oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Tidak semua orang Timur
Tengah bodoh, tetapi kebanyakan mereka bodoh. Ada memang yang cerdas, ada yang
shaleh, dan ada juga yang bijaksana, tetapi mayoritas mereka sangat bodoh.
Orang-orang bodoh yang saya maksud adalah mereka yang membuat dan membiarkan
negara tempatnya hidup hancur berantakan. Saya bilang mayoritas bodoh karena
memang wilayah tempat mereka hidup hancur-hancuran, jauh dari kemanusiaan. Lihat
saja Irak, Suriah, Afghanistan, Libya, dan yang lainnya. Mereka berantakan. Padahal,
agamanya sama; bahasanya sama mirip, Arab; daratannya sama. Kalau mayoritas
mereka cerdas, pasti orang-orang bodoh dapat mereka kendalikan dan sisihkan.
Justru, orang-orang baik terpinggirkan dan orang-orang bodoh merajalela. Beberapa
orang baik dan shaleh itu datang ke Indonesia.
Dalam ceramahnya, mereka kerap menyerukan, “Jaga negeri
kalian, Indonesia!”
Mereka sangat paham dan merasakan penderitaan luar biasa
akibat negara tempat tinggalnya menjadi lebur dalam sengketa dan runtuh
gara-gara konflik. Oleh sebab itu, mereka tidak rela jika saudara seimannya di
Indonesia mengalami hal yang serupa.
Orang-orang bodoh itu menyangka sedang memperjuangkan
kebenaran, memperjuangkan agamanya, tetapi sesungguhnya sedang merusakkan diri
mereka sendiri. Mereka tidak sadar sebenarnya mereka telah diadu domba oleh
berbagai kepentingan politik dan ekonomi yang sama sekali tidak memikirkan
nasib manusia dan agamanya.
Dari hampir semua penelitian yang dilakukan mahasiswa
saya dan berbagai jurnal yang meneliti tentang Timur Tengah, selalu saja saya
menemukan benang merah hal ihwal konflik itu. Benang merah itu adalah konflik
akibat rebutan minyak bumi. Apa pun isunya, intinya tetap soal minyak bumi. Mau
isunya menegakkan demokrasi, Ham, menegakkan khilafah, sunni lawan syiah, atau
yang lainnya, intinya tetap saja rebutan ingin menguasai minyak bumi. Para
politisi dan pengusaha serakah dari seluruh dunia memangsa wilayah Timur Tengah
dengan cara mengadu domba orang-orang melalui berbagai isu seperti yang tadi
saya sebutkan: demokrasi, Ham, menegakkan khilafah, sunni lawan syiah, atau
yang lainnya. Hasilnya, karena terlalu banyak orang bodoh, mereka pun berkelahi
karena ditipu politisi dan pengusaha serakah kapitalis yang sama sekali tidak
memikirkan nasib rakyat dan agama.
Kini zaman telah bergeser dan pada masa depan kebutuhan
terhadap minyak bumi akan berkurang, tergantikan oleh baterai, listrik. Nanti
akan banyak mobil, motor, dan mesin-mesin lain yang energinya berasal dari
baterai bukan lagi minyak bumi. Bahan mentah penting baterai itu ada di
Indonesia, yaitu nikel dan lithium. Sekarang lithium mulai ditemukan di
Sidoarjo bekas lumpur Lapindo itu. Artinya, dalam beberapa tahun mendatang
seluruh dunia membutuhkan nikel dan lithium untuk menjadi sumber energi. Mereka
akan mati-matian untuk mendapatkan itu dari Indonesia. Hal itu sekarang saja
sudah bisa dilihat bagaimana Uni Eropa menyerang Indonesia, 27 negara
mengeroyok Indonesia melalui jalur politik dan diplomasi untuk menguasai nikel
Indonesia.
Apabila di Indonesia terlalu banyak orang bodoh, nasibnya
akan sama, bahkan mungkin lebih mengerikan dibandingkan wilayah-wilayah di
Timur Tengah yang rusak parah itu hingga kini. Rakyat Indonesia akan diadu domba
para politisi dan pengusaha kapitalis serakah dengan menggunakan isu agama yang
murahan itu. Saling mengafirkan, merasa paling benar sendiri, menganggap mereka
sudah terdaftar sebagai penduduk surga di catatan Malaikat Ridwan sebagai
panjaga surga, bahkan berani menghalalkan darah sesama muslim sendiri. Mereka
tidak sadar bahwa sedang diadu domba agar lemah sehingga sumber alam berupa
nikel, lithium, atau mineral lainnya dapat dikuasai oleh orang-orang licik.
Dugaan atas tanda-tanda ke arah adu domba itu sudah
tampak. Coba kita ingat kasus pengurangan volume adzan yang diimbaukan oleh
Menteri Agama RI Gus Yaqut. Hal itu menimbulkan protes keras dengan
kalimat-kalimat kasar, seperti, kafir, dzalim, murtad, dan thagut. Protes
dengan makian kasar yang menyerang pribadi Gus Yaqut itu dilakukan oleh orang
Islam sendiri. Padahal, kalau merasa sesama muslim dan sama-sama ingin berbuat
kebaikan untuk kemuliaan Islam, dapat dilakukan dengan cara yang baik,
sebagaimana yang diajarkan Allah swt, yaitu tabayun sembari silaturahmi. Minta
penjelasan yang baik dan bertemu dengan baik pula. Kalau harus diskusi atau
berdebat, lakukanlah hingga didapat kesepakatan dan kesamaan pemahaman yang
baik hingga situasi tetap baik. Coba saat itu ketika Gus Yaqut dihina disamakan
dengan anjing, GP Ansor bersama Banser yang mencapai tujuh juta itu marah, lalu
melakukan pembalasan fisik, konflik berdarah pasti tak terhindarkan, kematian
akan banyak mewarnai pemberitaan. Terjadilah adu domba itu dengan lebih nyata.
Sementara itu, para politisi jahat dan pengusaha serakah tertawa-tawa karena
umat Islam mulai sangat lemah yang pada gilirannya nikel, lithium, dan berbagai
sumber daya alam lainnya akan sangat mudah dikeruk dari rakyat Indonesia. Hal
ini akan menjadi mirip kejadian di Timur Tengah. Beruntung GP Ansor dan Banser
dapat dikendalikan, kemarahan mereka dapat diredam. Kalau tidak, kita semua
bisa rusak parah.
Protes Pengurangan Volume Adzan (Foto: Makasar Terkini - Terkini.id) |
Foto hinaan kepada Gus Yaqut saya dapatkan dari Makasar
Terkini – Terkini id.
Orang Indonesia jangan bodoh seperti orang-orang Timur Tengah.
Kalau kita tidak cerdas melihat dan menganalisa situasi, kita akan mengalami
nasib yang mengerikan, diadu domba, dan kita tidak mendapatkan apa-apa, kecuali
kerugian dan kerusakan parah. Jika ada masalah, kita punya jalan keluar yang
biasa disebut dengan cara “kekeluargaan”, itu kearifan lokal yang harus dijaga.
Jangan seperti orang-orang sono, perpustakaan berubah menjadi gudang senjata
untuk membunuh saudaranya sendiri.
Bagaimana akan ada generasi muda cerdas jika perpustakaan
sudah menjadi gudang senjata?
Indonesia harus cerdas dan bijaksana hingga menjadi sinar
kebaikan bagi dunia.
Bukankah banyak yang bercita-cita bahwa umat Islam Indonesia
akan menjadi pemimpin dunia?
Lakukanlah dengan cara cerdas dan bijaksana. Cara-cara
seperti orang Timur Tengah akan menghancurkan harapan dan cita-cita karena
sudah terbukti menimbulkan kerusakan bagi manusia.
Sampurasun
No comments:
Post a Comment