Thursday, 22 December 2022

Alih-Alih Takut, Jokowi Malah Nonjok, Paksa Dunia Patuh Kepadanya

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Indonesia telah kalah dalam sidang panel World Trade Organization (WTO) yang akibatnya Indonesia diwajibkan menjual kembali bijih nikel mentah ke luar negeri. Akan tetapi, Jokowi tidak mau kalah, dia perintahkan untuk banding dan sewa pengacara mahal tingkat Internasional untuk melawan Eropa. Dia tidak takut. Disangkanya bakal takut, menurut, dan menyerah pada Uni Eropa, Jokowi malah balas menonjok Eropa Barat. Dia malah menambah susah Eropa dengan menghentikan ekspor bauksit mentah ke luar negeri. Dia ingin menjualnya ke luar negeri setelah diolah di Indonesia.

Bauksit itu bahan mentah alumunium. Semua industri otomotif sangat membutuhkan bauksit. Jokowi sudah tidak mau lagi mendapatkan untung kecil. Dia ingin rakyat Indonesia sebagai pemilik sah bauksit yang mendapatkan untung besar.

Dengan arogan, Eropa Barat memaksa Indonesia menggali tambangnya untuk dijual kepada mereka dengan harga murah. Mereka mengalahkan Indonesia dalam sidang WTO, tetapi Indonesia bukannya takut. Jokowi malah semakin menonjok keras Eropa dengan melarang bauksit dijual ke luar negeri secara mentahnya mulai Juni 2023.

Foto Jokowi yang berbicara sangat tegas saya dapatkan dari Epaper Media Indonesia.


Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Foto: Epaper Media Indonesia)


Jokowi memaksa seluruh dunia yang membutuhkan nikel dan bauksit Indonesia untuk patuh pada keinginan dirinya. Mereka harus mematuhi aturan yang diberlakukan Indonesia. Mereka harus membangun smelter, pabrik, bayar pajak, mempekerjakan rakyat Indonesia, dan alih teknologi supaya Indonesia pada masa depan bisa mandiri. Bukan hanya pihak asing yang dipaksa patuh, melainkan pula pengusaha dan rakyat Indonesia sendiri.

Pengusaha Indonesia tampaknya ketakutan pada kebijakan Jokowi. Mereka meminta agar Jokowi memberikan waktu tambahan untuk mereka. Para pengusaha itu merasa tidak siap kalau hanya diberikan waktu enam bulan untuk membangun smelter dan mengolah sendiri bauksit untuk dijadikan alumina atau alumunium. Mereka meminta Jokowi menunda kebijakan penghentian ekspor bauksit tersebut.

Kalau menurut saya, para pengusaha di dalam negeri Indonesia ini sudah merasa terlalu nyaman dan kaya raya dengan hanya menjual bauksit mentah ke luar negeri dan merasa cukup dengan hal itu. Akan tetapi, dengan adanya pelarangan ekspor, mereka dipaksa untuk membangun smelter dan pabrik di dalam negeri karena mereka tidak bisa lagi menjual bauksit ke luar negeri. Jika mereka dipaksa untuk membuat industri bauksit di dalam negeri, rakyat akan tambah banyak yang bekerja dan akan tambah memahami hal ihwal pengolahan bauksit karena adanya alih teknologi. Dengan demikian, Indonesia akan mendapatkan banyak keuntungan, baik dari segi pendapatan, pembukaan lapangan kerja, dan alih teknologi.

Tampaknya, Jokowi tidak mau menunda keputusannya.

Kalau pengusaha Indonesia tidak siap, sampai kapan mereka siap?

Kalau ditunda terus, Indonesia tidak akan pernah siap untuk maju dan sejahtera, terus menjadi kuli bagi bangsa asing selamanya.

Kalau para pengusaha Indonesia tidak siap, paling yang hadir ke Indonesia adalah pengusaha asing, terutama pengusaha Cina beserta tenaga ahlinya. Jangan salahkan siapa-siapa jika akan semakin banyak perusahaan Cina dan tenaga kerja Cina yang berdatangan dan bekerja di Indonesia. Hal ini disebabkan para pengusaha dan rakyat Indonesia tidak sanggup dan tidak mampu mengikuti perkembangan zaman dan hanya merasa nyaman dengan penghasilan sehari-harinya. Tidak ada jalan bagi para pengusaha dan rakyat Indonesia, kecuali memaksa melengkapi dirinya dengan berbagai keterampilan dan kemauan untuk mengikuti zaman. Kalau pengusaha itu tidak mampu mandiri membuat industri bauksit, bisa membangun konsorsium, patungan beberapa perusahaan untuk mendirikan perusahaan yang lebih besar. Dengan demikian, mereka akan tetap bertahan dan menyerap banyak tenaga kerja. Jika tidak demikian, kita akan menjadi penonton perusahaan dan  tenaga kerja asing, terutama Cina yang bekerja di Indonesia karena keberanian dan keterampilannya dalam mengolah sumber daya alam Indonesia.

Sampurasun.

No comments:

Post a Comment