Friday 23 December 2022

Lompatan Cebong Jokowi

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Dalam suatu pidato, Presiden RI Jokowi menggunakan istilah asing. Saya mendengarnya “lift rock”. Saya heran, pengen tahu apa sih artinya. Ternyata aneh, tidak nyambung dengan konteks kalimat pidato selanjutnya karena artinya adalah “angkat batu”. Setelah diperiksa lagi, ternyata frasa yang benar adalah “leapfrog”, ‘lompatan katak’. Saya salah dengar ternyata, maklum “listening” saya kurang bagus untuk bahasa Inggris karena memang sangat jarang menggunakan bahasa Inggris.

            Foto katak yang sedang melompat saya dapatkan dari Kumparan Com.


Lompatan Katak (Foto: Kumparan.Com)


            Jadi, yang benar adalah lompatan katak, bukan angkat batu atau lompatan cebong. Kalau saya gunakan judul dengan istilah lompatan cebong, itu karena para penyinyir suka nyinyir dengan istilah cebong, tetapi menggunakan gambar katak atau kodok. Aneh memang mereka, kurang pengetahuan. Cebong, katak, dan kodok adalah tiga hal yang berbeda. Akan tetapi, mereka biasanya mengatakan cebong dengan gambar katak atau kodok. Cebong itu cikal bakal katak, belum jadi katak. Gambar perubahan cebong menjadi katak saya dapatkan dari Twitter.


Perubahan dari cebong menjadi katak (Foto: Twitter)


            Nyinyiran cebong sendiri berasal dari Amien Rais yang partainya, Partai Umat, tidak lolos verifikasi di KPU. Partai ini tidak boleh ikut Pemilu.

            Dalam sebuah ceramah, Amien Rais berseru, “Kita ini sedang berhadapan dengan cebong-cebong politik!”

            Dari situlah kemudian banyak nyinyiran kepada pendukung Jokowi dengan kalimat ejekan “cebong”. Lalu, dibalas oleh pendukung Jokowi dengan istilah ejekan “Kadrun”, ‘kadal gurun’.

            Ya sudah, kalau tidak mau diejek, jangan mengejek. Kalau pengen mengejek, jangan sakit hati jika dibalas.

            Leapfrog atau lompatan katak ini digunakan dalam berbagai bidang pengetahuan, pembangunan, perang, dan percepatan ekonomi. Dalam beberapa penelitian, terdapat beberapa jenis katak yang mampu melompat sejauh 38 kali tubuhnya, bahkan ada yang mampu hingga mencapai 150 kali panjang tubuhnya dalam sekali loncat. Artinya, dalam satu kali lompatan, mampu melebihi gedung 35 lantai. Para peneliti meneliti bagaimana katak bisa melompat seperti itu, mulai kelenturan tubuh, bentuk kaki, hentakannya, dan sebagainya. Hasil penelitian itu digunakan pula dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi. Bahkan, dalam perang, Jenderal Mc Arthur menggunakan teori leapfrog ketika mengalahkan Jepang. Dia tidak melawan perang langsung menghadapi Jepang, tetapi memotong jalur distibusi makanan, senjata, dan logistik tempur Jepang. Dengan dihentikan pasokan makanan dan logistik lainnya, Jepang hanya menunggu waktu kekalahannya. Benar saja, Jepang kalah.

            Jokowi pun menggunakan teori ini. Setelah dia mempelajari negara-negara di kawasan Amerika Latin yang mengandalkan penjualan sumber daya alamnya, ternyata terus-menerus menjadi negara berkembang, tidak maju-maju. Berbeda dengan Taiwan dan Korea Selatan yang menggunakan teori Leapfrog. Taiwan fokus memproduksi chip dan Korea Selatan fokus memproduksi komponen-komponen digital. Sekarang, seluruh dunia sangat bergantung pada Taiwan dan Korea Selatan untuk chip dan komponen digital. Mereka menjadi negara yang sangat kaya.

            Jokowi pun menyerukan leapfrog ini. Tampaknya, dia menggunakan sawit, nikel, bauksit, timah, dan tembaga sebagai sumber daya untuk melakukan lompatan katak. Dengan menguasai sumber daya alam sendiri, Indonesia bisa melompat sangat jauh melebihi ukuran tubuhnya saat ini. Bahkan, bisa melebihi negara-negara maju saat ini jika konsisten, kuat, dan cerdas melakukannya. Keberhasilan menguasai nikel adalah contoh yang sangat nyata. Penjualan nikel yang telah diolah di dalam negeri telah menghasilkan keuntungan belasan kali lipat. Lebih tepatnya delapan belas kali lipat. Kalaulah penjualan nikel mentah dihitung 16 triliun, setelah diolah untungnya menjadi 288 triliun. Beda jauh lompatannya. Sekarang, Jokowi mulai memaksa bauksit untuk diproduksi di dalam negeri untuk menambah keuntungan dari nikel. Ke depannya akan lebih banyak lagi yang dikuasai oleh Negara Indonesia sendiri sehingga keuntungan untuk Indonesia bisa sangat berlipat-lipat.

            Leapfrog ini bukan tanpa risiko. Risikonya sangat besar, yaitu seluruh elemen bangsa harus memberikan dukungan dan bersiap menghadapi gempuran negara-negara lain yang merasa dirugikan oleh Indonesia. Leapfrog ini memang tampak kejam karena menghentikan kebutuhan negara-negara lain, khususnya Eropa Barat atas bahan mentah dari Indonesia. Akan tetapi, itu harus dilakukan karena kepentingan dan kesejahteraan rakyat Indonesia adalah hal yang paling utama. Kita harus berbagi dengan negara lain, tetapi kita sebagai pemilik sah sumber daya alam harus mendapatkan keuntungan yang jauh lebih  besar.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment