oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
“Wah, Akang makin shaleh,
rajin shalat, baca Al Quran.”
“Ah, enggak, saya baru shalat hajat, terus baca Al Waqiah.”
“Eh,
Kang, saya mau tanya. Akang sebagai dosen, bagaimana pendapatnya soal adzan
pakai pengeras suara yang sedang ramai itu?”
“Adzan
bagus pakai pengeras suara, asal jangan terlalu keras, bisa mengganggu orang
lain.”
“Kenapa
menganggu? Hati-hati bicara, Akang bisa kafir, murtad.”
“Oh,
ya?”
“Iya
dong. Orang yang merasa terganggu oleh adzan itu berarti sama dengan syetan.”
“Saya
bilang kan bukan terganggu adzan, tetapi terganggu oleh suara keras dari
pengeras suara.”
“Eh
Kang, suara adzan itu harus sangat keras, ini syiar Islam. Kalau tidak suka,
berarti saudaranya syetan, kafir itu.”
“Bagaimana
dengan orang yang sudah lanjut usia, sangat tua, sakit-sakitan, perlu banyak
istirahat? Bagaimana juga orang yang bekerja sebagai sekuriti atau yang bekerja
shift dan perlu istirahat untuk kembali siap bekerja lagi? Apakah mereka juga
syetan kalau ingin istirahat dan tidak terganggu suara bising?”
“Ini
syiar Islam, Kang.”
“Ya
sudah. Jangan ngobrolin lagi loud speaker.
Kita berdoa saja. Mau nggak saya doain supaya cepat kaya? Kebetulan saya baru
shalat hajat dan membaca Surat Al Waqiah, belum batal wudlu lagi.”
“Hayu,
Kang.”
“Sini,
kita duduk bersila berhadap-hadapan. Yuk, kita tundukan kepala.”
“Mari,
Kang.”
“Sini
lebih dekat, kepala kamu dekatkan dengan kepala saya supaya lebih enak. Baca
ayat Kursi dulu ya.”
“Iya,
Kang.”
“Bismillaaaaaahirr
…!”
“Stop,
stop Kang. Kenapa teriak-teriak?”
“Kenapa
memangnya?”
“Jangan
kencang-kencang, Kang. Bising.”
“Ini
syiar. Kenapa kamu tidak mau mendengarkan saya baca ayat Kursi? Kamu kepanasan?
Hati-hati, bisa-bisa di tubuh kamu ada syetannya.”
“Bukan
begitu. Kalau mengingat Allah swt itu jangan teriak-teriak, tidak sopan,
mengganggu orang lain.”
“Ini
kan syiar, biar orang lain mendengar.”
“Dilarang,
Kang.”
“Dilarang
sama siapa?”
“Dilarang
sama Allah swt.”
“Coba
di surat mana, ayat berapa larangan itu?”
“Ini
nih, Surat Al Araf ayat 205.”
“Coba
bacakan terjemahannya saja.”
“Ingatlah Tuhanmu
dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut serta dengan tidak ‘mengeraskan
suara’ pada waktu pagi dan petang. Janganlah kamu termasuk orang-orang yang
lengah.”
“Jadi, tidak boleh ya mengeraskan suara itu pada waktu
pagi dan petang itu?”
“Iya, Kang tidak boleh. Ayatnya jelas dari Allah swt
dalam Al Quran.”
“Oh begitu, ya? Memang tidak boleh mengeraskan suara itu,
apalagi pakai toa.”
“….”
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment