oleh Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Semua ustadz, kiyai, ulama,
atau penceramah Islam pasti tahu bahwa ada peristiwa cekcok antara syetan
dengan manusia di akhirat kelak. Manusia-manusia calon penghuni neraka menggugat
dan menyalahkan syetan yang telah menggoda mereka sehingga harus masuk neraka.
Akan tetapi, syetan balik menyalahkan manusia karena syetan tidak pernah
memaksa, hanya menggoda. Artinya, salah manusia sendiri mengikuti godaan
syetan. Pertengkaran ini terus berlanjut saling salahkan karena hukuman
mengerikan sudah diambang mata.
Kisah ini bukan rekaan, melainkan nyata karena Allah swt
memberitakannya di dalam Al Quran. Ini bukan karangan atau khayalan penceramah
dan bukan pula karya Nabi Muhammad saw. Ini adalah peringatan nyata dari Allah
swt tentang peristiwa nanti.
Kisah mirip itu terjadi di dunia ini. Di pengadilan sidang
terorisme yang mendakwa Munarman mantan Sekjen Front Pembela Islam (FPI)
terjadi cekcok luar biasa antara saksi dengan Munarman. Saksi Z menyalahkan
Munarman karena dua kakak kandungnya telah mati gara-gara ceramah Munarman. Dua
kakaknya mati karena berbaiat pada Isis dan melakukan bom bunuh diri di
Filpina. Si Z sendiri adalah tersangka kasus terorisme yang lainnya. Dalam
kasus terorisme Munarman, dia menjadi saksi. Munarman membantah telah menyuruh
keluarga Z untuk berbaiat pada Isis, tetapi Z ngotot bahwa ceramah Munarman di
Makasar telah membuat dirinya dan kedua kakaknya untuk mengikuti Isis, lalu melakukan
bom bunuh diri. Kalau saja mereka bertengkar di luar pengadilan, pasti sudah
saling lempar kursi, meja, gelas, teko, air, baku hantam, malah bisa saling bunuh.
Karena ributnya di pengadilan, jaksa, hakim, dan pengamanan mencegah mereka
untuk saling adu jotos.
Begitulah, baik Munarman ataupun Z adalah sama-sama
didakwa atas keterlibatan mereka dalam kasus teror. Sama-sama mendukung Isis.
Akan tetapi, mereka kini menghadapi hukuman yang sama-sama mengerikannya.
Awalnya, mereka sama-sama seperti saudara memperjuangkan tegaknya keyakinan
versi mereka dengan bertakbir, tetapi ketika digusur di hadapan hukum, saling
salahkan, tidak mau untuk dihukum karena kekerasan dan kekejian yang mereka
lakukan.
Mereka tersadar bahwa kelakuan mereka adalah kesalahan. Akan
tetapi, semuanya sudah terjadi dan harus bertanggung jawab atas kontribusi mereka
dalam tindakan teror dengan caranya masing-masing dan kapasitasnya
masing-masing. Begitulah, saling salahkan mirip syetan dengan manusia di
akhirat kelak karena harus menghadapi hukuman neraka.
Bagi para pembaca tulisan saya yang sudah terlibat dan
belum tersesat terlalu jauh dalam gerakan radikal teror, segera kembali pada
kebenaran Islam yang hakiki, yaitu menebarkan cinta, kasih sayang, dan
menciptakan kehidupan yang harmonis sehingga tidak akan saling menyalahkan.
Bahkan, saling mendukung dan saling menyelamatkan, baik di dunia ini maupun
hingga akhirat kelak, saling memberitakan kebaikan saudaranya di hadapan
pengadilan illahi nanti agar saudaranya sesama muslim dapat selamat
bersama-sama dari siksa api neraka dan bersama-sama pula memasuki surga Allah
swt.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment