Tuesday, 27 December 2022

Orang Indonesia Jangan Bodoh Kayak Orang Timur Tengah

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Tidak semua orang Timur Tengah bodoh, tetapi kebanyakan mereka bodoh. Ada memang yang cerdas, ada yang shaleh, dan ada juga yang bijaksana, tetapi mayoritas mereka sangat bodoh. Orang-orang bodoh yang saya maksud adalah mereka yang membuat dan membiarkan negara tempatnya hidup hancur berantakan. Saya bilang mayoritas bodoh karena memang wilayah tempat mereka hidup hancur-hancuran, jauh dari kemanusiaan. Lihat saja Irak, Suriah, Afghanistan, Libya, dan yang lainnya. Mereka berantakan. Padahal, agamanya sama; bahasanya sama mirip, Arab; daratannya sama. Kalau mayoritas mereka cerdas, pasti orang-orang bodoh dapat mereka kendalikan dan sisihkan. Justru, orang-orang baik terpinggirkan dan orang-orang bodoh merajalela. Beberapa orang baik dan shaleh itu datang ke Indonesia.

            Dalam ceramahnya, mereka kerap menyerukan, “Jaga negeri kalian, Indonesia!”

            Mereka sangat paham dan merasakan penderitaan luar biasa akibat negara tempat tinggalnya menjadi lebur dalam sengketa dan runtuh gara-gara konflik. Oleh sebab itu, mereka tidak rela jika saudara seimannya di Indonesia mengalami hal yang serupa.

            Orang-orang bodoh itu menyangka sedang memperjuangkan kebenaran, memperjuangkan agamanya, tetapi sesungguhnya sedang merusakkan diri mereka sendiri. Mereka tidak sadar sebenarnya mereka telah diadu domba oleh berbagai kepentingan politik dan ekonomi yang sama sekali tidak memikirkan nasib manusia dan agamanya.

            Dari hampir semua penelitian yang dilakukan mahasiswa saya dan berbagai jurnal yang meneliti tentang Timur Tengah, selalu saja saya menemukan benang merah hal ihwal konflik itu. Benang merah itu adalah konflik akibat rebutan minyak bumi. Apa pun isunya, intinya tetap soal minyak bumi. Mau isunya menegakkan demokrasi, Ham, menegakkan khilafah, sunni lawan syiah, atau yang lainnya, intinya tetap saja rebutan ingin menguasai minyak bumi. Para politisi dan pengusaha serakah dari seluruh dunia memangsa wilayah Timur Tengah dengan cara mengadu domba orang-orang melalui berbagai isu seperti yang tadi saya sebutkan: demokrasi, Ham, menegakkan khilafah, sunni lawan syiah, atau yang lainnya. Hasilnya, karena terlalu banyak orang bodoh, mereka pun berkelahi karena ditipu politisi dan pengusaha serakah kapitalis yang sama sekali tidak memikirkan nasib rakyat dan agama.

            Kini zaman telah bergeser dan pada masa depan kebutuhan terhadap minyak bumi akan berkurang, tergantikan oleh baterai, listrik. Nanti akan banyak mobil, motor, dan mesin-mesin lain yang energinya berasal dari baterai bukan lagi minyak bumi. Bahan mentah penting baterai itu ada di Indonesia, yaitu nikel dan lithium. Sekarang lithium mulai ditemukan di Sidoarjo bekas lumpur Lapindo itu. Artinya, dalam beberapa tahun mendatang seluruh dunia membutuhkan nikel dan lithium untuk menjadi sumber energi. Mereka akan mati-matian untuk mendapatkan itu dari Indonesia. Hal itu sekarang saja sudah bisa dilihat bagaimana Uni Eropa menyerang Indonesia, 27 negara mengeroyok Indonesia melalui jalur politik dan diplomasi untuk menguasai nikel Indonesia.

            Apabila di Indonesia terlalu banyak orang bodoh, nasibnya akan sama, bahkan mungkin lebih mengerikan dibandingkan wilayah-wilayah di Timur Tengah yang rusak parah itu hingga kini. Rakyat Indonesia akan diadu domba para politisi dan pengusaha kapitalis serakah dengan menggunakan isu agama yang murahan itu. Saling mengafirkan, merasa paling benar sendiri, menganggap mereka sudah terdaftar sebagai penduduk surga di catatan Malaikat Ridwan sebagai panjaga surga, bahkan berani menghalalkan darah sesama muslim sendiri. Mereka tidak sadar bahwa sedang diadu domba agar lemah sehingga sumber alam berupa nikel, lithium, atau mineral lainnya dapat dikuasai oleh orang-orang licik.

            Dugaan atas tanda-tanda ke arah adu domba itu sudah tampak. Coba kita ingat kasus pengurangan volume adzan yang diimbaukan oleh Menteri Agama RI Gus Yaqut. Hal itu menimbulkan protes keras dengan kalimat-kalimat kasar, seperti, kafir, dzalim, murtad, dan thagut. Protes dengan makian kasar yang menyerang pribadi Gus Yaqut itu dilakukan oleh orang Islam sendiri. Padahal, kalau merasa sesama muslim dan sama-sama ingin berbuat kebaikan untuk kemuliaan Islam, dapat dilakukan dengan cara yang baik, sebagaimana yang diajarkan Allah swt, yaitu tabayun sembari silaturahmi. Minta penjelasan yang baik dan bertemu dengan baik pula. Kalau harus diskusi atau berdebat, lakukanlah hingga didapat kesepakatan dan kesamaan pemahaman yang baik hingga situasi tetap baik. Coba saat itu ketika Gus Yaqut dihina disamakan dengan anjing, GP Ansor bersama Banser yang mencapai tujuh juta itu marah, lalu melakukan pembalasan fisik, konflik berdarah pasti tak terhindarkan, kematian akan banyak mewarnai pemberitaan. Terjadilah adu domba itu dengan lebih nyata. Sementara itu, para politisi jahat dan pengusaha serakah tertawa-tawa karena umat Islam mulai sangat lemah yang pada gilirannya nikel, lithium, dan berbagai sumber daya alam lainnya akan sangat mudah dikeruk dari rakyat Indonesia. Hal ini akan menjadi mirip kejadian di Timur Tengah. Beruntung GP Ansor dan Banser dapat dikendalikan, kemarahan mereka dapat diredam. Kalau tidak, kita semua bisa rusak parah.


Protes Pengurangan Volume Adzan (Foto: Makasar Terkini - Terkini.id)


            Foto hinaan kepada Gus Yaqut saya dapatkan dari Makasar Terkini – Terkini id.

            Orang Indonesia jangan bodoh seperti orang-orang Timur Tengah. Kalau kita tidak cerdas melihat dan menganalisa situasi, kita akan mengalami nasib yang mengerikan, diadu domba, dan kita tidak mendapatkan apa-apa, kecuali kerugian dan kerusakan parah. Jika ada masalah, kita punya jalan keluar yang biasa disebut dengan cara “kekeluargaan”, itu kearifan lokal yang harus dijaga. Jangan seperti orang-orang sono, perpustakaan berubah menjadi gudang senjata untuk membunuh saudaranya sendiri.

            Bagaimana akan ada generasi muda cerdas jika perpustakaan sudah menjadi gudang senjata?

            Indonesia harus cerdas dan bijaksana hingga menjadi sinar kebaikan bagi dunia.

            Bukankah banyak yang bercita-cita bahwa umat Islam Indonesia akan menjadi pemimpin dunia?

            Lakukanlah dengan cara cerdas dan bijaksana. Cara-cara seperti orang Timur Tengah akan menghancurkan harapan dan cita-cita karena sudah terbukti menimbulkan kerusakan bagi manusia.

            Sampurasun

No comments:

Post a Comment