Saturday, 31 December 2022

VOB: Gadis-Gadis Pemberontak Garut Guncangkan Dunia

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

“Voice of Baceprot”, Garut pride. Saya mulai memperhatikan mereka kurang lebih sejak setahun lalu. Tanpa sengaja saya mengklik tayangan Youtube seorang reaktor musik asal Inggris yang mereaksi VOB bermain musik rock metal dengan judul lagu “School Revolution”. Awalnya, saya hanya menyangka anak-anak VOB itu seperti saya juga ketika seumuran mereka, bermain musik, senang-senang, sekedar hobi atau pengen eksis. Akan tetapi, di tengah-tengah lagu, permainan mereka luar biasa. Mereka masih sangat culun, unyu-unyu, tampak berusia sekitar SMP, padahal antara kelas 1 atau 2 SMA. Makin didengarkan, makin mengasyikan. Mereka memang pemain musik profesional.

            Bahkan, reaktor Inggris itu sampai bilang, “Orang Indonesia, kalian beri makan apa anak-anak ini?”

            Itu karena memang VOB bermain sangat bagus, cepat, menghentak, dan penuh energi. Bahkan, lebih monstrous dibandingkan pemain-pemain band metal cadas aslinya dari Barat. Maksudnya, permainannya melebihi para monster musik keras.


Foto: Akurat.co


            Saya jadi penasaran siapa sih anak-anak itu. Jujur, saya justru mengetahui mereka dari ulasan-ulasan para pengamat musik Eropa dan Amerika. Mereka ternyata sangat mengenal anak-anak itu dibandingkan orang Indonesia sendiri. Orang-orang Barat menelusuri kehidupan personal VOB sejak kecil hingga kini sukses mengguncangkan Eropa dan dunia.

            Band musik keras ini bermula dari para siswa bermasalah di sebuah madrasah tsanawiyah di Singajaya, Garut, Jawa Barat, Indonesia yang sering bikin keributan, melawan guru, protes karena diperlakukan tidak adil, serta kerap mendapatkan bulian, baik dari guru maupun dari teman-teman sekolahnya. Karena sering bikin masalah dan dianggap tidak akan memiliki masa depan cerah, mereka keluar masuk dibina oleh guru bimbingan konseling (BK).


Guru BK Abah Ezra bersama VOB (Foto: IRC 13)


            Beruntung, guru BK mereka yang dikenal dengan nama Abah Ezra memahami mereka dan berupaya keras menyalurkan mereka ke bidang-bidang kegiatan yang sesuai dengan mereka. Awalnya, mereka diikutkan dalam kegiatan teater, tetapi seluruhnya gagal. Akhirnya, Abah Ezra menyalurkannya ke bidang musik. Awalnya, mereka berjumlah tujuh orang, tetapi menyusut menjadi tiga orang. Mereka adalah Firdda Marsya Kurnia sebagai pemain gitaris melodi dan vokalis, Widi Rahmawati sebagai pemain bass, dan Euis Siti Aisyah sebagai drummer.

            Foto VOB ketika mereka bertiga bersama guru BK Abah Ezra saya dapatkan dari IRC 13. Adapun foto yang lainnya saya dapatkan dari Akurat co, CNN Indonesia, Liputan6 com, Pinterest, dan Suara com.

            Lagu pertama yang saya dengar adalah School Revolution. Lagu ini berupa pemberontakan mereka terhadap sistem pendidikan di sekolah yang tidak adil, menutup pendapat siswa, dan mengunci kreativitas siswa. Mereka menginginkan sekolah itu harus mengakomodasi berbagai kreativitas siswa sesuai gairah para siswa. Mereka pun sudah terlalu pusing dengan ceramah-ceramah soal moral, tetapi praktiknya tidak sesuai dengan yang diceramahkan.

            Setelah mulai main musik keras dari panggung ke panggung, mereka mendapatkan banyak bulian, cacian, nyinyiran, bahkan makian haram dari kelompok-kelompok masyarakat yang suka mengharam-haramkan musik. Untuk melawan nyinyiran dan tudingan itu, mereka pun membuat lagu berjudul “God Allow Me (Please) to Play Music”. Mereka tidak percaya lagi pada para penceramah yang suka menuding dan mengasari mereka dengan ceramahnya. Lagu mereka menunjukkan ketidakpercayaan mereka itu. Oleh sebab itu, mereka meminta izin langsung kepada Allah swt melalui lagu itu, “Tuhan, Tolong Izinkan Aku Bermain Musik”.

            Dalam lagu ini mereka menjelaskan, “Kami bukanlah kriminal, kami bukanlah penjahat, kami bukanlah koruptor, kami bukanlah musuh, kami hanya ingin bermain musik untuk menyuarakan apa yang ada dalam jiwa kami. Tuhan, izinkanlah kami bermain musik.”

            Banyak penikmat musik dari seluruh dunia menangis mendengar lagu ini, baik laki-laki maupun perempuan. Mereka membayangkan betapa beratnya VOB yang masih kecil-kecil itu menghadapi serangan dari para pembencinya.  Bahkan, hingga ke serangan fisik lho. Oleh sebab itu, ketika VOB diundang untuk tur ke seluruh Eropa, para pendukungnya dari seluruh dunia bergembira.

            Banyak dari mereka yang berteriak, “Tuhan telah mengizinkan kalian bermain musik!”


Foto: CNN Indonesia


            Memang mereka telah berhasil tampil di panggung terbesar No. 1 untuk para pemusik metal seluruh dunia di Wacken, Jerman. Hal yang mengagetkan adalah ketika menyanyikan lagu “What’s The Holy (Nobel) Today”, mereka mampu menggerakkan penonton dari seluruh dunia untuk berteriak “stop war, we hate war!”, ‘hentikan perang, kami benci perang!” Luar biasa mereka.


Foto: Pinterest


            Meskipun mereka adalah pemain musik keras, metal, cadas, mereka tetap mengaji, shalat, tahajud, puasa. Bahkan, mereka berdakwah di hadapan para penonton Kota Rennes, Perancis. Karena mereka muslimat Indonesa berhijab, sering mendapatkan pertanyaan soal agamanya dan hijabnya. Mereka tampaknya kesal, sedikit marah, tetapi berusaha menjelaskan.


Foto: Suara.com


            Di atas panggung Perancis yang disiarkan ke seluruh dunia sebelum menyanyikan lagu PMS (Perempuan Merdeka Seutuhnya) yang mereka ciptakan sendiri, Marsya dengan suara lantang mengajari penduduk Eropa, “I tell you now, I tell you now! Hijab is a sign of peace, love, and beauty.”

            Hijab adalah ciri atau tanda perdamaian, cinta, dan keindahan. Begitu yang dikatakan Marsya. Penjelasannya itu mendapatkan tepuk tangan dari seluruh penonton Renne, Perancis.

            Lagu yang paling menghebohkan di panggung Perancis itu adalah berjudul “Killing in The Name” yang di-cover dari band “Rage Against The Machine” (RATM) yang dibawakan oleh Tom Moralle. Penyanyi aslinya sendiri Tom Moralle bahkan menjadi penggemar VOB. Dalam lagu itu tampak sekali kemarahan dan keberanian VOB, mereka bertiga, untuk menolak sesuatu yang tidak masuk akal bagi mereka. Ada bait-bait lirik yang dinyanyikan bersama penonton.

            Kalau saya tidak salah dengar Marsya berulang-ulang mengucapkan “I won’t do what you tell me”, ‘aku tidak akan melakukan apa yang kamu perintahkan kepadaku”,  maaf kalau saya salah dengar, baca saja lirik aslinya,.

            Teriakan mereka yang paling keras bergemuruh di atas panggung adalah ketika meneriakkan, “M*ther F%ckeeer …!”

            Teriakan itu adalah teriakan sangat kasar, bahkan bagi orang Barat sendiri. Orang bule pun berusaha untuk tidak mengucapkan kalimat itu karena dianggap kalimat kurang ajar. Oleh sebab itu, publik Eropa menjuluki VOB adalah band metal berhijab asal Indonesia yang “fearless”, ‘tak punya rasa takut’. Akan tetapi, Marsya VOB, meneriakkannya dengan sangat lantang yang disambut gemuruh para penonton bule.

            Kurang lebih dalam bahasa Indonesia seperti ini artinya, “Persetan! Kalian Bajingaaan …!”


Foto: Liputan6.com


            Banyak sebetulnya yang bisa dan ingin saya tulis tentang ketiga gadis Garut ini. Sungguh, mereka adalah anak-anak yang bersemangat dan berani menyuarakan keinginannya dengan tetap tidak melepaskan kewajibannya dalam beragama, bahkan berdakwah dalam lagu-lagu yang diciptakannya. Cuma, ya itu tadi, bahasanya “on point”, dalam bahasa Sunda “togmol, teu didingding kelir”, ‘tajam langsung ke intinya’. Lain kali, saya ulas lagu-lagu yang diciptakan mereka. Para Baladceprot dapat menginformasikan berbagai hal tentang VOB kepada saya sehingga saya mendapatkan banyak pengetahuan tentang VOB dan bisa menulis lebih banyak tentang mereka.

            Baladceprot itu komunitas penggemar VOB yang anggotanya sekarang sudah berada di seluruh dunia, bukan hanya orang Indonesia, melainkan pula orang-orang bule dan orang asing lainnya.

            Hayu ah.

            #VOBVoiceofBaceprot

            #StopWarWeHateWar

            #Baladceprot

            Sampurasun

Friday, 30 December 2022

Hidup Jagung!

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Sepertinya, sudah menjadi agenda tahunan kalau Desember ini jadi ajang perdebatan soal ucapan selamat natal, pohon natal, sinterklas, perayaan tahun baru, terompet, dan lain sebagainya terkait hal itu. Banyak orang yang menyayangkan adanya keributan tentang hal-hal itu. Menurut mereka, sebetulnya hal-hal itu tidak perlu lagi diperdebatkan. Akan tetapi, bagi saya perdebatan atau keributan itu diperlukan untuk menyeimbangkan situasi agar tidak terlalu berlebihan.

            Sepanjang hanya keributan berupa perdebatan menggunakan pendapat atau kata-kata, bagus saja. Hal itu disebabkan semua pendapat itu mengimbangi pendapat yang lainnya. Mereka yang berpendapat bahwa ucapan selamat natal, pohon natal, sinterklas, perayaan tahun baru, terompet itu adalah haram, dapat mencegah orang-orang yang terlalu jauh berperilaku membolehkan segalanya. Pendapat ini pun mengingatkan bahwa kita adalah muslim yang tetap harus berpegang pada keislaman. Demikian pula orang yang menghalalkan ucapan selamat natal, pohon natal, sinterklas, perayaan tahun baru, terompet, dapat mencegah orang-orang agar tidak terlalu jauh terjebak dalam fanatisme dan kebencian kepada nonmuslim. Kita harus ingat bahwa pelaku bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar Bandung adalah pembenci Kristen. Dengan demikian, kita pun diingatkan untuk selalu toleran dan tetap hidup dalam kebersamaan meskipun kita berbeda dan majemuk.

            So, semuanya baik-baik saja sepanjang hanya perang kata-kata, perang dalil, atau perang pendapat. Akan tetapi, hal ini akan menjadi sangat berbahaya jika perbedaan pendapat ini menjadi permusuhan, lebih jauhnya menghalalkan darah orang lain hanya karena berbeda pandangan. Kalau sampai pada titik ini, berarti kita masih belum dewasa, kita hanya anak-anak yang hanya ingin menang sendiri, dan sangat suka melihat orang lain terjatuh. Kalau sudah meningkat bahaya, kita punya Densus 88 dan BNPT yang dapat menjadi alat terakhir untuk mencegah kekerasan radikalisme.

            Saya punya beberapa teman dan sahabat yang sering sekali berdebat dengan saya soal banyak hal. Malahan, perdebatan itu sangat keras hingga saling ejek. Akan tetapi, itu terjadi hanya saat berdebat. Selepas itu, kalau saya punya rezeki, suka memberikan keluarganya hadiah atau makanan. Demikian pula, mereka sering memberi saya makanan atau informasi penting yang sangat baik untuk saya. Biasa saja karena memang saya membiasakan hal itu. Malah, saya beruntung memiliki mereka karena mereka pun bisa mengkritik keras saya ketika saya salah. Saya jadi paham kesalahan saya. Tidak perlu bermusuhan.

            Apa hubungannya dengan jagung?

            Tidak ada.




            Soal jagung itu hanya karena ketika saya pulang, di pinggir jalan banyak pedagang jagung. Hal itu disebabkan memang biasanya pada malam tahun baru orang banyak bakar-bakar jagung. Tidak setiap hari banyak pedagang jagung. Saya pun jadi pengen jagung bakar, lalu membelinya.

            Jangan bilang haram kalau beli jagung menjelang malam tahun baru. Tidak ada dalilnya.

            Dengan saya membeli jagung, pedagang jagung mendapatkan rezeki untuk keluarganya. Jangan banyak menawar, beli saja sepanjang kita punya uang mah. Itu kebaikan. Saya juga mendapatkan keuntungan, yaitu bisa makan jagung bakar, membuat anak-anak dan istri saya tersenyum bahagia. Itu kebaikan. Malahan, karena sekarang masih musim liburan sekolah, di rumah ada kerabat dan mertua liburan di rumah saya. Jagungnya dibakar bareng-bareng pas malam Minggu, bertepatan dengan malam tahun baru, semuanya senang. Itu kebaikan.

            Hidup jagung!

            Soal perayaan tahun baru, biasa sajalah. Kalender itu banyak. Malam tahun baru itu banyak. Setiap kalender, punya tahun baru masing-masing dan bisa diperingati juga. Yang biasanya diperdebatkan itu kan kalender Masehi, padahal ada kalender yang lebih tepat berdasarkan peredaran bulan, yaitu kalender Hijriyah, Sunda, India, dan Cina. Itu lebih tepat dan tidak berubah. Adapun Masehi kerap ada perubahan karena kabarnya tercampur pula dengan perhitungan peredaran Matahari. Padahal, peredaran Matahari itu hanya tepat jika digunakan untuk perhitungan jam tangan, jam dinding, atau pokoknya jam apa saja.

            Hidup jagung!

            Sampurasun.

Tuesday, 27 December 2022

Orang Indonesia Jangan Bodoh Kayak Orang Timur Tengah

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Tidak semua orang Timur Tengah bodoh, tetapi kebanyakan mereka bodoh. Ada memang yang cerdas, ada yang shaleh, dan ada juga yang bijaksana, tetapi mayoritas mereka sangat bodoh. Orang-orang bodoh yang saya maksud adalah mereka yang membuat dan membiarkan negara tempatnya hidup hancur berantakan. Saya bilang mayoritas bodoh karena memang wilayah tempat mereka hidup hancur-hancuran, jauh dari kemanusiaan. Lihat saja Irak, Suriah, Afghanistan, Libya, dan yang lainnya. Mereka berantakan. Padahal, agamanya sama; bahasanya sama mirip, Arab; daratannya sama. Kalau mayoritas mereka cerdas, pasti orang-orang bodoh dapat mereka kendalikan dan sisihkan. Justru, orang-orang baik terpinggirkan dan orang-orang bodoh merajalela. Beberapa orang baik dan shaleh itu datang ke Indonesia.

            Dalam ceramahnya, mereka kerap menyerukan, “Jaga negeri kalian, Indonesia!”

            Mereka sangat paham dan merasakan penderitaan luar biasa akibat negara tempat tinggalnya menjadi lebur dalam sengketa dan runtuh gara-gara konflik. Oleh sebab itu, mereka tidak rela jika saudara seimannya di Indonesia mengalami hal yang serupa.

            Orang-orang bodoh itu menyangka sedang memperjuangkan kebenaran, memperjuangkan agamanya, tetapi sesungguhnya sedang merusakkan diri mereka sendiri. Mereka tidak sadar sebenarnya mereka telah diadu domba oleh berbagai kepentingan politik dan ekonomi yang sama sekali tidak memikirkan nasib manusia dan agamanya.

            Dari hampir semua penelitian yang dilakukan mahasiswa saya dan berbagai jurnal yang meneliti tentang Timur Tengah, selalu saja saya menemukan benang merah hal ihwal konflik itu. Benang merah itu adalah konflik akibat rebutan minyak bumi. Apa pun isunya, intinya tetap soal minyak bumi. Mau isunya menegakkan demokrasi, Ham, menegakkan khilafah, sunni lawan syiah, atau yang lainnya, intinya tetap saja rebutan ingin menguasai minyak bumi. Para politisi dan pengusaha serakah dari seluruh dunia memangsa wilayah Timur Tengah dengan cara mengadu domba orang-orang melalui berbagai isu seperti yang tadi saya sebutkan: demokrasi, Ham, menegakkan khilafah, sunni lawan syiah, atau yang lainnya. Hasilnya, karena terlalu banyak orang bodoh, mereka pun berkelahi karena ditipu politisi dan pengusaha serakah kapitalis yang sama sekali tidak memikirkan nasib rakyat dan agama.

            Kini zaman telah bergeser dan pada masa depan kebutuhan terhadap minyak bumi akan berkurang, tergantikan oleh baterai, listrik. Nanti akan banyak mobil, motor, dan mesin-mesin lain yang energinya berasal dari baterai bukan lagi minyak bumi. Bahan mentah penting baterai itu ada di Indonesia, yaitu nikel dan lithium. Sekarang lithium mulai ditemukan di Sidoarjo bekas lumpur Lapindo itu. Artinya, dalam beberapa tahun mendatang seluruh dunia membutuhkan nikel dan lithium untuk menjadi sumber energi. Mereka akan mati-matian untuk mendapatkan itu dari Indonesia. Hal itu sekarang saja sudah bisa dilihat bagaimana Uni Eropa menyerang Indonesia, 27 negara mengeroyok Indonesia melalui jalur politik dan diplomasi untuk menguasai nikel Indonesia.

            Apabila di Indonesia terlalu banyak orang bodoh, nasibnya akan sama, bahkan mungkin lebih mengerikan dibandingkan wilayah-wilayah di Timur Tengah yang rusak parah itu hingga kini. Rakyat Indonesia akan diadu domba para politisi dan pengusaha kapitalis serakah dengan menggunakan isu agama yang murahan itu. Saling mengafirkan, merasa paling benar sendiri, menganggap mereka sudah terdaftar sebagai penduduk surga di catatan Malaikat Ridwan sebagai panjaga surga, bahkan berani menghalalkan darah sesama muslim sendiri. Mereka tidak sadar bahwa sedang diadu domba agar lemah sehingga sumber alam berupa nikel, lithium, atau mineral lainnya dapat dikuasai oleh orang-orang licik.

            Dugaan atas tanda-tanda ke arah adu domba itu sudah tampak. Coba kita ingat kasus pengurangan volume adzan yang diimbaukan oleh Menteri Agama RI Gus Yaqut. Hal itu menimbulkan protes keras dengan kalimat-kalimat kasar, seperti, kafir, dzalim, murtad, dan thagut. Protes dengan makian kasar yang menyerang pribadi Gus Yaqut itu dilakukan oleh orang Islam sendiri. Padahal, kalau merasa sesama muslim dan sama-sama ingin berbuat kebaikan untuk kemuliaan Islam, dapat dilakukan dengan cara yang baik, sebagaimana yang diajarkan Allah swt, yaitu tabayun sembari silaturahmi. Minta penjelasan yang baik dan bertemu dengan baik pula. Kalau harus diskusi atau berdebat, lakukanlah hingga didapat kesepakatan dan kesamaan pemahaman yang baik hingga situasi tetap baik. Coba saat itu ketika Gus Yaqut dihina disamakan dengan anjing, GP Ansor bersama Banser yang mencapai tujuh juta itu marah, lalu melakukan pembalasan fisik, konflik berdarah pasti tak terhindarkan, kematian akan banyak mewarnai pemberitaan. Terjadilah adu domba itu dengan lebih nyata. Sementara itu, para politisi jahat dan pengusaha serakah tertawa-tawa karena umat Islam mulai sangat lemah yang pada gilirannya nikel, lithium, dan berbagai sumber daya alam lainnya akan sangat mudah dikeruk dari rakyat Indonesia. Hal ini akan menjadi mirip kejadian di Timur Tengah. Beruntung GP Ansor dan Banser dapat dikendalikan, kemarahan mereka dapat diredam. Kalau tidak, kita semua bisa rusak parah.


Protes Pengurangan Volume Adzan (Foto: Makasar Terkini - Terkini.id)


            Foto hinaan kepada Gus Yaqut saya dapatkan dari Makasar Terkini – Terkini id.

            Orang Indonesia jangan bodoh seperti orang-orang Timur Tengah. Kalau kita tidak cerdas melihat dan menganalisa situasi, kita akan mengalami nasib yang mengerikan, diadu domba, dan kita tidak mendapatkan apa-apa, kecuali kerugian dan kerusakan parah. Jika ada masalah, kita punya jalan keluar yang biasa disebut dengan cara “kekeluargaan”, itu kearifan lokal yang harus dijaga. Jangan seperti orang-orang sono, perpustakaan berubah menjadi gudang senjata untuk membunuh saudaranya sendiri.

            Bagaimana akan ada generasi muda cerdas jika perpustakaan sudah menjadi gudang senjata?

            Indonesia harus cerdas dan bijaksana hingga menjadi sinar kebaikan bagi dunia.

            Bukankah banyak yang bercita-cita bahwa umat Islam Indonesia akan menjadi pemimpin dunia?

            Lakukanlah dengan cara cerdas dan bijaksana. Cara-cara seperti orang Timur Tengah akan menghancurkan harapan dan cita-cita karena sudah terbukti menimbulkan kerusakan bagi manusia.

            Sampurasun

Saturday, 24 December 2022

Jangan Ribut Terlalu Keras Soal Fatwa MUI Terkait Topi Natal


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Setiap Desember menjelang natal, selalu dihiasi oleh perdebatan soal natalan. Yang meributkan tentu saja umat Islam. Mulai mengucapkan selamat natal hingga budaya natalan, kerap menjadi sumber perdebatan. Boleh-boleh saja sih berdebat atau berbeda pandangan, asal jangan terlalu keras hingga menjadi permusuhan. Beda pendapat itu malah bagus jika tetap dikelola dengan baik hingga menjadi rahmat, minimalnya kita mendengar pendapat orang lain yang berbeda dan kita mendapatkan pengetahuan tentang hal itu.

            Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) baru-baru ini yang menjadi sumber perdebatan adalah larangan untuk menggunakan atribut-atribut natal semacam topi atau pakaian Sinterklas. Sebagian setuju MUI, sebagian lagi tidak setuju. Bagi yang setuju MUI, menganggap bahwa penggunaan atribut itu adalah bagian dari keimanan kekristenan yang dapat mengganggu akidah umat Islam, sedangkan bagi yang tidak setuju, tidak menganggapnya sebagai bagian keimanan, melainkan merupakan budaya atau keriangan serta hiburan natalan dan bukan ritual natal. Bagi yang tidak setuju terhadap fatwa MUI, membolehkan atau membiarkan umat Islam menggunakannya karena hal itu merupakan hiburan, budaya, dan bisa menambah erat hubungan antarumat beragama, bahkan bisa menghasilkan uang, terutama bagi mereka yang bekerja di tempat hiburan, mall, atau sejenisnya.

            Sayangnya, perdebatan ini menjadi tidak sehat dengan timbulnya saling serang, saling mengafirkan, saling meradikalkan, saling menuding sebagai perusak agama, dan pengacau kemanusiaan. Akhirnya, perdebatan menjadi ke mana-mana, tidak karuan. Padahal, kalau melihat judulnya, itu kan fatwa. Fatwa itu artinya pendapat, nasihat, petuah, anjuran, atau imbauan. Fatwa itu bukan merupakan hukum yang punya sifat memaksa dan mampu menjatuhkan sanksi.

            Boleh saja MUI memberikan pendapat, nasihat, dan anjuran kepada umatnya dengan adanya pelarangan itu. Umat Islam boleh mengikuti fatwa MUI. Kelompok lain pun boleh berpendapat berbeda atau memberikan nasihat yang berbeda dengan membolehkan atau membiarkan umat Islam menggunakan atribut-atribut budaya natalan. Umat Islam boleh berbeda pendapat dengan MUI. Toh, mereka punya pendapat berbeda karena memiliki pengetahuan dan alasan masing-masing.

Setiap ulama boleh berbeda pendapat. Seharusnya, biasa saja berbeda pendapat itu, jangan menjadi pertengkaran hebat. Contohnya, ada ulama yang mengharamkan bank, tetapi ada pula ulama yang membolehkan bank. Itu kan pilihan. Saya memilih pendapat ulama yang membolehkan transaksi di bank. Jadi, saya punya rekening bank. Ada ulama yang mewajibkan jilbab, tetapi ada pula yang tidak mewajibkannya. Itu kan pendapat. Itu pilihan. Boleh saja.

Dari perbedaan pendapat soal natalan itu, hal yang diributkan adalah soal budaya natalan atau keriangan natalan yang berupa makan-makan, hiburan, ataupun penggunaan atribut natalan semacam pakaian atau topi Sinterklas. Adapun soal ritual natal sendiri, tak ada yang meributkannya. Semua sepakat bahwa mengikuti ritual natal adalah haram bagi umat Islam. Ritual itu kan upacara peribadatan yang ada cara-cara atau syaratnya dan itu memang sudah masuk ke dalam wilayah akidah, sesembahan. Tidak ada perbedaan soal itu. Haram hukumnya bagi umat Islam mengikutinya dengan tetap menghormati orang lain yang melakukannya.

Kalau soal budaya atau hiburan, terserahlah. Itu pilihan. Soal sorga dan neraka, itu nanti dibuktikan di akhirat. Jangan berkelahi di dunia, tidak baik.

Itu kan hanya budaya, seru-seruan. Mirip umat Islam bikin ketupat lebaran atau beli baju baru, seru-seruan. Saya sama sekali tidak yakin Nabi Isa as atau Yesus itu pernah menggunakan pakaian Sinterklas yang tebal. Yesus kan di Yerusalem yang panas, sedangkan Sinterklas kan di tempat bersalju. Itu hanya keriangan, budaya di Eropa yang kemudian diikuti di Indonesia. Tak ada hubungannya dengan ritual natal.

Saya sendiri pernah ikut-ikutan seru-seruan itu waktu kecil tanpa sengaja. Saat itu saya masih kelas dua atau kelas empat SD sedang bermain di pinggir jalan raya bersama teman-teman. Tiba-tiba ada mobil bak terbuka melaju dengan klakson yang keras dibunyikan berulang-ulang. Di mobil itu ada Sinterklas yang tersenyum lebar dengan membawa banyak hadiah dan di sampingnya ada “Zwarte Pit” atau Piet Hitam yang membawa sapu lidi. Piet Hitam itu memukuli kaki anak-anak kecil di pinggir jalan yang dianggapnya nakal. Setelah itu, Sinterklas memberikan hadiah buat anak-anak itu berupa coklat, roti, sepatu, baju, atau yang lainnya. Itu hanya seru-seruan.

Foto Sinterklas dan Piet Hitam saya dapatkan dari Pentakosya Pos.


Sinterklas dan Zwate Piet (Foto: Pentakosta Pos)

Budaya atau hiburan itu sekarang tidak pernah saya lihat lagi. Hanya sekali itu saya melihatnya di Bandung, Indonesia dan tidak pernah ada lagi. Dengar-dengar sih budaya itu mendapatkan protes keras. Ayah saya pun salah seorang yang melakukan protes. Ayah saya bilang, budaya itu adalah budaya rasisme yang merendahkan manusia. Hal itu disebabkan budaya itu berasal dari Belanda yang menyukai perbudakan. Di samping itu, Piet Hitam berkulit hitam dan berperilaku kasar memukuli anak-anak dengan sapu lidi, itu menggiring opini bahwa orang kulit hitam itu kasar, kejam, dan buruk. Adapun Sinterklas berkulit putih, murah senyum, ramah, dan banyak memberikan hadiah, itu menunjukkan bahwa orang kulit putih adalah manusia yang lebih mulia daripada orang berkulit hitam. Itu rasis. Saya memang tidak melihat lagi aktivitas itu, entah kalau di tempat lain.

Jangan terlalu ribut soal fatwa MUI. Biasa saja jika berbeda pendapat, tak perlu bermusuhan atau bahkan saling serang. Saling menghormati itu lebih baik.

Sampurasun.

Friday, 23 December 2022

Lompatan Cebong Jokowi

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Dalam suatu pidato, Presiden RI Jokowi menggunakan istilah asing. Saya mendengarnya “lift rock”. Saya heran, pengen tahu apa sih artinya. Ternyata aneh, tidak nyambung dengan konteks kalimat pidato selanjutnya karena artinya adalah “angkat batu”. Setelah diperiksa lagi, ternyata frasa yang benar adalah “leapfrog”, ‘lompatan katak’. Saya salah dengar ternyata, maklum “listening” saya kurang bagus untuk bahasa Inggris karena memang sangat jarang menggunakan bahasa Inggris.

            Foto katak yang sedang melompat saya dapatkan dari Kumparan Com.


Lompatan Katak (Foto: Kumparan.Com)


            Jadi, yang benar adalah lompatan katak, bukan angkat batu atau lompatan cebong. Kalau saya gunakan judul dengan istilah lompatan cebong, itu karena para penyinyir suka nyinyir dengan istilah cebong, tetapi menggunakan gambar katak atau kodok. Aneh memang mereka, kurang pengetahuan. Cebong, katak, dan kodok adalah tiga hal yang berbeda. Akan tetapi, mereka biasanya mengatakan cebong dengan gambar katak atau kodok. Cebong itu cikal bakal katak, belum jadi katak. Gambar perubahan cebong menjadi katak saya dapatkan dari Twitter.


Perubahan dari cebong menjadi katak (Foto: Twitter)


            Nyinyiran cebong sendiri berasal dari Amien Rais yang partainya, Partai Umat, tidak lolos verifikasi di KPU. Partai ini tidak boleh ikut Pemilu.

            Dalam sebuah ceramah, Amien Rais berseru, “Kita ini sedang berhadapan dengan cebong-cebong politik!”

            Dari situlah kemudian banyak nyinyiran kepada pendukung Jokowi dengan kalimat ejekan “cebong”. Lalu, dibalas oleh pendukung Jokowi dengan istilah ejekan “Kadrun”, ‘kadal gurun’.

            Ya sudah, kalau tidak mau diejek, jangan mengejek. Kalau pengen mengejek, jangan sakit hati jika dibalas.

            Leapfrog atau lompatan katak ini digunakan dalam berbagai bidang pengetahuan, pembangunan, perang, dan percepatan ekonomi. Dalam beberapa penelitian, terdapat beberapa jenis katak yang mampu melompat sejauh 38 kali tubuhnya, bahkan ada yang mampu hingga mencapai 150 kali panjang tubuhnya dalam sekali loncat. Artinya, dalam satu kali lompatan, mampu melebihi gedung 35 lantai. Para peneliti meneliti bagaimana katak bisa melompat seperti itu, mulai kelenturan tubuh, bentuk kaki, hentakannya, dan sebagainya. Hasil penelitian itu digunakan pula dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi. Bahkan, dalam perang, Jenderal Mc Arthur menggunakan teori leapfrog ketika mengalahkan Jepang. Dia tidak melawan perang langsung menghadapi Jepang, tetapi memotong jalur distibusi makanan, senjata, dan logistik tempur Jepang. Dengan dihentikan pasokan makanan dan logistik lainnya, Jepang hanya menunggu waktu kekalahannya. Benar saja, Jepang kalah.

            Jokowi pun menggunakan teori ini. Setelah dia mempelajari negara-negara di kawasan Amerika Latin yang mengandalkan penjualan sumber daya alamnya, ternyata terus-menerus menjadi negara berkembang, tidak maju-maju. Berbeda dengan Taiwan dan Korea Selatan yang menggunakan teori Leapfrog. Taiwan fokus memproduksi chip dan Korea Selatan fokus memproduksi komponen-komponen digital. Sekarang, seluruh dunia sangat bergantung pada Taiwan dan Korea Selatan untuk chip dan komponen digital. Mereka menjadi negara yang sangat kaya.

            Jokowi pun menyerukan leapfrog ini. Tampaknya, dia menggunakan sawit, nikel, bauksit, timah, dan tembaga sebagai sumber daya untuk melakukan lompatan katak. Dengan menguasai sumber daya alam sendiri, Indonesia bisa melompat sangat jauh melebihi ukuran tubuhnya saat ini. Bahkan, bisa melebihi negara-negara maju saat ini jika konsisten, kuat, dan cerdas melakukannya. Keberhasilan menguasai nikel adalah contoh yang sangat nyata. Penjualan nikel yang telah diolah di dalam negeri telah menghasilkan keuntungan belasan kali lipat. Lebih tepatnya delapan belas kali lipat. Kalaulah penjualan nikel mentah dihitung 16 triliun, setelah diolah untungnya menjadi 288 triliun. Beda jauh lompatannya. Sekarang, Jokowi mulai memaksa bauksit untuk diproduksi di dalam negeri untuk menambah keuntungan dari nikel. Ke depannya akan lebih banyak lagi yang dikuasai oleh Negara Indonesia sendiri sehingga keuntungan untuk Indonesia bisa sangat berlipat-lipat.

            Leapfrog ini bukan tanpa risiko. Risikonya sangat besar, yaitu seluruh elemen bangsa harus memberikan dukungan dan bersiap menghadapi gempuran negara-negara lain yang merasa dirugikan oleh Indonesia. Leapfrog ini memang tampak kejam karena menghentikan kebutuhan negara-negara lain, khususnya Eropa Barat atas bahan mentah dari Indonesia. Akan tetapi, itu harus dilakukan karena kepentingan dan kesejahteraan rakyat Indonesia adalah hal yang paling utama. Kita harus berbagi dengan negara lain, tetapi kita sebagai pemilik sah sumber daya alam harus mendapatkan keuntungan yang jauh lebih  besar.

            Sampurasun.

Thursday, 22 December 2022

Alih-Alih Takut, Jokowi Malah Nonjok, Paksa Dunia Patuh Kepadanya

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Indonesia telah kalah dalam sidang panel World Trade Organization (WTO) yang akibatnya Indonesia diwajibkan menjual kembali bijih nikel mentah ke luar negeri. Akan tetapi, Jokowi tidak mau kalah, dia perintahkan untuk banding dan sewa pengacara mahal tingkat Internasional untuk melawan Eropa. Dia tidak takut. Disangkanya bakal takut, menurut, dan menyerah pada Uni Eropa, Jokowi malah balas menonjok Eropa Barat. Dia malah menambah susah Eropa dengan menghentikan ekspor bauksit mentah ke luar negeri. Dia ingin menjualnya ke luar negeri setelah diolah di Indonesia.

Bauksit itu bahan mentah alumunium. Semua industri otomotif sangat membutuhkan bauksit. Jokowi sudah tidak mau lagi mendapatkan untung kecil. Dia ingin rakyat Indonesia sebagai pemilik sah bauksit yang mendapatkan untung besar.

Dengan arogan, Eropa Barat memaksa Indonesia menggali tambangnya untuk dijual kepada mereka dengan harga murah. Mereka mengalahkan Indonesia dalam sidang WTO, tetapi Indonesia bukannya takut. Jokowi malah semakin menonjok keras Eropa dengan melarang bauksit dijual ke luar negeri secara mentahnya mulai Juni 2023.

Foto Jokowi yang berbicara sangat tegas saya dapatkan dari Epaper Media Indonesia.


Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Foto: Epaper Media Indonesia)


Jokowi memaksa seluruh dunia yang membutuhkan nikel dan bauksit Indonesia untuk patuh pada keinginan dirinya. Mereka harus mematuhi aturan yang diberlakukan Indonesia. Mereka harus membangun smelter, pabrik, bayar pajak, mempekerjakan rakyat Indonesia, dan alih teknologi supaya Indonesia pada masa depan bisa mandiri. Bukan hanya pihak asing yang dipaksa patuh, melainkan pula pengusaha dan rakyat Indonesia sendiri.

Pengusaha Indonesia tampaknya ketakutan pada kebijakan Jokowi. Mereka meminta agar Jokowi memberikan waktu tambahan untuk mereka. Para pengusaha itu merasa tidak siap kalau hanya diberikan waktu enam bulan untuk membangun smelter dan mengolah sendiri bauksit untuk dijadikan alumina atau alumunium. Mereka meminta Jokowi menunda kebijakan penghentian ekspor bauksit tersebut.

Kalau menurut saya, para pengusaha di dalam negeri Indonesia ini sudah merasa terlalu nyaman dan kaya raya dengan hanya menjual bauksit mentah ke luar negeri dan merasa cukup dengan hal itu. Akan tetapi, dengan adanya pelarangan ekspor, mereka dipaksa untuk membangun smelter dan pabrik di dalam negeri karena mereka tidak bisa lagi menjual bauksit ke luar negeri. Jika mereka dipaksa untuk membuat industri bauksit di dalam negeri, rakyat akan tambah banyak yang bekerja dan akan tambah memahami hal ihwal pengolahan bauksit karena adanya alih teknologi. Dengan demikian, Indonesia akan mendapatkan banyak keuntungan, baik dari segi pendapatan, pembukaan lapangan kerja, dan alih teknologi.

Tampaknya, Jokowi tidak mau menunda keputusannya.

Kalau pengusaha Indonesia tidak siap, sampai kapan mereka siap?

Kalau ditunda terus, Indonesia tidak akan pernah siap untuk maju dan sejahtera, terus menjadi kuli bagi bangsa asing selamanya.

Kalau para pengusaha Indonesia tidak siap, paling yang hadir ke Indonesia adalah pengusaha asing, terutama pengusaha Cina beserta tenaga ahlinya. Jangan salahkan siapa-siapa jika akan semakin banyak perusahaan Cina dan tenaga kerja Cina yang berdatangan dan bekerja di Indonesia. Hal ini disebabkan para pengusaha dan rakyat Indonesia tidak sanggup dan tidak mampu mengikuti perkembangan zaman dan hanya merasa nyaman dengan penghasilan sehari-harinya. Tidak ada jalan bagi para pengusaha dan rakyat Indonesia, kecuali memaksa melengkapi dirinya dengan berbagai keterampilan dan kemauan untuk mengikuti zaman. Kalau pengusaha itu tidak mampu mandiri membuat industri bauksit, bisa membangun konsorsium, patungan beberapa perusahaan untuk mendirikan perusahaan yang lebih besar. Dengan demikian, mereka akan tetap bertahan dan menyerap banyak tenaga kerja. Jika tidak demikian, kita akan menjadi penonton perusahaan dan  tenaga kerja asing, terutama Cina yang bekerja di Indonesia karena keberanian dan keterampilannya dalam mengolah sumber daya alam Indonesia.

Sampurasun.

Monday, 19 December 2022

Penyebab Cina Tampak Lebih Kaya Dibandingkan Pribumi

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Banyak orang pribumi yang membenci orang keturunan Cina di Indonesia. Alasannya, ada yang masuk akal, tidak masuk akal, bahkan mengada-ada cenderung fitnah. Dosa lho fitnah itu.

            Misalnya, membenci Cina karena kaya raya. Itu tidak masuk akal.

            Orang lain kaya, kok kita yang membenci?

            Orang-orang pembenci orang kaya yang saya tahu sejak kecil hanyalah orang-orang Partai Komunis Indonesia (PKI). Soalnya, saya pun pernah hampir menjadi korbannya. Lebih tepatnya bukan saya sih, melainkan uwak saya, kakak ayah saya. Saat itu PKI sangat kuat di Indonesia dan sangat membenci orang kaya. Uwak saya pun sudah masuk daftar PKI untuk dibunuh. Ketika ayah saya bertanya kepada orang-orang PKI itu tentang alasan kenapa ingin membunuh uwak saya, mereka bilang karena uwak saya kaya raya. Memang benar uwak saya itu adalah orang kaya di lingkungannya. Dulu sewaktu saya kecil, di lingkungannya itu selalu uwak saya yang paling pertama memiliki barang-barang baru, elektronik baru, pakaian baru, perabotan rumah baru, dll. Malahan, kalau ada tetangga yang menikah, rumah uwak saya itu sering dipinjam untuk resepsi pernikahan. Yang kaya itu uwak saya, bukan ayah saya, apalagi saya.

            Memang uwak saya itu adalah sekretaris Wybert, semacam permen pelega tenggorokan. Mirip Hexos, tetapi dikemas dalam wadah mirip Pagoda Pastiles, cuma lebih besar dan tebal. Sekarang perusahaan dan produk itu sudah tidak ada lagi. Dulu sih iya sangat terkenal dan laku sekali.

            Alasan ingin membunuh uwak saya karena kekayaannya adalah hal yang tidak masuk akal. Beruntung, PKI keburu runtuh dan malah dipermalukan. Jadi, pembenci orang kaya itu sama pikirannya dengan orang-orang PKI. Mungkin juga mereka sekarang adalah murid PKI. Orang PKI memang punya pandangan hidup itu harus sama rasa sama rata. Semua mungkin harus sengsara seperti mereka.

            Setelah dibubarkan, orang PKI yang dulu mengancam uwak saya hidupnya memprihatinkan. Mereka tetap miskin dan dijauhi oleh masyarakat. Ketika Pemilu, ayah saya merasa kasihan kepada mereka karena mereka tidak diberikan haknya untuk memilih oleh panitia pemungutan suara yang masih tetangga juga. Mereka antri dari pagi hingga sore dan selesai pemungutan suara, sama sekali tidak diperbolehkan memilih. Dengan senyum kuning kecut menahan rasa malu dan kecewa mereka pulang tanpa memilih. Sebetulnya sih, mereka harusnya diberikan hak untuk memilih karena mereka sudah dihukum, mengakui kesalahannya, berupaya menebus perilakunya dengan mendekati masyarakat, tetapi mau bagaimana lagi. Panitia tidak memberikan haknya dan panitia itu adalah tetangga ayah saya juga. Ayah saya meskipun ingin membela, tidak bisa juga ngapa-ngapain, ya sudah, begitu kejadiannya, begitu ceriteranya. Sanksi sosial itu sangat berat.    

            Sangat tidak masuk akal membenci orang karena kekayaannya. Bahkan, ingin membunuh, lebih tidak masuk akal lagi. Demikian pula membenci orang Cina karena lebih kaya, sama sekali tidak masuk akal.

            Sebetulnya, sudah sangat banyak tulisan, artikel, atau penelitian yang memaparkan soal penyebab orang-orang Cina di Indonesia tampak lebih kaya dan berhasil secara ekonomi. Saya jadi harus mengingat lagi tulisan-tulisan itu.

            Pada zaman dulu sebelum zaman para wali, di wilayah Cina itu terjadi pergolakan politik, konflik berdarah, pertempuran antarsuku, pembunuhan, pembantaian, dan perang-perang besar. Banyak dari mereka yang menyelamatkan diri dari kekejaman itu ke seluruh dunia. Ada yang ke Eropa, Amerika, Asia, termasuk ke wilayah yang sekarang bernama Indonesia. Ada yang ke Sumatera, Jawa, Kalimantan, dsb. Oleh sebab itu, keturunan Cina selalu ada di mana-mana, di seluruh dunia, dan menjadi warga negara tempatnya tinggal

            Di Indonesia sebagian beruntung, diterima masyarakat dan bisa mengolah tanah di wilayah yang baru pemberian masyarakat dan penguasa saat itu. Sebagian lagi, hidup terjepit, terhimpit, menderita, dan sangat miskin puluhan, bahkan ratusan tahun. Tak ada jalan lain bagi mereka untuk bertahan hidup, kecuali berdagang.

            Memang apalagi yang bisa mereka lakukan?

            Mereka tidak bisa menjadi tentara, polisi, ataupun aparat negara. Mereka berbisnis kecil-kecilan dan sangat patuh pada penguasa.  Ketika zaman penjajahan, mereka tidak bermasalah dengan penjajah. Mayoritas memilih untuk tetap berdagang sehingga tidak ikut terseret konflik antara penjajah dengan rakyat. Sebagian, memilih pro penjajah. Sebagian, ikut menjadi pejuang kemerdekaan.

            Para pedagang Cina ini makin lama makin kuat karena memberikan layanan dagang bagi penjajah sekaligus juga bagi rakyat. Mereka fokus pada usaha dagang. Pada masa kemerdekaan pun mereka tetap berdagang hingga usahanya terus membesar. Kesempatan untuk menjadi tentara, polisi, ataupun pegawai negeri tetap sangat kecil untuk mereka. Satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah dengan berdagang.

            Berbeda dengan pribumi, keturunan Arab, India, atau Pakistan. Mereka lebih tenang karena bisa menjadi pegawai negeri, tentara, polisi, dan mendapat banyak kenyamanan karena kesamaan warna kulit, ras, ataupun agama. Dengan demikian, mereka tidak perlu terlalu bekerja keras bertahan hidup. Orang Cina sangat terpinggirkan dan kesulitan untuk berkembang. Dalam posisi terjepit itu, mereka fokus berdagang.

            Dari penjelasan singkat ini, kita harus bisa memahami bahwa orang Cina itu dulunya sangat terpuruk dan menderita. Dalam kondisi itu, mereka terdorong untuk memikirkan cara bertahan hidup dan berkembang. Sebagian berhasil dan menjadi kaya raya, bahkan menguasai sektor ekonomi yang besar di Indonesia ini. Sebagian lagi gagal dan hidup seperti orang kebanyakan, malahan sangat miskin hingga disebut Cimi (Cina miskin).

            Kesusahan hidup memang bisa mendorong orang berpikir dan bekerja lebih keras. Akan tetapi, bisa juga mendorong orang untuk berbuat jahat dan membunuh dirinya sendiri karena tidak mau berpikir, stress, atau mendapatkan ajaran sesat. Tinggal memilih saja.

            Panjang sebetulnya kalau membicarakan hal ini. Saya belum menuliskan apa yang terjadi saat pembantaian Cina pada pertengahan Mei 1998 di Indonesia ini. Itu ada ceritera tersendiri yang didorong situasi politik dan kecemburuan ekonomi.

            Ada sedikit kisah tentang Cina ini juga. Ketika saya masih SD, ada anak muda Cina yang sangat miskin, kumal, kusut, dan kurang makan. Dia dikasih makanan oleh pengurus masjid. Dia memelas minta modal untuk berdagang. Lalu, pengurus masjid pun memberinya uang. Dia pun berdagang sayuran dengan menggunakan pikulan. Dia menanggung  pikulan sayurannya berkeliling.

            Apa yang terjadi?

            Dia dibuli, dihina, diejek, dan diusir masyarakat. Sering dikata-katain bahwa sayurnya dicuci pakai air selokan, sayuran dagangannya adalah sayur bekas, daging yang dijualnya adalah daging babi, dan sejumlah cacian lainnya.  Dia sering sekali menangis karena memang jadi tidak laku dijual barang dagangannya. Sering sekali dia mengadu ke pengurus masjid yang memodalinya itu. Dia pun sering didoakan oleh orang-orang masjid.

            Ketika saya SMP, saya dengar dia sudah punya pabrik kerupuk. Dia berhasil sukses. So, perjuangannya tidak mengkhianati hasil.

            Ada pelajaran yang bermanfaat dari tulisan ini?

            Sampurasun.

Friday, 16 December 2022

Presiden Jokowi Memang Gila: Barat Ditantang, Rakyat Dipaksa, Cina Untung Besar

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Saya melihat Presiden RI yang gila itu ada dua, yaitu Presiden Soekarno dan Presiden Jokowi.

Soekarno dengan lantang pernah mengatakan, “Amerika kita seterika! Inggris kita linggis!”

Itu teriakannya sesuai dengan kondisi dunia saat itu. Bahkan, Soekarno menyatakan keluar dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) karena organisasi itu sudah dikendalikan para kapitalis penjajah yang merugikan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Kini Jokowi pun mengatakan hal yang mirip. Dia menantang Barat dengan akan melawan setiap upaya barat yang ingin mengeruk kekayaan alam Indonesia secara tidak adil.

“Dulu kita dijajah dengan cara tanam paksa, kerja paksa, sekarang ada lagi ekspor paksa! Mereka seperti penjajah VOC dulu!” kurang lebih seperti itu kekasaran Jokowi pada Eropa Barat.


Jokowi (Foto: detikFinance-Detikcom)


Dia memang menantang barat. Meskipun pihak barat sudah mengalahkannya dalam sidang panel World Trade Organization (WTO) dan Indonesia diwajibkan untuk menjual lagi nikel dengan harga murah, Jokowi tidak peduli. Dia tetap kukuh dalam pendiriannya, tidak akan mematuhi keputusan sidang itu, apa pun risikonya.

Bahkan, pidato yang saya tonton tadi malam dalam pertemuan Uni Eropa-Asean, dia berkata keras di depan para pemimpin Eropa, “Tidak boleh ada satu negara pun yang mendikte negara lainnya. Jangan pernah ada anggapan bahwa pikiran atau cara dirinya yang paling benar, sedangkan orang lain salah.”

Pendek kata, Jokowi benar-benar “on fire” jika soal kedaulatan dan harga diri bangsa. Dia ingin yang untung besar adalah Indonesia, sedangkan yang lain harus cukup ikut untung menempel kepada Indonesia. Negara lain yang harus bergantung pada Indonesia, bukan sebaliknya, Indonesia bergantung pada negara lain.

Kepada rakyatnya sendiri, Jokowi memaksa untuk ikut permainan dunia. Dia memaksa rakyat untuk makin keras belajar dan makin keras bekerja. Hal itu disebabkan jika rakyat kurang pengetahuan dan kurang keterampilan, akan terlindas zaman, dan tertinggal jauh di belakang. Salah satu cara yang dia lakukan adalah memasukkan investor dan perusahaan-perusahaan asing untuk beroperasi di Indonesia. Hal itu dilakukannya agar rakyat ikut dalam permainan itu sehingga mampu memiliki penghasilan lebih layak dan memiliki pengetahuan karena ada program alih teknologi. Dia seolah-olah ingin mengatakan bahwa kita ini sedang tidak biasa-biasa saja dan harus melakukan sesuatu yang tidak biasa juga, harus lebih luar biasa.

Hal ini mengingatkan kita pada pernyataan Soekarno bahwa rakyat Indonesia benar-benar akan menjadi kuli di tanah air sendiri. Hal Itu disebabkan rakyat yang dianugerahi sumber daya alam besar ini tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memanfaatkannya.


Jokowi (Foto: Lokadata.ID)


Dengan banyaknya beragam perusahaan dan produk, rakyat yang bisa menikmati pembangunan adalah mereka yang memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang perusahan dan produk tersebut. Rakyat yang diam-diam saja atau berleha-leha, tidak akan dapat menikmati keuntungan karena tidak tahu apa-apa dan tidak bisa apa-apa. Rakyat dipaksa untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan lebih dari biasanya.

Kengototan Jokowi agar bijih nikel tetap berada di Indonesia dan diolah di Indonesia, segera disambut Cina. Tanpa perlu basa-basi dan terlalu banyak syarat, Cina mematuhi kehendak Jokowi. Cina tunduk pada Jokowi. Cina segera memindahkan smelter (peleburan) dan pabrik-pabriknya dari Cina ke Indonesia, termasuk para ahli dan pekerja terampilnya. Sementara itu, negara lain masih banyak mikir, banyak berhitung, bahkan melawan Jokowi. Hal itulah yang menyebabkan Cina mendapatkan keuntungan yang sangat besar dari proses pengolahan nikel di Indonesia. Bahkan, dengar-dengar sih industri nikel Cina yang ada di Indonesia sudah mencapai atau bahkan melebihi 50%.

Indonesia sendiri jelas memiliki keuntungan dari pajak, bea cukai, pembangunan, terbukanya lapangan kerja bagi rakyat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta alih teknologi. Sekarang memang masih sangat teramat banyak tenaga kerja Cina yang ada di dalam industri nikel Indonesia. Hal itu disebabkan memang Cina yang memiliki teknologinya dan memahami cara kerjanya. Sementara itu, rakyat Indonesia belum mampu mengoperasikannya. Akan tetapi, dengan adanya alih teknologi, Cina sepakat untuk memberikan pengetahuan tentang industri nikel kepada rakyat Indonesia. Dengan demikian, pada masa depan, rakyat dan para pengusaha Indonesia mampu mandiri mengolah nikel milik bangsa sendiri tanpa harus bergantung pada Cina.

 Jokowi memang gila. Dia keras pada barat, memaksa rakyatnya untuk bekerja, dan sudah menjadi konsekwensi bahwa Cina mendapatkan untung besar karena kesediaannya mengambil kesempatan yang ada di Indonesia sesuai dengan keinginan Indonesia.

Gambar Jokowi dalam aura marah saya dapatkan dari detikfinance-Detikcom. Adapun gambar Jokowi membawa pentungan, saya dapatkan dari Lokadata id.

Sampurasun.