Tuesday, 1 February 2022

Kalau Tidak Dicabuli, Jadi Teroris

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Berita akhir-akhir ini banyak yang menyedihkan, mengerikan, menjengkelkan, sekaligus membuat marah.

            Bagaimana tidak memusingkan?

Lembaga-lembaga keagamaan yang seharusnya melahirkan pribadi-pribadi yang berakhlak mulia, ternyata disusupi para pemangsa seks. Beneran rusak nih orang-orang.

            Belum lepas kita dari kekagetan pemaksaan seks itu, muncul lagi berita dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bahwa terdapat 198 pesantren yang terafiliasi atau bekerja sama dengan kelompok-kelompok radikal terorisme.

            Bagaimana kumaha ini teh?

            Masyarakat jadi ketakutan untuk menitipkan anak-anaknya di pesantren. Masyarakat berharap bahwa lembaga pesantren dapat menjadikan anak-anaknya menjadi pribadi-pribadi yang unggul tercerahkan dan mampu bermanfaat bagi agamanya, dirinya, keluarganya, masyarakat, dan bangsanya dengan berbagai hal yang positif. Akan tetapi, dengan berseliwerannya berita-berita seperti itu, masyarakat bisa kehilangan kepercayaan terhadap pesantren.

            Kalau pesantren sudah tidak dipercaya, bagaimana nasib akhlak generasi muda ke depan?

            Meskipun demikian, ada berita baik bahwa yang terdeteksi itu hanya 198 pesantren. Artinya, pesantren yang baik-baik saja dan tetap baik jauh lebih banyak. Pesantren yang dimiliki Nahdlatul Ulama (NU) saja berjumlah sekitar 23 ribu pesantren, belum lagi yang dimiliki Muhammadiyah, Persis, dan Ormas-Ormas lainnya. Masyarakat tidak perlu terlalu ketakutan, hanya memang harus waspada dan pandai berhati-hati memilih pesantren. Kalau salah memilih, anak-anaknya bisa jadi korban pencabulan atau pelaku terorisme.

            Sebetulnya, bukan cuma pesantren yang terdeteksi, melainkan pula perguruan-perguruan tinggi dan rumah-rumah tahfidz tersusupi pula oleh perilaku seksual bejad dan pemikiran-pemikiran radikal. Kasad TNI Jenderal Dudung pun dengan tegas menyatakan bahwa mahasiswa sudah disusupi dan menjadi target gerakan radikalisme. Oleh sebab itu, seluruh prajurit TNI AD diperintahkannya untuk mencermati simpul-simpul lokasi gerakan radikal itu. Dengan demikian, jika situasi mengarah pada kerusakan, TNI AD dapat langsung memberangusnya. Kata-katanya sangat tegas bahwa prajurit TNI tidak boleh menjadi penakut  dan pengecut seperti ayam sayur, tetapi harus menjadi pemberani dan pemenang untuk menyelamatkan NKRI.

            Intelijen, TNI, BNPT, kepolisian, Densus 88 bergerak dalam bidang penegakkan hukum untuk memberantas berbagai perilaku menyimpang. Akan tetapi, tidak cukup kekuatan mereka untuk melakukannya. Pesantren-pesantren dan lembaga-lembaga lainnya yang baik-baik dan shaleh-shaleh harus pula ikut terlibat dan bersuara dalam membersihkan dirinya dari racun-racun yang mengatasnamakan pesantren, tetapi menyimpang tersebut. Memang jumlah para penjahat itu sangat kecil, tetapi ibarat pepatah “hanya karena nila setitik, rusak susu sebelanga”. Jumlah yang kecil itu, 198, membuat rusak nama baik pesantren yang jumlahnya puluhan ribu. Susu yang putih bersih dan suci pun menjadi ungu pucat karena nila setitik itu.

            Beranilah bersuara dan bertindak untuk membersihkan diri karena itu senilai dengan jihad besar. Jihad kecil itu mudah, hanya membunuh, terbunuh, merusak, dirusak, mengebom, dibom, hidup, mati, menyakiti, disakiti, menang, atau kalah. Jihad besar itu sulit karena harus memperbaiki diri dari dalam.  Jika kita ibaratkan umat Islam ini bagaikan satu tubuh, tentunya jika bagian anggota tubuh kita ada yang salah, kita harus memperbaikinya agar seluruh tubuh dapat lagi bergerak secara terkoordinasi sesuai dengan fungsinya masing-masing.

            Adalah sangat tepat jika penyimpangan yang dilakukan dalam pesantren, diperbaiki oleh pesantren juga. Hal itu sebagaimana para habib yang menyimpang diperbaiki pula oleh para habib yang lurus.

            Jangan takut melangkah di jalan yang benar untuk berperan serta mewujudkan rahmat bagi semesta alam sehingga hidup menjadi lebih baik dan dunia terasa lebih indah. Allah swt bersama para penebar cinta.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment