Thursday 3 February 2022

Cekcok Munarman Mirip Cekcok Syetan

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Semua ustadz, kiyai, ulama, atau penceramah Islam pasti tahu bahwa ada peristiwa cekcok antara syetan dengan manusia di akhirat kelak. Manusia-manusia calon penghuni neraka menggugat dan menyalahkan syetan yang telah menggoda mereka sehingga harus masuk neraka. Akan tetapi, syetan balik menyalahkan manusia karena syetan tidak pernah memaksa, hanya menggoda. Artinya, salah manusia sendiri mengikuti godaan syetan. Pertengkaran ini terus berlanjut saling salahkan karena hukuman mengerikan sudah diambang mata.

            Kisah ini bukan rekaan, melainkan nyata karena Allah swt memberitakannya di dalam Al Quran. Ini bukan karangan atau khayalan penceramah dan bukan pula karya Nabi Muhammad saw. Ini adalah peringatan nyata dari Allah swt tentang peristiwa nanti.

            Kisah mirip itu terjadi di dunia ini. Di pengadilan sidang terorisme yang mendakwa Munarman mantan Sekjen Front Pembela Islam (FPI) terjadi cekcok luar biasa antara saksi dengan Munarman. Saksi Z menyalahkan Munarman karena dua kakak kandungnya telah mati gara-gara ceramah Munarman. Dua kakaknya mati karena berbaiat pada Isis dan melakukan bom bunuh diri di Filpina. Si Z sendiri adalah tersangka kasus terorisme yang lainnya. Dalam kasus terorisme Munarman, dia menjadi saksi. Munarman membantah telah menyuruh keluarga Z untuk berbaiat pada Isis, tetapi Z ngotot bahwa ceramah Munarman di Makasar telah membuat dirinya dan kedua kakaknya untuk mengikuti Isis, lalu melakukan bom bunuh diri. Kalau saja mereka bertengkar di luar pengadilan, pasti sudah saling lempar kursi, meja, gelas, teko, air, baku hantam, malah bisa saling bunuh. Karena ributnya di pengadilan, jaksa, hakim, dan pengamanan mencegah mereka untuk saling adu jotos.

            Begitulah, baik Munarman ataupun Z adalah sama-sama didakwa atas keterlibatan mereka dalam kasus teror. Sama-sama mendukung Isis. Akan tetapi, mereka kini menghadapi hukuman yang sama-sama mengerikannya. Awalnya, mereka sama-sama seperti saudara memperjuangkan tegaknya keyakinan versi mereka dengan bertakbir, tetapi ketika digusur di hadapan hukum, saling salahkan, tidak mau untuk dihukum karena kekerasan dan kekejian yang mereka lakukan.

            Mereka tersadar bahwa kelakuan mereka adalah kesalahan. Akan tetapi, semuanya sudah terjadi dan harus bertanggung jawab atas kontribusi mereka dalam tindakan teror dengan caranya masing-masing dan kapasitasnya masing-masing. Begitulah, saling salahkan mirip syetan dengan manusia di akhirat kelak karena harus menghadapi hukuman neraka.

            Bagi para pembaca tulisan saya yang sudah terlibat dan belum tersesat terlalu jauh dalam gerakan radikal teror, segera kembali pada kebenaran Islam yang hakiki, yaitu menebarkan cinta, kasih sayang, dan menciptakan kehidupan yang harmonis sehingga tidak akan saling menyalahkan. Bahkan, saling mendukung dan saling menyelamatkan, baik di dunia ini maupun hingga akhirat kelak, saling memberitakan kebaikan saudaranya di hadapan pengadilan illahi nanti agar saudaranya sesama muslim dapat selamat bersama-sama dari siksa api neraka dan bersama-sama pula memasuki surga Allah swt.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment