Friday 30 December 2022

Hidup Jagung!

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Sepertinya, sudah menjadi agenda tahunan kalau Desember ini jadi ajang perdebatan soal ucapan selamat natal, pohon natal, sinterklas, perayaan tahun baru, terompet, dan lain sebagainya terkait hal itu. Banyak orang yang menyayangkan adanya keributan tentang hal-hal itu. Menurut mereka, sebetulnya hal-hal itu tidak perlu lagi diperdebatkan. Akan tetapi, bagi saya perdebatan atau keributan itu diperlukan untuk menyeimbangkan situasi agar tidak terlalu berlebihan.

            Sepanjang hanya keributan berupa perdebatan menggunakan pendapat atau kata-kata, bagus saja. Hal itu disebabkan semua pendapat itu mengimbangi pendapat yang lainnya. Mereka yang berpendapat bahwa ucapan selamat natal, pohon natal, sinterklas, perayaan tahun baru, terompet itu adalah haram, dapat mencegah orang-orang yang terlalu jauh berperilaku membolehkan segalanya. Pendapat ini pun mengingatkan bahwa kita adalah muslim yang tetap harus berpegang pada keislaman. Demikian pula orang yang menghalalkan ucapan selamat natal, pohon natal, sinterklas, perayaan tahun baru, terompet, dapat mencegah orang-orang agar tidak terlalu jauh terjebak dalam fanatisme dan kebencian kepada nonmuslim. Kita harus ingat bahwa pelaku bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar Bandung adalah pembenci Kristen. Dengan demikian, kita pun diingatkan untuk selalu toleran dan tetap hidup dalam kebersamaan meskipun kita berbeda dan majemuk.

            So, semuanya baik-baik saja sepanjang hanya perang kata-kata, perang dalil, atau perang pendapat. Akan tetapi, hal ini akan menjadi sangat berbahaya jika perbedaan pendapat ini menjadi permusuhan, lebih jauhnya menghalalkan darah orang lain hanya karena berbeda pandangan. Kalau sampai pada titik ini, berarti kita masih belum dewasa, kita hanya anak-anak yang hanya ingin menang sendiri, dan sangat suka melihat orang lain terjatuh. Kalau sudah meningkat bahaya, kita punya Densus 88 dan BNPT yang dapat menjadi alat terakhir untuk mencegah kekerasan radikalisme.

            Saya punya beberapa teman dan sahabat yang sering sekali berdebat dengan saya soal banyak hal. Malahan, perdebatan itu sangat keras hingga saling ejek. Akan tetapi, itu terjadi hanya saat berdebat. Selepas itu, kalau saya punya rezeki, suka memberikan keluarganya hadiah atau makanan. Demikian pula, mereka sering memberi saya makanan atau informasi penting yang sangat baik untuk saya. Biasa saja karena memang saya membiasakan hal itu. Malah, saya beruntung memiliki mereka karena mereka pun bisa mengkritik keras saya ketika saya salah. Saya jadi paham kesalahan saya. Tidak perlu bermusuhan.

            Apa hubungannya dengan jagung?

            Tidak ada.




            Soal jagung itu hanya karena ketika saya pulang, di pinggir jalan banyak pedagang jagung. Hal itu disebabkan memang biasanya pada malam tahun baru orang banyak bakar-bakar jagung. Tidak setiap hari banyak pedagang jagung. Saya pun jadi pengen jagung bakar, lalu membelinya.

            Jangan bilang haram kalau beli jagung menjelang malam tahun baru. Tidak ada dalilnya.

            Dengan saya membeli jagung, pedagang jagung mendapatkan rezeki untuk keluarganya. Jangan banyak menawar, beli saja sepanjang kita punya uang mah. Itu kebaikan. Saya juga mendapatkan keuntungan, yaitu bisa makan jagung bakar, membuat anak-anak dan istri saya tersenyum bahagia. Itu kebaikan. Malahan, karena sekarang masih musim liburan sekolah, di rumah ada kerabat dan mertua liburan di rumah saya. Jagungnya dibakar bareng-bareng pas malam Minggu, bertepatan dengan malam tahun baru, semuanya senang. Itu kebaikan.

            Hidup jagung!

            Soal perayaan tahun baru, biasa sajalah. Kalender itu banyak. Malam tahun baru itu banyak. Setiap kalender, punya tahun baru masing-masing dan bisa diperingati juga. Yang biasanya diperdebatkan itu kan kalender Masehi, padahal ada kalender yang lebih tepat berdasarkan peredaran bulan, yaitu kalender Hijriyah, Sunda, India, dan Cina. Itu lebih tepat dan tidak berubah. Adapun Masehi kerap ada perubahan karena kabarnya tercampur pula dengan perhitungan peredaran Matahari. Padahal, peredaran Matahari itu hanya tepat jika digunakan untuk perhitungan jam tangan, jam dinding, atau pokoknya jam apa saja.

            Hidup jagung!

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment