oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Dalam suatu pidato, Presiden
RI Jokowi menggunakan istilah asing. Saya mendengarnya “lift rock”. Saya heran, pengen tahu apa sih artinya. Ternyata
aneh, tidak nyambung dengan konteks kalimat pidato selanjutnya karena artinya
adalah “angkat batu”. Setelah diperiksa lagi, ternyata frasa yang benar adalah “leapfrog”, ‘lompatan katak’. Saya salah
dengar ternyata, maklum “listening” saya
kurang bagus untuk bahasa Inggris karena memang sangat jarang menggunakan
bahasa Inggris.
Foto katak yang sedang melompat saya dapatkan dari
Kumparan Com.
Lompatan Katak (Foto: Kumparan.Com) |
Jadi, yang benar adalah lompatan katak, bukan angkat batu
atau lompatan cebong. Kalau saya gunakan judul dengan istilah lompatan cebong,
itu karena para penyinyir suka nyinyir dengan istilah cebong, tetapi
menggunakan gambar katak atau kodok. Aneh memang mereka, kurang pengetahuan.
Cebong, katak, dan kodok adalah tiga hal yang berbeda. Akan tetapi, mereka
biasanya mengatakan cebong dengan gambar katak atau kodok. Cebong itu cikal
bakal katak, belum jadi katak. Gambar perubahan cebong menjadi katak saya
dapatkan dari Twitter.
Perubahan dari cebong menjadi katak (Foto: Twitter) |
Nyinyiran cebong sendiri berasal dari Amien Rais yang
partainya, Partai Umat, tidak lolos verifikasi di KPU. Partai ini tidak boleh
ikut Pemilu.
Dalam sebuah ceramah, Amien Rais berseru, “Kita ini
sedang berhadapan dengan cebong-cebong politik!”
Dari situlah kemudian banyak nyinyiran kepada pendukung
Jokowi dengan kalimat ejekan “cebong”. Lalu, dibalas oleh pendukung Jokowi
dengan istilah ejekan “Kadrun”, ‘kadal
gurun’.
Ya sudah, kalau tidak mau diejek, jangan mengejek. Kalau
pengen mengejek, jangan sakit hati jika dibalas.
Leapfrog atau lompatan katak ini digunakan dalam berbagai
bidang pengetahuan, pembangunan, perang, dan percepatan ekonomi. Dalam beberapa
penelitian, terdapat beberapa jenis katak yang mampu melompat sejauh 38 kali
tubuhnya, bahkan ada yang mampu hingga mencapai 150 kali panjang tubuhnya dalam
sekali loncat. Artinya, dalam satu kali lompatan, mampu melebihi gedung 35
lantai. Para peneliti meneliti bagaimana katak bisa melompat seperti itu, mulai
kelenturan tubuh, bentuk kaki, hentakannya, dan sebagainya. Hasil penelitian
itu digunakan pula dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi. Bahkan, dalam
perang, Jenderal Mc Arthur menggunakan teori leapfrog ketika mengalahkan Jepang.
Dia tidak melawan perang langsung menghadapi Jepang, tetapi memotong jalur
distibusi makanan, senjata, dan logistik tempur Jepang. Dengan dihentikan
pasokan makanan dan logistik lainnya, Jepang hanya menunggu waktu kekalahannya.
Benar saja, Jepang kalah.
Jokowi pun menggunakan teori ini. Setelah dia mempelajari
negara-negara di kawasan Amerika Latin yang mengandalkan penjualan sumber daya
alamnya, ternyata terus-menerus menjadi negara berkembang, tidak maju-maju.
Berbeda dengan Taiwan dan Korea Selatan yang menggunakan teori Leapfrog. Taiwan
fokus memproduksi chip dan Korea Selatan fokus memproduksi komponen-komponen
digital. Sekarang, seluruh dunia sangat bergantung pada Taiwan dan Korea
Selatan untuk chip dan komponen digital. Mereka menjadi negara yang sangat
kaya.
Jokowi pun menyerukan leapfrog ini. Tampaknya, dia
menggunakan sawit, nikel, bauksit, timah, dan tembaga sebagai sumber daya untuk
melakukan lompatan katak. Dengan menguasai sumber daya alam sendiri, Indonesia
bisa melompat sangat jauh melebihi ukuran tubuhnya saat ini. Bahkan, bisa
melebihi negara-negara maju saat ini jika konsisten, kuat, dan cerdas
melakukannya. Keberhasilan menguasai nikel adalah contoh yang sangat nyata.
Penjualan nikel yang telah diolah di dalam negeri telah menghasilkan keuntungan
belasan kali lipat. Lebih tepatnya delapan belas kali lipat. Kalaulah penjualan
nikel mentah dihitung 16 triliun, setelah diolah untungnya menjadi 288 triliun.
Beda jauh lompatannya. Sekarang, Jokowi mulai memaksa bauksit untuk diproduksi
di dalam negeri untuk menambah keuntungan dari nikel. Ke depannya akan lebih
banyak lagi yang dikuasai oleh Negara Indonesia sendiri sehingga keuntungan
untuk Indonesia bisa sangat berlipat-lipat.
Leapfrog ini bukan tanpa risiko. Risikonya sangat besar,
yaitu seluruh elemen bangsa harus memberikan dukungan dan bersiap menghadapi
gempuran negara-negara lain yang merasa dirugikan oleh Indonesia. Leapfrog ini
memang tampak kejam karena menghentikan kebutuhan negara-negara lain, khususnya
Eropa Barat atas bahan mentah dari Indonesia. Akan tetapi, itu harus dilakukan
karena kepentingan dan kesejahteraan rakyat Indonesia adalah hal yang paling
utama. Kita harus berbagi dengan negara lain, tetapi kita sebagai pemilik sah
sumber daya alam harus mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment