.
Untung saja, orang Indonesia baik-baik.
Kalau di Afrika sudah di-‘smack down’. Anda bisa enak di Indonesia. Di Yaman
sampai hari ini masih banyak yang tinggal di gunung-gunung.
Tangkap ni orang.
Saya minta maaf kepada orang
Indonesia atas perilaku Arab yang satu ini.”
Habib Zen Assegaf yang jelas keturunan Arab saja harus
meminta maaf atas perilaku Si Fahmi meskipun sambil marah-marah.
Ya sudah, kita maafkan Fahmi Alkatiri, tunjukkan bahwa
orang Indonesia itu beradab dan pemaaf. Fahmi pun tampaknya tidak terdengar lagi,
mudah-mudahan sadar dengan baik. Akan tetapi, Arab-arab kurang ajar yang lain
harus segera berhenti. Saya ingatkan bahwa semakin hari semakin banyak orang
yang ingin mengusir mereka untuk kembali ke tanah leluhurnya di Arab atau di
Yaman. Kalau merasa sebagai orang Indonesia, berbuatlah baik kepada masyarakat
sekitar, hidup normal seperti yang lain. Kalau merasa lebih tinggi dan
menganggap rendah bangsa Indonesia, saya sarankan segera pergi dari Indonesia
dan pulang ke tanah leluhur yang selalu kalian banggakan itu.
Sungguh, Indonesia sama sekali tidak membutuhkan kalian.
Indonesia baik-baik saja tanpa kalian. Malahan, kalian bikin runyam Indonesia.
Sebaiknya kalian pulang, tanah leluhur kalian sedang membutuhkan kalian. Yaman
sedang kelaparan dan ketakutan karena dihajar, ditembaki, dan dibombardir Arab
Saudi. Yaman dan Arab Saudi sedang saling bunuh. Pulanglah ke sana. Tolonglah
rakyat di tanah leluhur kalian. Mereka lebih membutuhkan kalian dibandingkan
kami, rakyat Indonesia. Dakwahi dan ceramahi mereka dengan pidato kalian yang
“paling benar, paling pasti masuk surga” itu.
Kami bosan dan muak pengen muntah dengan ceramah kalian. Kami punya cara
sendiri untuk masuk surga. Di dunia saja kami sudah tinggal di surga Indonesia.
Insyaallah, kami pun akan masuk surga
di akhirat kelak. Kami punya cara sendiri dan bukan cara seperti kalian.
Yaman dan Arab Saudi lebih membutuhkan kalian. Pergilah.
Kalau mau hidup di sini, di Indonesia, ikuti dan hormati
cara hidup kami.
Sampurasun.