Friday 16 December 2022

Presiden Jokowi Memang Gila: Barat Ditantang, Rakyat Dipaksa, Cina Untung Besar

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Saya melihat Presiden RI yang gila itu ada dua, yaitu Presiden Soekarno dan Presiden Jokowi.

Soekarno dengan lantang pernah mengatakan, “Amerika kita seterika! Inggris kita linggis!”

Itu teriakannya sesuai dengan kondisi dunia saat itu. Bahkan, Soekarno menyatakan keluar dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) karena organisasi itu sudah dikendalikan para kapitalis penjajah yang merugikan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Kini Jokowi pun mengatakan hal yang mirip. Dia menantang Barat dengan akan melawan setiap upaya barat yang ingin mengeruk kekayaan alam Indonesia secara tidak adil.

“Dulu kita dijajah dengan cara tanam paksa, kerja paksa, sekarang ada lagi ekspor paksa! Mereka seperti penjajah VOC dulu!” kurang lebih seperti itu kekasaran Jokowi pada Eropa Barat.


Jokowi (Foto: detikFinance-Detikcom)


Dia memang menantang barat. Meskipun pihak barat sudah mengalahkannya dalam sidang panel World Trade Organization (WTO) dan Indonesia diwajibkan untuk menjual lagi nikel dengan harga murah, Jokowi tidak peduli. Dia tetap kukuh dalam pendiriannya, tidak akan mematuhi keputusan sidang itu, apa pun risikonya.

Bahkan, pidato yang saya tonton tadi malam dalam pertemuan Uni Eropa-Asean, dia berkata keras di depan para pemimpin Eropa, “Tidak boleh ada satu negara pun yang mendikte negara lainnya. Jangan pernah ada anggapan bahwa pikiran atau cara dirinya yang paling benar, sedangkan orang lain salah.”

Pendek kata, Jokowi benar-benar “on fire” jika soal kedaulatan dan harga diri bangsa. Dia ingin yang untung besar adalah Indonesia, sedangkan yang lain harus cukup ikut untung menempel kepada Indonesia. Negara lain yang harus bergantung pada Indonesia, bukan sebaliknya, Indonesia bergantung pada negara lain.

Kepada rakyatnya sendiri, Jokowi memaksa untuk ikut permainan dunia. Dia memaksa rakyat untuk makin keras belajar dan makin keras bekerja. Hal itu disebabkan jika rakyat kurang pengetahuan dan kurang keterampilan, akan terlindas zaman, dan tertinggal jauh di belakang. Salah satu cara yang dia lakukan adalah memasukkan investor dan perusahaan-perusahaan asing untuk beroperasi di Indonesia. Hal itu dilakukannya agar rakyat ikut dalam permainan itu sehingga mampu memiliki penghasilan lebih layak dan memiliki pengetahuan karena ada program alih teknologi. Dia seolah-olah ingin mengatakan bahwa kita ini sedang tidak biasa-biasa saja dan harus melakukan sesuatu yang tidak biasa juga, harus lebih luar biasa.

Hal ini mengingatkan kita pada pernyataan Soekarno bahwa rakyat Indonesia benar-benar akan menjadi kuli di tanah air sendiri. Hal Itu disebabkan rakyat yang dianugerahi sumber daya alam besar ini tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memanfaatkannya.


Jokowi (Foto: Lokadata.ID)


Dengan banyaknya beragam perusahaan dan produk, rakyat yang bisa menikmati pembangunan adalah mereka yang memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang perusahan dan produk tersebut. Rakyat yang diam-diam saja atau berleha-leha, tidak akan dapat menikmati keuntungan karena tidak tahu apa-apa dan tidak bisa apa-apa. Rakyat dipaksa untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan lebih dari biasanya.

Kengototan Jokowi agar bijih nikel tetap berada di Indonesia dan diolah di Indonesia, segera disambut Cina. Tanpa perlu basa-basi dan terlalu banyak syarat, Cina mematuhi kehendak Jokowi. Cina tunduk pada Jokowi. Cina segera memindahkan smelter (peleburan) dan pabrik-pabriknya dari Cina ke Indonesia, termasuk para ahli dan pekerja terampilnya. Sementara itu, negara lain masih banyak mikir, banyak berhitung, bahkan melawan Jokowi. Hal itulah yang menyebabkan Cina mendapatkan keuntungan yang sangat besar dari proses pengolahan nikel di Indonesia. Bahkan, dengar-dengar sih industri nikel Cina yang ada di Indonesia sudah mencapai atau bahkan melebihi 50%.

Indonesia sendiri jelas memiliki keuntungan dari pajak, bea cukai, pembangunan, terbukanya lapangan kerja bagi rakyat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta alih teknologi. Sekarang memang masih sangat teramat banyak tenaga kerja Cina yang ada di dalam industri nikel Indonesia. Hal itu disebabkan memang Cina yang memiliki teknologinya dan memahami cara kerjanya. Sementara itu, rakyat Indonesia belum mampu mengoperasikannya. Akan tetapi, dengan adanya alih teknologi, Cina sepakat untuk memberikan pengetahuan tentang industri nikel kepada rakyat Indonesia. Dengan demikian, pada masa depan, rakyat dan para pengusaha Indonesia mampu mandiri mengolah nikel milik bangsa sendiri tanpa harus bergantung pada Cina.

 Jokowi memang gila. Dia keras pada barat, memaksa rakyatnya untuk bekerja, dan sudah menjadi konsekwensi bahwa Cina mendapatkan untung besar karena kesediaannya mengambil kesempatan yang ada di Indonesia sesuai dengan keinginan Indonesia.

Gambar Jokowi dalam aura marah saya dapatkan dari detikfinance-Detikcom. Adapun gambar Jokowi membawa pentungan, saya dapatkan dari Lokadata id.

Sampurasun.

No comments:

Post a Comment