oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Beneran parah netizen
pendukung Ahok. Luar biasa gila mereka. Semua orang yang mereka anggap telah
menjerumuskan Ahok ke dalam penjara, dikuliti, dibongkar rahasianya, dibeberkan
masa lalunya. Kemudian, disebarluaskan sebagai korban kutukan atau karma Ahok.
Mereka pun bertepuk tangan. Beneran kacau nih orang-orang. Mereka mempermalukan
para musuh Ahok.
Edy Mulyadi telah membuat marah orang-orang Kalimantan karena
menyebut Kalimantan yang dijadikan tempat pindah Ibu Kota Negara (IKN) Indonesia
sebagai tempat “jin buang anak”. Akibat
kata-katanya itu, Edy kini harus berurusan dengan hukum dan masuk penjara.
Netizen Ahokers menelisik pribadi Edy. Ternyata, Edy dulunya adalah Sekjen
Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI. Edy punya peran besar dalam
menggerakan aksi massa 212 di Monas, Jakarta, dulu. Artinya, dia sangat
bertanggung jawab atas dihukumnya Ahok. Di samping itu, profil siapa sebenarnya
Edy pun diulas, termasuk sebagai Caleg gagal dari PKS.
Hal itu dalam pandangan para Ahokers, telah terbukti satu
lagi kutukan dan karma Ahok. Mereka pun mewanti-wanti bagi siapa pun yang telah
berperan serta menghancurkan karir Ahok dulu untuk bertobat dan meminta ampun
kepada Ahok agar tidak terkena kutukan Ahok.
Orang boleh percaya atau tidak percaya atas kutukan itu,
tetapi para pendukung Ahok terus berupaya meyakinkan masyarakat bahwa karma
Ahok itu ada dan memang terjadi. Saya pun menulis tentang hal ini untuk ketiga
kalinya yang disertai nama-nama orang yang telah terkapar karena terkait dengan
perilakunya dulu menjatuhkan Ahok.
Sebagaimana yang sudah-sudah, hal yang saya yakini adalah
“segala kejadian yang menimpa kita hari ini adalah akibat perilaku kita masa
lalu dan perilaku kita hari ini menentukan keadaan kita pada masa depan”. Soal pengertian
karma, terserahlah, mau ngambil pandangan dari aliran kepercayaan, Hindu, Budha,
atau yang lainnya. Saya sebagai orang Islam sangat percaya bahwa segala
perilaku kita itu menimbulkan akibat yang negatif dan positif terhadap diri
kita sendiri bergantung dari positif atau negatifnya perilaku kita. Begitu pula
tentang konsep keberadaan surga dan neraka sebagai akibat dari positif atau
negatifnya tingkah laku kita, baik lahir maupun batin.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment