Sunday, 31 July 2016

Ulama Perancis Salah Besar

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Sungguh sangat menyedihkan ketika para ulama Kota Saint-Etienne-du-Rouvray, Perancis menolak memakamkan jasad Adel Kermiche yang masih berusia sembilan belas tahun. Penolakan para ulama itu pun disetujui oleh kaum muslimin di sana. Sikap para ulama itu sungguh sangat berlebihan. Hal itu mengakibatkan pemakaman pemuda tersebut menjadi urusan walikota setempat.

            Adel Kermiche adalah teroris yang telah berjanji setia kepada Isis, kemudian melakukan pembunuhan terhadap seorang pastor Katolik di sebuah gereja. Adel pun tewas ditembak oleh polisi Perancis.

            Para Ulama di sana menolak memakamkan pemuda Adel Kermiche karena tidak ingin selalu disangkutpautkan dengan para teroris dan Isis. Mereka melakukan hal itu tampaknya ingin menunjukkan kepada pemerintah Perancis dan dunia bahwa mereka pun sama-sama tidak setuju atas tindakan teror dan anti terhadap gerakan Isis. Itulah yang membuat mereka “mengenyahkan” Adel dari lingkungan mereka, termasuk jasadnya. Mereka sama sekali tidak ingin terlibat dalam urusan pemakaman Adel.

            Para ulama dan kaum muslim Perancis tampaknya tidak sadar bahwa mereka telah lebih memilih “dunia” dibandingkan “akhirat”. Mereka lebih memilih panggung kehormatan manusia dibandingkan keridhoan Allah swt. Mereka lebih memilih dihormati manusia dibandingkan mendapatkan cinta Allah swt. Mereka berupaya menyelamatkan muka mereka daripada melaksanakan hak dan kewajiban seorang muslim atas muslim lainnya. Sungguh sangat disayangkan. Mereka harus bertanggung jawab atas hal itu kelak di hadapan Allah swt.

            Adel Kermiche memang teroris dan telah melakukan tindakan yang teramat salah dalam pandangan manusia. Akan tetapi, Adel adalah tetap seorang muslim. Dia memiliki hak untuk diantarkan kaum muslim lainnya ke tempatnya dikubur dan kaum muslim lainnya pun memiliki hak untuk mengantarkannya ke tempatnya dikubur.  Itulah yang diajarkan Muhammad Rasulullah saw.

            Adel pun memiliki hak untuk didoakan agar diampuni dosanya dan mendapatkan keadilan hakiki dari Allah swt. Kaum muslim yang lain pun memiliki hak untuk mendoakan Adel sebagai sesama muslim. Saya mendapat kabar bahwa jika kita mendoakan kebaikan untuk orang lain, saat itu pun ada seribu malaikat yang mendoakan kebaikan untuk kita.

            Adel memang salah kata manusia karena kita tidak tahu alasan pembunuhan yang telah dilakukannya. Apakah dia membunuh hanya untuk senang-senang atau karena Sang Pastor telah melakukan penghinaan kepada Islam dan memprovokasi publik untuk anti terhadap Islam. Akan tetapi, Adel adalah muslim. Adel adalah saudara muslim yang telah khilaf dengan menempuh jalan yang salah. Dia memiliki banyak kebaikan dalam hidupnya dan memiliki pula kesalahan sepanjang hidupnya. Dia tetap akan diukur oleh Allah swt kelak di akhirat tentang kebaikan dan keburukannya.

            Sebejat apa pun kelakuannya, seburuk apa pun perilakunya, sepanjang dia  terikat dua kalimat syahadat tanpa melakukan penghinaan kepada para sahabat Rasul, dia adalah saudara bagi muslim lainnya. Sayangnya, dia adalah saudara yang melakukan kejahatan. Akan tetapi, dia tidak keluar dari keislamannya. Kesalahannya membunuh tidak membuatnya hilang hak dan kewajibannya sebagai seorang muslim, kecuali jika dia telah murtad dengan tidak mengakui Allah swt sebagai tuhannya dan mengingkari Muhammad saw sebagai Rasulullah.

            Memang beban para ulama dan kaum muslim Perancis sangat berat setelah negeri itu dan Eropa didera berbagai teror. Mereka kerap dikait-kaitkan dengan Isis dan teror lainnya. Hal itu membuat mereka tertekan dan cukup terintimidasi. Akan tetapi, itu adalah ujian dari Allah swt. Itulah risiko menjadi orang Islam yang selalu dicemburui, difitnah, dan dihina. Sesungguhnya, Allah swt memperhatikan bagaimana mereka menyikapi ujian tersebut dan dengan itu pula Allah swt memberikan penilaian terhadap mereka semua yang nilai itu akan dibuka diakhirat kelak sebagai pahala yang tiada tara.

            Risiko yang harus mereka tanggung dan beban yang harus mereka derita merupakan risiko dan beban kaum muslim seluruh dunia, termasuk kita yang berada di Indonesia. Kita sedang diuji Allah swt dengan hal-hal itu dan Allah swt selalu memperhatikan kita setiap hari, baik kita sedang terjaga maupun sedang tidur. Allah swt tak pernah meninggalkan kita.

            Seharusnya, para ulama dan kaum muslim Perancis tetap melaksanakan hak dan kewajiban muslim atas muslim lainnya. Adel adalah tetap seorang muslim. Cemoohan, makian, dan tuduhan orang-orang kafir adalah ujian yang harus diterima dan disikapi dengan sangat bijak sehingga Allah swt akan memberikan pahala yang sangat besar. Adalah hal yang teramat baik jika kaum muslim Perancis tetap menguburkan Adel Kermiche. Malahan, upacara pemakaman itu dapat menjadi ajang contoh yang bisa dipertontonkan kepada publik Perancis bahwa Adel adalah saudara muslim yang telah melakukan kesalahan dan hal yang telah terjadi kepada Adel tidak perlu diikuti dan tidak harus terjadi pada kaum muslim lainnya. Kaum muslim Perancis dengan warga lainnya hendaknya dapat hidup saling menghargai, menghormati, dan tetap bekerja sama dengan harmonis dalam ketertiban dan kedamaian penuh kasih sayang.

            Kalaulah kaum muslim Perancis tetap mendapatkan hinaan dan cemoohan, sesungguhnya itu adalah ujian dari Allah swt. Itulah risiko yang harus ditanggung sebagai muslim. Itu pula yang akan menambah tiket masuk ke dalam Surga Allah swt yang menyenangkan. Surga itu mahal, penuh risiko, dan harus dibeli dengan susah payah, kerja keras, kebesaran hati, kepedihan, dan beban-beban yang harus ditanggung. Kalau tidak mau menjalani berbagai kesukaran untuk mendapatkan surga, tidaklah perlu menjadi seorang muslim karena Allah swt tidak membutuhkan kalian. Keluarlah dari Islam dan jadilah kafir, lalu nikmatilah hidup sebagai seorang kafir dan tanggung pula berbagai risiko hidup sebagai orang kafir, baik di dunia maupun di akhirat. Kalau masih mau menjadi muslim dan mendapatkan surga, laksanakanlah hak dan kewajiban muslim atas muslim lainnya, apa pun risikonya dan seberat apa pun beban yang harus ditanggung.


Kebahagiaan untuk Indonesia

Sebagai bangsa Indonesia, kita wajib bersyukur karena setiap muslim selalu melaksanakan hak dan kewajiban muslim atas muslim lainnya. Seberat apa pun kesalahan seorang muslim dan sekeji apa pun perbuatannya, dia tetap mendapatkan hak untuk dikuburkan sebagai muslim dan didoakan sebagai saudara sesama muslim. Para teroris, pengedar narkoba, pembunuh keji, pemerkosa, dan lain sebagainya, tetap diantarkan menuju kuburnya dan mendapatkan doa-doa untuk diampuni dan diterima kebaikannya oleh Allah swt. Terserah Allah swt yang akan melakukan tindakan-Nya kepada mereka.

            Demikian pula para penjahat lain yang tidak beragama Islam. Mereka pun mendapatkan haknya sebagai anggota dari agamanya meskipun telah dibunuh karena telah melakukan pelanggaran hukum. Mereka tetap dihormati karena mereka “dianggap” telah “membayar” kejahatan yang mereka lakukan dalam hidupnya. Tak ada lagi orang yang memusuhinya karena dia telah meninggal yang sekaligus menghentikan berbagai kejahatannya sendiri.

            Tak ada gunanya memaki orang yang telah meninggal. Tak ada manfaatnya memusuhi orang yang sudah tak bernyawa.

            Amatlah indah jika kaum muslim Indonesia yang berada di Perancis dapat mengingatkan saudara-saudaranya sesama muslim untuk melaksanakan hak dan kewajiban muslim atas muslim lainnya, termasuk kepada Adel Kermiche. Kalau bisa, jadikanlah kearifan lokal Indonesia mengenai penguburan jenazah sebagai contoh bagi kaum muslim Perancis. Tak akan ada yang menuduh kaum muslim Indonesia sebagai kaum teroris di Perancis karena sesungguhnya dunia jika jujur, sangat mengetahui bahwa Indonesia adalah negeri paling toleran dan paling ramah di dunia serta sangat membenci terorisme.  Insyaallah.




Saturday, 30 July 2016

Rusuh di Tanjung Balai Tanda Kurang Kontrol Diri

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Huru-hara atau kerusuhan di Tanjung Balai, Sumatera Utara itu sungguh memalukan bagi bangsa Indonesia yang memiliki nilai-nilai dan budaya yang luhur. Ketinggian budaya dan nilai itu sesungguhnya sudah sejak berabad lalu diajarkan para leluhur Indonesia. Kerusuhan yang tidak perlu merupakan pertanda bahwa masih banyak orang Indonesia yang tidak menghargai wasiat leluhurnya untuk selalu hidup damai, aman, dan harmonis.

            Sesungguhnya, ada banyak hal yang tidak matching dengan nilai-nilai toleransi dari kasus tersebut. Kita memang tidak mengetahui secara detail kerusuhan tersebut. Pengetahuan kita hanya berdasarkan berita yang beredar di sana-sini. Berdasarkan berita-berita tersebut, ada beberapa hal yang mereka lewatkan dalam menyelesaikan permasalahan.

            Pertama, Meliana seorang keturunan Cina yang tinggal dekat sekali dengan masjid merasa terganggu oleh volume suara adzan. Dia minta dikecilkan pada Nazir yang berada di masjid tersebut. Menurut Nazir, Meliana sudah berulang kali meminta hal tersebut. Permintaan Meliana tersebut menimbulkan cekcok mulut di antara mereka. Entah apa yang mereka katakan dalam cekcok tersebut sehingga semakin memanas dan meluas.

            Saya melihat Meliana sama sekali kurang bijak dalam meminta pengurus masjid untuk mengecilkan volume. Hal itu disebabkan bahwa adzan itu hanya sebentar, tidak sampai setengah jam. Mungkin lima menit juga tidak. Seharusnya, dia bersabar karena hanya sebentar dan di sana ada banyak mayoritas muslim dan pribumi asli. Sementara itu, dia bukan muslim dan keturunan Cina. Dengan demikian, Meliana kurang bijak dalam bersikap. Dia seolah-olah bersikap “menantang”. Bersikap sabar adalah sudah seharusnya yang dia lakukan sesuai dengan pepatah di mana Bumi dipijak, di sana langit dijunjung. Artinya, setiap pendatang dan bukan warga pribumi asili wajib hukumnya menghormati adat, budaya, dan agama mayoritas di tempat dia tinggal.

            Kedua, kesalahan Meliana adalah meminta secara langsung pada pengurus masjid untuk mengecilkan volume adzan. Seharusnya, dia berbicara dulu kepada RT, RW, atau tokoh masyarakat setempat agar ada orang yang menjembatani keinginannya sehingga pembicaraan bisa berlangsung lebih tenang dan mudah dipahami. Sekali lagi, dia seharusnya sadar bahwa dirinya bukan muslim dan keturunan Cina. Hal itu merupakan kenyataan yang mudah sekali menimbulkan resistensi. Jika dia berbicara melalui pengurus daerah setempat, mungkin kejadiannya tidak seperti itu. Dia bisa meminta pada pejabat setempat agar berbicara pada pengurus masjid supaya volume adzan bisa dikecilkan karena, misalnya, dia sedang sakit atau ada keluarganya yang sedang sakit dan perlu istirahat lebih banyak sesuai anjuran dokter. Akan tetapi, permintaan itu harus hanya ketika ada yang sakit, tidak selamanya. Hal itu disebabkan adzan itu diperlukan setiap hari dalam volume tinggi agar dapat lebih jauh menjangkau kaum muslimin untuk segera melakukan shalat.

            Ketiga, bisa jadi memang volume adzan di masjid itu terlalu keras dan tinggi sehingga benar-benar mengganggu. Volume adzan yang terlalu tinggi melalui pengeras suara memang kerap mengganggu dan menyakitkan gendang telinga siapa pun. Jadi, bukannya lantunan indah adzan yang terdengar, melainkan teriakan muadzin yang membuat telinga bising bukan main. Jika memang terlalu tinggi dan berlebihan, bukan hanya mengganggu, melainkan pula merusakkan sound system sekaligus pengeras suaranya. Suara yang keluar dari pengeras suara itu menjadi pecah dan tidak terdengar dengan indah. Ini adalah kesalahan dari pengurus masjid kalau seperti itu.

            Saya juga pernah merasa terganggu oleh volume masjid yang terlalu keras dan keterlaluan. Hal yang saya alami memang bukan adzan, melainkan muhasabah dari sebuah masjid dengan suara yang terlalu keras dan dilaksanakan hampir setiap malam sekitar pukul 01.30 s.d. 03.00 dini hari. Acara itu pun dilakukan mereka sambil menangis. Jadi, suara yang keluar dari speaker pecah, terlalu tinggi, dilaksanakan ketika orang-orang sedang tidur, kata-kata yang keluar dari pengeras suara itu pun sangat tidak jelas karena sambil menangis.

            Untuk mengatasi hal itu, beberapa warga yang merasa terganggu seperti saya, berbicara kepada RT, RW, dan tokoh masyarakat setempat. Mereka pun mendatangi masjid tersebut yang memang selalu penuh dengan jamaah. Hasilnya, sangat baik. Mereka tetap bermuhasabah tanpa menggunakan pengeras suara lagi. Orang-orang yang sedang tidur pun tidak terganggu. Jadi, acara terus berjalan dan warga yang tidak ikutan acara tetap bisa tenang istirahat. Hal yang sangat penting adalah tidak ada huru-hara yang terjadi. Semua orang tetap bisa saling menghormati dan menghargai.

            Keempat, cekcok mulut antara Nazir dan Meliana bisa jadi melebar ke mana-mana, malah mungkin menjurus ke persoalan Sara yang sudah tidak ada hubungannya lagi dengan volume sound system. Kita memang tidak tahu apa yang dikatakan mereka. Akan tetapi, seharusnya jika ada yang telah melakukan penghinaan soal Sara, jangan dibalas lagi. Segera laporkan pada polisi karena Indonesia memiliki undang-undang tentang itu. Kalau Meliana yang mulai menghina soal Sara, Nazir lebih baik diam, lalu laporkan pada polisi. Demikian pula sebaliknya, kalau Nazir yang mulai berulah, Meliana tidak perlu banyak tingkah. Segera laporkan pada polisi. Pihak kepolisian pun harus bertindak secepat mungkin dan tidak boleh menanggapi laporan semacam itu dengan “santai” karena bisa memicu huru-hara. Sepertinya, baik Nazir maupun Meliana kurang kontrol terhadap hal itu sehingga cekcok meluas menjadi huru-hara yang membuat Kapolri turun tangan.

            Kelima, kaum muslimin sebagai mayoritas seharusnya sudah jangan mau lagi diadu domba oleh celotehan-celotehan di Medsos. Seharusnya, kaum muslimin bisa lebih tenang dan menenangkan saudara-saudaranya. Protes boleh, demonstrasi boleh, tetapi kalau sudah terjadi pengrusakan, penjarahan, dan pembakaran, itu berlebihan. Kalaulah celotehan di Medsos itu adalah benar, segera lapor polisi dan dorong polisi untuk bertindak cepat agar situasi yang mungkin akan menjadi tidak terkendali bisa lebih dini dicegah. Kalau polisi dipandang tidak adil dan tidak bekerja cepat, yang harus disalahkan adalah polisi karena itu adalah kelalaian mereka, bukan mencari jalan lain dengan melakukan hal-hal yang tidak perlu.

            Hal yang sangat berbahaya adalah seperti yang sudah sering saya tulis bahwa banyak celotehan di Medsos yang memang bertujuan membuat huru-hara dan kerusuhan untuk menciptakan berita bahwa kaum muslimin Indonesia adalah intoleran. Mereka sengaja melakukannya. Mereka sepertinya jumlahnya banyak, tetapi sebenarnya hanya segelintir orang. Mereka membuat banyak akun di Medsos dengan nama yang berbeda-beda, padahal cuma itu-itu saja. Sering pula mereka membuat postingan yang seolah-olah sedang berdebat antara muslim dan nonmuslim, padahal perdebatan itu cuma “ngarang”. Dia yang menghina Islam, dia juga yang membela Islam sambil menghina agama lain agar orang lain ikut terpancing. Kalau sudah orang lain ikut terpancing, dia mundur dan membiarkan orang lain yang terpancing itu berdebat. Dia senang bukan main, kemudian membuat lagi “perdebatan” untuk memancing pertengkaran pada tempat lain. Mereka sering melakukan hal itu.

            Adik laki-laki saya pernah mencoba menghina Islam “habis-habisan” sehingga menjadi anggota grup atau forum mereka di Medsos. Adik saya mencoba mencari tahu untuk apa mereka melakukan hal itu yang pasti bisa memicu huru-hara. Ternyata, para pembuat provokasi di Medsos itu hanya mencari “uang”. Adik saya berceritera bahwa ada di antara para provokator itu yang mulai “letih” dengan harus memposting berbagai hujatan bernuansa Sara. Beberapa di antara mereka mulai capek karena harus terus-menerus melakukan hal itu. Entah kenapa. Akan tetapi, ketika Adik saya menanyakan apa yang mereka dapatkan dari kelakuannya itu, ternyata mereka mengaku mendapatkan uang. Ternyata ada pihak yang membayar mereka. Bayarannya adalah Rp750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) per bulan. Eh … itu tiga tahun yang lalu. Entah sekarang mereka dibayar berapa setiap bulan. Mungkin honor mereka tambah naik. Yang adik saya tidak tahu adalah siapa yang membayar mereka dan mengapa mereka seolah-olah “tidak bisa berhenti” meskipun sudah mulai capek bikin fitnah di Medsos.

            Jangan mudah terprovokasi Medsos karena bisa jadi kalian sedang dipermainkan. Kalau kita punya masalah yang bisa menjurus ke pertikaian Sara, lapor polisi. Biarkan polisi bekerja karena salah satu pekerjaan mereka adalah untuk mengurus hal-hal seperti itu. Daripada kita sendiri yang harus bikin “perhitungan” terhadap mereka, lebih baik polisi yang menanganinya.

            Dengan mencoba memahami rusuh di Tanjung Balai, kita bisa lebih bijak dan arif jika menemukan masalah yang sama pada masa-masa selanjutnya di tempat-tempat lain. Libatkan tokoh masyarakat dan aparat hukum untuk mengatasinya agar tidak meluas menjadi huru-hara yang memalukan bangsa Indonesia.   


Gangguan Gaib

Kalau Meliana merasa terganggu, sakit, marah, dan kesal ketika mendengar suara adzan, harus disembuhkan dengan menggunakan metode ruqyah. Hal itu disebabkan memang ada banyak orang yang merasa gelisah ketika mendengar adzan. Hal yang pertama mereka rasakan adalah telinga yang terasa sakit, lalu kesal di dada, yang kemudian menjadi kemarahan. Itu tandanya ada gangguan gaib dalam diri mereka. Tubuh mereka menjadi inang jin kafir. Jin-jin itu hidup di dalam tubuh mereka, makan di dalam tubuh mereka, berak dan kencing di tubuh mereka pula, dan benar-benar menguasai hidup mereka. Orang-orang yang terkena gangguan ini banyak dan terdiri atas berbagai agama, termasuk Islam.

            Saya pernah punya teman perempuan yang selalu sakit telinga jika mendengar adzan dan mendengar orang yang sedang mengaji. Dia ingin sembuh. Oleh sebab itu, kalau bertemu dengan saya, dia selalu berusaha duduk lebih dekat pada saya dan ingin saya berceritera tentang “orang-orang baik”, misalnya, sahabat Nabi Muhammad saw, para syekh, para wali, dan orang-orang soleh lainnya. Dia merasa senang dan tenang kalau saya sedang berceritera. Dia sering Curhat selalu sakit gendang telinga jika mendengar adzan dan mendengar orang mengaji. Saya bukan ahlinya, tetapi saya coba sedikit-sedikit membiasakan dia untuk mengucapkan dzikir-dzikir yang mudah sekali-sekali. Sayang sekali, dia keburu ditangkap polisi karena melakukan pemerasan pada pejabat Depag dan sampai sekarang belum pernah ketemu lagi. Kacau.


            Mungkin Meliana juga mengalami hal yang sama, terkena gangguan gaib. Kalau benar begitu, dia harus disembuhkan dan tidak ada cara lain untuk mengobatinya, kecuali ruqyah syar’i.  Kasihan dia.

Thursday, 28 July 2016

Tidak Ada Alasan Menghentikan Hukuman Mati


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Jika hukuman mati sudah ditetapkan, jika palu hakim sudah diketok, hukuman mati itu sesegera mungkin harus dilaksanakan dengan tenang dan percaya diri. Indonesia tidak perlu banyak mendengar mereka yang tidak setuju hukuman mati. Banyak sekali negara di dunia ini yang menentang Indonesia dalam hal hukuman mati. Bahkan, PBB mengkhawatirkan banyaknya hukuman mati di Indonesia. Kritikan-kritikan itu tidak perlu ditanggapi serius, biasa saja. Justru kita harus berbangga diri bahwa Indonesia adalah negara yang sedang serius berusaha membuat rakyat dan negerinya aman dari kejahatan-kejahatan besar dan itu merupakan kemuliaan. Kita harus menunjukkan diri sebagai negara yang tidak menolerir kejahatan-kejahatan keji. Hal itu akan membuat para penjahat dan siapa pun yang ingin merusakkan kehidupan Indonesia berpikir ulang untuk membuat masalah di Indonesia.

            Mungkin banyak yang berpendapat bahwa hukuman mati itu adalah sebuah kemunduran dalam dunia hukum. Saya ingatkan bahwa soal maju-mundur, maju-mundur, cantik-cantik itu hanyalah soal persepsi. Boleh orang mengatakan bahwa hukuman mati adalah sebuah kemunduran. Akan tetapi, bagi saya dan juga bagi banyak orang lainnya, hukuman mati adalah sebuah kemajuan dalam hukum. Saya bukan ahli hukum. Saya hanya manusia yang punya rasa ingin adil dan hidup aman. Hukuman mati adalah sebuah kemajuan bagi bangsa Indonesia yang menunjukkan keberanian untuk memerangi dan menghentikan kejahatan-kejahatan besar yang pantas mendapatkan hukuman mati. Hukuman mati pun merupakan kemajuan dalam memberikan rasa adil kepada para korban dan keluarga korban dari para pelaku kejahatan. Hukuman mati pun merupakan kemajuan dalam kesadaran berpikir bahwa kita, bangsa Indonesia, harus menyiapkan generasi penerus bangsa yang terbebas dari pengaruh Narkoba dan kejahatan lainnya.

            Benar bahwa hukuman mati tidak menghentikan dengan serta merta kejahatan-kejahatan itu. Akan tetapi, kita telah menunjukkan diri sebagai pembenci kejahatan-kejahatan besar itu dan menghalangi agar tidak terjadi lagi. Kejahatan-kejahatan itu tidak pernah berhenti, tetapi kita harus tegas memeranginya. Ini adalah dunia yang selalu ada pihak yang jahat dan pihak yang baik. Kalau semuanya jahat, namanya neraka. Kalau semuanya baik, namanya surga. Kita harus berada pada pihak yang baik, “para pemburu surga”.

            Kalau ada yang bilang bahwa hukuman mati itu “percuma” karena tidak menimbulkan efek jera yang maksimal dan tidak menghentikan perbuatan-perbuatan jahat, sebaiknya katakan saja kepada mereka bahwa “makan” itu adalah “percuma” karena akan lapar lagi lapar lagi. Jadi, makan sama sekali tidak menghentikan rasa lapar. Itu adalah kehidupan. Kalau lapar, ya makan. Kalau ada kejahatan besar, ya hukum mati. Begitu saja kok repot.

            Kalau tidak ingin dihukum mati, ya jangan melakukan kejahatan itu. Kalau tidak ingin ada hukuman mati, ya harus menyadarkan dan mengampanyekan kesadaran kepada masyarakat untuk tidak melakukan kejahatan.

            Negara lain, bahkan PBB boleh menganggap Indonesia masih menggunakan hukum yang terbelakang karena menggunakan hukuman mati. Sebaliknya, kita pun boleh memaki mereka sebagai negara-negara terbelakang karena masih terjebak dalam rasisme, xenophobia (ketakutan terhadap orang asing), dan Islamphobia (ketakutan terhadap Islam). Keterbelakangan mereka justru membuat banyak kemarahan, ketimpangan, terorisme, dan kasus-kasus kekerasan, bahkan pembunuhan di negara mereka sendiri. Jadi, tidak perlu rendah diri jika disebut terbelakang karena sebenarnya kita sedang maju, malahan mereka sendiri yang sedang membuka keterbelakangan dirinya sendiri tanpa rasa malu.

            Bahkan, kalau mau, kita bisa mengejek mereka dengan menggunakan “teori konspirasi” bahwa siapa pun dan negara mana pun yang tidak menginginkan Indonesia menjalankan hukuman mati terhadap para pengedar Narkoba adalah pihak-pihak yang tidak ingin melihat Indonesia menjadi besar sejak dulu. Mereka memasukkan “barang-barang haram” itu ke dalam Indonesia agar Indonesia kehilangan generasi muda yang sehat, kuat, beriman, bertakwa, dan berprestasi. Oleh sebab itu, mereka sangat kesal karena kaki tangan dan antek-antek mereka ditangkap, kemudian dihukum mati di Indonesia. Mereka kesal dan kecewa karena mereka kalah, kemudian menggunakan dagangan politik “hak azasi manusia” untuk mendiskreditkan Indonesia karena telah memberlakukan hukuman mati bagi antek-antek mereka.

            Bukankah mereka yang dihukum mati itu mayoritas adalah warga negara asing?

            Bisa begitu kan kita mengejek mereka?

            Kenapa tidak bisa dan tidak boleh?
           


Wednesday, 27 July 2016

Tidak Ada Anjuran Membunuh Yahudi

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Beberapa waktu lalu ada beberapa orang Inggris dan Amerika Serikat yang mengatakan kepada saya lewat youtube bahwa Al Quran menyuruh umat Islam untuk membunuh Yahudi. Bahkan, ada yang berkata bahwa dirinya ingin menjadi orang Islam, tetapi dia mempunyai teman Yahudi dan dia tidak mau bermusuhan dengan temannya dan tidak mau membunuh temannya itu.

            Saya balik bertanya, “Siapa bilang Al Quran menyuruh umat Islam membunuh Yahudi?”

            Ada pula yang mengatakan bahwa umat Islam tidak akan mampu mengalahkan Yahudi.

            Saya balik bertanya, “Untuk apa mengalahkan Yahudi?”

            Ketika saya tanya dari mana mereka mendapatkan informasi semacam itu, mereka bilang dari Al Quran. Ketika saya uji mereka untuk menunjukkan surat apa dan ayat berapa dalam Al Quran yang memerintahkan untuk membunuh dan mengalahkan Yahudi, mereka pun terdiam dan tidak dapat menunjukkan surat dan ayatnya.

            Hal tersebut jelas menunjukkan gencarnya para pembenci Islam menginformasikan Islam di dunia Barat secara salah. Saya berupaya menjelaskan bahwa tidak ada satu surat dan satu ayat pun yang memerintahkan kaum muslimin untuk membunuh Yahudi. Kaum muslimin justru harus dapat hidup berdampingan dengan siapa saja sepanjang kaum-kaum yang lain bersedia hidup saling menghormati dan menjaga hubungan dengan baik. Berbeda halnya jika kaum-kaum yang lain melancarkan permusuhan dan makar terhadap Islam dan kaum muslimin, maka umat Islam akan memeranginya. Siapa pun itu, dari bangsa mana pun mereka, agama apa pun mereka, termasuk orang Islam sendiri pun wajib diperangi jika melakukan kerusakan dan kekacauan dalam kehidupan.

            Jika kaum Yahudi dapat hidup dengan kaum muslimin secara baik dan saling menghargai, toleran, serta saling menghormati, kaum muslimin pun harus bersikap sama, bahkan harus mampu lebih baik. Akan tetapi, jika kaum Yahudi melakukan berbagai kecurangan dan kejahatan kepada kaum muslimin, mereka pun pasti akan dimusuhi.

            Dari sejak zaman Nabi Muhammad saw, tidak pernah ada perintah untuk membunuh Yahudi. Bahkan, banyak di antara orang-orang Yahudi menjadi orang Islam. Lebih jauh lagi, beberapa di antara mereka menjadi orang kepercayaan Nabi saw. Shofia binti Hunayn pun asalnya Yahudi yang kemudian menjadi muslim dan menjadi istri Nabi Muhammad saw yang kemudian hidup selama lima puluh tahun lagi sejak Nabi wafat. Dia meninggal dalam keadaan tetap sebagai muslim.

            Kalaupun saat ini kaum muslim memusuhi kaum Yahudi, itu disebabkan perilaku buruk Israel terhadap orang-orang Palestina. Negara mereka telah melakukan penjajahan kepada warga dan tanah air Palestina. Khusus bagi Indonesia, Israel dan Yahudi dianggap musuh karena melakukan kejahatan penjajahan tersebut. Orang Indonesia sangat membenci penjajahan. Jadi, permusuhan kepada Yahudi dan Israel bukanlah karena ada perintah untuk membunuh dalam Al Quran, melainkan karena perilaku Yahudi dan Israel sendiri yang memicu permusuhan. Dengan demikian, hubungan antara muslim dan Yahudi sangat ditentukan oleh sikap Yahudi sendiri. Jika kaum Yahudi bersedia hidup berdampingan dan saling menghormati, kaum muslimin pun akan melakukan hal yang sama. Jika kaum Yahudi masih selalu melakukan hal-hal yang buruk dan jahat, kaum muslimin pun akan memusuhinya. Indonesia pun akan terus memusuhinya karena Pembukaan UUD 1945 menyatakan kebencian terhadap perilaku penjajahan oleh siapa pun, bukan hanya oleh Israel.

            Is that clear?

            Memang orang Islam harus membenci agama Yahudi dan seluruh agama apa pun. Orang Islam hanya harus mencintai Islam dan membenci agama di luar Islam. Hal itu disebabkan agama apa pun di luar Islam adalah salah besar serta sesat dan menyesatkan. Hal yang harus sangat dibenci adalah agamanya atau keyakinannya, bukan orangnya, bukan manusianya. Secara keyakinan, ya benar Islam wajib membenci agama di luar Islam. Akan tetapi, secara hubungan sosial, Islam mengharuskan setiap pemeluknya untuk tetap menjalin kerja sama yang baik dan hubungan yang harmonis. Apabila penganut agama lain berbuat baik dan menjaga perdamaian dengan kaum muslimin, tetapi orang Islam tidak melakukan hal yang sama, bahkan merusakkan hubungan baik, hukumannya adalah dosa. Artinya, kaum muslimin harus menjaga ketertiban, kedamaian, dan keharmonisan sepanjang kaum-kaum yang lain pun melakukan kebaikan tersebut.  Akan tetapi, jika kaum muslimin dicurangi dan atau diperlakukan buruk, permusuhan dan perang adalah sesuatu hal yang “dibolehkan” oleh Allah swt, bahkan pada kondisi tertentu perang itu menjadi wajib dan yang tidak ikut berperang adalah para pendosa.

            Tak ada perintah untuk membunuh Yahudi, memusuhi Yahudi, dan memerangi Yahudi jika para Yahudi berkecenderungan berbuat baik, tetapi jika terus berbuat jahat, permusuhan dengan kaum muslim pun akan terus berlangsung. Semuanya bergantung Yahudi sendiri, mau damai atau terus bermusuhan.

            Kalau Yahudi mau berdamai, itu sangat bagus.

            Kalau Yahudi mau terus bermusuhan pun, tetap sangat bagus.

            Tak ada keburukan bagi seorang muslim, semuanya selalu baik. Ketika mendapat kemenangan, dia akan bersyukur. Syukur adalah kebaikan. Ketika mendapatkan musibah dan kesulitan, dia akan bersabar. Sabar pun adalah kebaikan bagi dirinya.

            Jadi, mau damai atau perang sama saja bagi orang beriman. Keduanya mengandung kebaikan.

            Mau damai atau perang?

            It’s up to you, Jews!


Tuesday, 26 July 2016

Pembebasan WNI Bukti Persaudaraan dan Toleransi

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Penculikan WNI oleh penjahat yang menanamakan dirinya Abu Sayyaf yang kemudian para korbannya diselamatkan oleh pemerintah Indonesia dan elemen masyarakat lainnya merupakan bukti yang tidak bisa terbantahkan bahwa Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi ukhuwah wathaniyah, ‘persaudaraan sebangsa dan setanah air’. Hal itu pun merupakan perwujudan toleransi yang sudah menjadi ciri khas bangsa Indonesia sejak ratusan ribu tahun lalu. Dengan demikian, sangat bodoh dan tolol orang-orang yang suka saling hina atas dasar agama, suku, dan kelompok. Agama yang satu menghina agama yang lain, suku yang satu menghina suku lain, kelompok yang satu menghina kelompok lainnya. Saling hina dan saling maki dengan bahasa-bahasa kotor itu merupakan kebodohan dan ketololan yang tiada tara.

            Orang Indonesia “terlarang” untuk saling ejek tentang hal-hal itu. Allah swt sudah jelas melarang umat Islam untuk menghina agama lain. Apabila ada umat Islam yang menghina suatu agama di mana saja, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, seharusnya penganut agama yang dihina oleh seorang muslim mengingatkannya tentang larangan bagi umat Islam untuk menghina agama orang lain. Biar dia malu sendiri. Apabila tidak berhenti juga menghina agama lain, seharusnya segera dilaporkan pada polisi karena kita memiliki undang-undang yang mengatur hal itu. Jangan melakukan perlawanan dengan membalas hinaannya karena itu tidak produktif dan menunjukkan bahwa kalian sama bodoh dan tololnya. Demikian pula sebaliknya, apabila ada nonmuslim menghina agama Islam, sebaiknya ingatkan dia bahwa sebagai bangsa Indonesia diharuskan untuk hidup rukun, saling menghormati, dan saling menghargai. Kalau ada persoalan hukum semisal pendirian rumah ibadat, jangan menjadi bahan untuk pertengkaran. Seharusnya, selesaikan saja dengan menggunakan hukum positif yang ada. Apabila nonmuslim tidak mau berhenti dari menghina Islam, seharusnya segera dilaporkan pada polisi agar tidak ada lagi yang melakukan hal itu. Dengan demikian, kita menjadi terlatih untuk hanya menggunakan bahasa-bahasa yang santun dan penuh dengan perdamaian. Jangan lantas dibalas lagi dengan hinaan yang sama karena hal itu menunjukkan bahwa kalian sama-sama bego.

            Saya beberapa kali mengingatkan orang Islam dalam berbagai media sosial agar tidak melakukan penghinaan kepada agama lain. Pernah pula saya mengingatkan nonmuslim agar berhenti melakukan penghinaan itu. Saya ingatkan bahwa setiap Hari Raya Idul Qurban setiap nonmuslim mendapatkan pula hak menikmati daging Qurban dan mereka tetap hidup terlindungi dalam masyarakat yang mayoritas Islam.

            Pembebasan WNI oleh pemerintah dan eleman masyarakat lainnya menunjukkan bahwa perbedaan agama itu bukanlah dasar untuk bertindak. Penganut agama apa pun yang diculik, sepanjang warga negara Indonesia, wajib dan akan diselamatkan. Para korban penculikan yang nonmuslim pun tetap ditolong tanpa membeda-bedakan perlakuan terhadap yang muslim. Pihak yang menolong korban penculikan adalah aparat yang mayoritas muslim. Para polisi, tentara, pemerintah, dan elemen masyarakat yang membantu pun 90% beragama Islam. Mereka yang ikut terlibat dalam upaya itu sama sekali tidak melebih-lebihkan seorang muslim dibandingkan nonmuslim. Semuanya sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah dan elemen-elemen bangsa Indonesia sudah sangat arif dan bijak dalam hal bertoleransi dan memperkuat rasa persaudaraan sebangsa dan setanah air.

            Adalah hal yang teramat bodoh dan tolol jika masih ada orang-orang yang mempertengkarkan perbedaan agama di Indonesia ini. Kalau di luar negeri, terutama di Barat kebodohan dan ketololan itu merupakan kebiasaan. Sampai hari ini mereka masih melakukan kebodohan dan ketololan itu. Mereka masih terjebak dalam rasisme dan sentimen keagamaan yang menyebabkan banyak kemarahan, terorisme, dan pembunuhan individual. Rasisme sebenarnya sudah diminimalisasi oleh Muhammad saw 1.400 tahun yang lalu dan Alhamdulillah negeri-negeri muslim sudah terbebas dari rasisme. Bahkan, di Indonesia tidak pernah ada rasisme. Di negeri-negeri barat mereka masih sangat terbelakang mengenai persoalan rasisme dan perbedaan agama itu. Mereka masih menganggap sekelompok manusia lebih tinggi dibandingkan lainnya dan sekelompok manusia lebih berhak untuk hidup lebih tinggi dan makmur di negaranya dibandingkan sekelompok warga lainnya. Apalagi free speech, ‘kebebasan berbicara’, yang mereka anut sama sekali tidak dibatasi. Artinya, mereka sangat bebas berbicara apa saja termasuk melakukan penghinaan dan ejekan pada orang lain.

            Indonesia jauh lebih mulia dan lebih luhur daripada itu. Kita tidak perlu ikut-ikutan dengan kebodohan dan ketololan mereka. Kita adalah kita. Kita mulia karena kita sendiri. Kitalah yang harus memberi contoh pada dunia bahwa hidup itu adalah untuk saling berbagi dan tidak perlu menyingkirkan orang lain hanya karena orang lain berbeda dengan kita. Kita tidak boleh bebas berbicara semau-mau kita. Kebebasan berbicara di negara kita harus dibatasi hanya untuk hal-hal positif, untuk perbaikan kehidupan pada masa-masa selanjutnya, serta tidak untuk bersenang-senang menghina dan mengejek orang lain.


            Sebagai negeri yang mayoritas beragama Islam, kita harus membumikan ajaran Allah swt bahwa kemuliaan dan ketinggian derajat manusia itu bukan disebabkan warna kulit, keturunan, daerah tempat tinggal, atau jumlah harta benda, melainkan karena ketakwaannya kepada Allah swt. Semakin takwa orang itu semakin mulialah dia. Seorang yang takwa akan dengan sendirinya meningkat derajatnya di muka Bumi ini, baik di hadapan manusia maupun di hadapan Allah swt. Insyaallah. 

Sunday, 24 July 2016

Filipina Kurang Ustadz

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Dengan mencermati percakapan via telepon antara juru bicara Abu Sayyaf dengan wartawan MetroTv yang ditayangkan MetroTv, kita bisa melihat kekacauan berpikir dan kesemrawutan cara bicara dari juru bicara tersebut. Hal itu memperlihatkan mereka tidak memiliki landasan berpikir yang jelas untuk bertindak dengan baik secara masuk akal.

            Hal yang sungguh sangat membingungkan adalah mereka mengakui melakukan penculikan dan penahanan terhadap warga Negara Indonesia (WNI) dan menegaskan meminta uang tebusan. Apabila permintaan mereka tidak dipenuhi, mereka akan memenggal kepala para sandera. Hal itu dikatakan dengan lancar tanpa keraguan, tanpa ada rasa sama sekali, baik rasa marah, sedih, atau kesal. Dari nadanya seperti sedang ngobrol masalah yang biasa saja.

            Anehnya, ketika wartawan MetroTV memberikan kesempatan kepadanya untuk mengatakan sesuatu kepada pemerintah Indonesia, Si Jubir mengatakan bahwa Indonesia adalah saudara bagi mereka. Kita sama-sama muslim dan menyembah Tuhan yang sama, yaitu Allah swt.

            Bukankah kalimat-kalimat itu penuh kerancuan dan sama sekali keluar dari pikiran yang kurang pengetahuan?

            Dia mengatakan akan memenggal para sandera dari Indonesia jika tuntutan tidak dipenuhi, tetapi dalam saat yang sama juga menganggap Indonesia sebagai saudara sesama muslim. Dalam pandangan Islam, hal itu sama sekali tidak bisa dipahami. Hal itu disebabkan bahwa darah seorang muslim adalah haram bagi muslim lainnya. Artinya, seorang muslim tidak boleh membunuh muslim lainnya tanpa ada hukum yang jelas, misalnya, penerapan qishas. Di samping itu, sangat tidak masuk akal jika mengakui sebagai saudara, tetapi mengancam akan memenggal saudaranya itu.

            Hal itu menunjukkan bahwa mereka kurang pengetahuan mengenai Islam. Entah siapa yang mengajari mereka tentang Islam dan apa saja yang diajarkan kepada mereka. Jelas mereka kurang guru Islam, kurang ustadz, kurang kiyai, kurang dosen Islam, kurang akademisi Islam. Pemahaman mereka sangat lemah dan kacau tentang Islam. Dari percakapan yang hanya sebentar itu saja bisa terlihat jelas kesemrawutan cara berpikir mereka.

            Pemerintah Filipina harus bekerja sama dengan Indonesia dalam mengajari kaum muslimin di Filipina tentang pemahaman Islam yang benar dan cara-cara melaksanakannya dengan benar. Mereka mungkin hanya “tercelup” dua kalimat syahadat tanpa memahami hal lainnya, terikat sebagai orang Islam, diajari soal kejayaan kekhalifahan yang membuat mereka rindu kemenangan, kewajiban jihad untuk mendapatkan kekuasaan, ditambah ramalan-ramalan mengenai Al Mahdi yang membuat mereka terus terbina semangatnya, serta janji syahid masuk surga untuk mereka. Jika hanya itu yang diajarkan kepada mereka, tak heran mereka hidup seperti itu karena di dalam alam pikirannya dunia ini adalah medan perang untuk mendapatkan kekuasaan yang mereka pikir kekuasaan Islam yang diridhoi Allah swt. Padahal, Islam adalah ajaran untuk membuat kehidupan ini penuh rahmat dan kasih sayang. Islam mengajarkan setiap umatnya untuk menjadi pribadi-pribadi yang baik dan tercerahkan oleh cahaya Illahi. Perang dan kekerasan hanya wajib dilakukan kepada mereka yang mengganggu upaya perwujudan kehidupan yang penuh rahmat, kasih sayang, dan damai. Filipina jelas kurang orang-orang Islam yang bijak. Mereka membutuhkan banyak guru agar mampu menjadi orang-orang Islam yang baik.

            Saya jadi teringat sebuah tulisan di sebuah majalah yang isinya tentang pengalaman seorang Indonesia yang berada di Afrika. Ia berada tiga bulan di Afrika dan disebut sebagai “orang suci” oleh orang-orang Islam Afrika. Hal itu disebabkan hanya karena dia melaksanakan shalat lima waktu dalam satu hari satu malam, sementara kaum muslim Afrika hanya shalat satu kali atau tiga kali. Shalat lima kali dalam sehari semalam adalah sesuatu yang luar biasa dalam pandangan kaum muslim Afrika. Hal itu menunjukkan bahwa banyak orang Islam pada berbagai belahan dunia yang belum memahami ajaran Islam dengan baik, minimal hal-hal yang sederhana. Di Indonesia memang juga masih sangat banyak orang Islam yang shalatnya hanya satu kali dalam seminggu atau bahkan hanya satu kali dalam satu tahun. Akan tetapi, orang-orang Indonesia yang melakukan hal itu bukan berarti tidak tahu bahwa seharusnya lima kali dalam sehari semalam. Mereka tahu, tetapi belum mau. Berbeda dengan di Afrika yang tidak tahu bahwa shalat itu harus lima kali dalam sehari semalam. Mereka shalat seenaknya, yang penting percaya kepada Allah swt dan Nabi Muhammad saw.

            Kenyataan itu menunjukkan bahwa kaum muslim harus belajar Islam dengan baik dan mengajari saudara-saudaranya untuk melaksanakan Islam secara baik dan benar. Kalau di Indonesia, kita tidak perlu khawatir karena di sini banyak sekali ustadz dan ahli Islam yang rupa-rupa warnanya, macam-macam karakternya, bervariasi bidang ilmunya. Hal itu menyebabkan orang Indonesia memiliki banyak kesempatan untuk mendapatkan banyak ilmu pengetahuan. Meskipun di antara para ahli Islam itu terkadang terdapat perbedaan, tetapi perbedaan-perbedaan itu justru menambah wawasan kaum muslim Indonesia untuk melaksanakan Islam dengan lebih baik dan mampu memilih serta memilah sesuai dengan kemampuan dan keyakinannya masing-masing. Indonesia lebih beruntung daripada mereka. Oleh sebab itu, kita harus banyak berbagi pengetahuan dengan mereka agar pengetahuan mereka bertambah dan pengetahuan kita pun semakin terasah.


            Sedikit-sedikit bisa kita pahami mengapa orang-orang itu melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji, tetapi perbuatan buruk itu dianggapnya merupakan langkah yang sesuai dengan ajaran Islam. Hal itu disebabkan mereka kurang memahami Islam dengan baik karena tidak ada ustadz atau para ahli yang membimbing mereka untuk menjadi lebih bijak. Tak heran mereka mudah sekali dipengaruhi oleh para perusak kemanusiaan yang mengajarkan Islam secara salah dan dengan materi sebagian-sebagian yang dimanipulasi oleh berbagai kepentingan politik dan ekonomi yang sangat rendah. Mereka kurang ustadz, kurang pengetahuan sehingga salah dalam bertindak.

Saturday, 23 July 2016

Indonesia Selalu Diganggu

oleh Tom Finaldin


Bandung, Tom Finaldin

Sejak lama sebenarnya Indonesia selalu diganggu perkembangan dan pertumbuhannya. Penjajahan adalah jelas gangguan yang sangat merusakkan berbagai sendi kehidupan di Indonesia yang sedang mengalami perkembangan. Ketika hendak merdeka pun gangguan itu keras sekali yang membuat Indonesia keteteran, tetapi untung selamat. Pada awal merdeka pun gangguan itu sangat jelas dengan adanya gagasan RIS. Gagasan negara federal itu terlihat sekali dari ingin dilemahkannya kekuatan Indonesia sehingga pihak-pihak asing dan mereka yang tidak ingin melihat Indonesia menjadi besar masih dapat menggerogoti Indonesia dalam sistem federalisme. Untungnya, hal itu tidak lama terjadi dan Indonesia kembali menjadi NKRI.

            Pada masa kepemimpinan Ir. Soekarno terjadi banyak pemberontakan di daerah berikut G-30-S. Kisruh-kisruh yang terjadi memang sebagian besar adalah masalah di antara warga bangsa sendiri, tetapi ada pihak-pihak asing yang mencoba menumpangi permasalahan di dalam negeri. Dengan ditembak jatuhnya pesawat pembom B 26 yang dikendalikan personil CIA Alan Pope oleh Mayor Dewanto sudah jelas menunjukkan kapitalisme bermain api dalam mengganggu Indonesia. Terjadinya aksi idiotik G-30-S juga tidak lepas dari permainan kotor pihak asing dalam mengganggu stabilitas keamanan dan ekonomi Indonesia. Hal itu disebabkan G-30-S adalah pertarungan kapitalis vs komunis tingkat dunia yang merembes ke Indonesia.

            Pada masa Soeharto pun demikian pula banyak pihak luar yang menambah kisruh suasana. Memang pada masa Soeharto yang sangat represif itu memunculkan banyak perlawanan di daerah, bahkan di wilayah-wilayah perkotaan dengan semakin banyaknya organisasi-organisasi bawah tanah yang melakukan perlawanan diam-diam. Aceh terus bergolak. Papua juga ingin merdeka. Timor-Timur tak kunjung tenang. Masalah-masalah yang terjadi sebenarnya masalah di antara sesama bangsa, tetapi pihak luar ikut membesar-besarkannya melalui pers dan mungkin juga melalui bantuan-bantuan finansial dan nonfinansial. Hal itu jelas sangat mengganggu pertumbuhan Indonesia.

            Pada masa Habibie juga demikian, Timor-Timur begitu keras permasalahannya sehingga terpaksa harus berpisah dari Indonesia. Berpisahnya Timor Timur pun tidak lepas dari adanya laporan-laporan dan berita-berita kecurangan pada saat dilakukan referendum oleh pihak-pihak asing. Untung saja, Indonesia tidak merasa rugi dengan lepasnya Timor Timur yang kemudian menjadi Timor Leste. Bahkan, beberapa pihak merasa beruntung dengan berpisahnya Timor Timur dari Indonesia karena wilayah itu hanya menjadi beban bagi Indonesia tanpa bisa diharapkan memberikan sumbangan yang positif bagi pembangunan Indonesia secara keseluruhan.

            Pada masa Abdurahman Wahid terjadi huru hara di Ambon, Poso. Ketenangan dan ketenteraman Poso diganggu oleh konflik yang melibatkan dua agama yang sebenarnya berawal dari keinginan berpisahnya Maluku Selatan dari Indonesia dan mendirikan negara sendiri, yaitu Republik Maluku Selatan (RMS). Banyak negara lain yang mendukung berdirinya negara RMS, tetapi mereka terpaksa harus menanggung malu karena kalah. Bahkan, Amerika Serikat buka suara bahwa kejadian di Poso sangat mengganggu Amerika Serikat. Lucu sekali pernyataan AS itu karena dikeluarkan ketika kaum muslimin, aparat pemerintah, dan para pendukung NKRI telah berada di atas angin mengalahkan para perusuh.

            Ketika Megawati menjadi presiden, Aceh semakin bergolak sehingga memaksa pemerintah menggerakkan TNI untuk mengamankan Aceh. Akan tetapi, hal yang sangat lucu adalah adanya larangan atau ketidaksetujuan negara-negara lain ketika TNI akan menggunakan pesawat tempurnya untuk menggempur GAM. Hal itu menunjukkan bahwa ada kekuatan asing yang berupaya melestarikan ketidakamanan di Provinsi Aceh.

            Pada masa Susilo Bambang Yudhoyono tidak banyak terjadi gangguan keamanan, kecuali yang sudah berlangsung sejak lama seperti OPM. Paling-paling, gangguan dari negara sebelah Malaysia terhadap kedaulatan Indonesia yang membuat kesal dan geram berbagai elemen bangsa karena pemerintah tidak tampak bersikap tegas. Hal yang menjadi gangguan adalah justru ada banyak sumber daya alam yang diduga dikuasai oleh pihak asing yang hasilnya juga mengalir ke luar negeri. Oleh sebab itu, pada masa pemerintahan SBY ini sempat dikecam sebagai tahun “kebohongan” dan menjadikan Indonesia sebagai “negara gagal”. Meskipun demikian, para pendukung pemerintahan SBY tidak menganggapnya sebagai kegagalan. Akan tetapi, semua merasakan adanya gangguan pihak asing, termasuk adanya dugaan terjadi praktik jual beli legislasi antara legislator dengan pihak luar negeri yang membuat sumber daya alam Indonesia dikuasai pihak asing.

            Indonesia dalam kepemimpinan Jokowi pun mendapat gangguan. Bedanya, situasi di dalam negeri lebih terkendali dan mudah ditangani. Teror di Jl. Thamrin, Jakarta, diselesaikan dalam waktu cepat, gerakan OPM lebih dibatasi, Grup Santoso semakin terdesak, kerusuhan Tolikara padam dengan sangat cepat. Untuk membuat situasi di dalam negeri Indonesia carut marut, saat ini semakin susah karena rakyat sudah lebih kuat bersatu dan bersaudara dibandingkan sebelum-sebelumnya. Oleh sebab itu, gangguan justru datang dari luar Negara Indonesia dengan adanya penculikan WNI oleh kelompok-kelompok yang biasa disebut kelompok Abu Sayyaf. Kalau pencurian ikan di perairan Indonesia, itu hanyalah tindakan kriminal murahan yang tidak bertujuan mengganggu, melainkan hanya ingin mencuri, maling.

            Indonesia tampaknya tidak dibiarkan untuk hidup tenang dan tenteram. Mereka tidak ingin melihat Indonesia besar dan aman tenteram. Apalagi ketika di belahan dunia lain terjadi berbagai kesemrawutan dan gonjang-ganjing, baik politik maupun ekonomi, mereka tidak ingin Indonesia berada dalam keadaan tenang-tenang saja. Indonesia harus punya masalah. Hal itu pun bisa diperhatikan dari pernyataan Badrodin Haiti ketika masih menjabat Kapolri bahwa Isis berniat mengganggu ketenteraman Indonesia. Meskipun Indonesia tidak bisa tertarik untuk hidup babak belur seperti negara lain, paling tidak Indonesia tidak boleh tenteram dan aman secara mulus. Harus selalu ada masalah.

            Ketika huru-hara di dalam negeri sulit diciptakan, gangguan terhadap Indonesia pun dilakukan di luar wilayah Indonesia, yaitu dengan melakukan penculikan terhadap ABK yang sedang berlayar dan berbisnis. Ketika kekuatan kelompok Santoso benar-benar hampir habis, diciptakanlah kesulitan baru bagi Indonesia di wilayah laut yang sama sekali bukan merupakan kewenangan Indonesia, baik di wilayah laut Filipina maupun di Malaysia.

            Membicarakan hal seperti ini memang seperti “mengarang indah” karena memasuki area “konspirasi” yang melibatkan “The Hiden Hand” yang selalu berada di belakang layar dan sulit dideteksi ketika menciptakan berbagai kesemrawutan dan keributan. Kita boleh menduga bahwa kasus-kasus penculikan WNI ini bukan sekedar “pemerasan” atau kriminal biasa, melainkan adanya suatu upaya untuk menciptakan Indonesia selalu berada dalam masalah. Bisa kita perhatikan bahwa WNI diculik oleh kelompok yang tidak bisa dikalahkan oleh militer Filipina di wilayah yang tidak dikuasai pemerintah Filipina. Sementara itu, Filipina memiliki undang-undang yang tidak memperbolehkan pasukan asing masuk ke negaranya. Hal itu mempersulit pemerintah Indonesia secara sempurna dalam menyelamatkan WNI. Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa Filipina tampak tidak serius menjalin kerja sama untuk menyelesaikan masalah itu yang ditandai sulit hadirnya mereka untuk membicarakan masalah keamanan yang dapat dilakukan secara bersama-sama. Banyak juga yang menduga bahwa Filipina mendapat bisikan dari pihak kapitalis terkait sikapnya tersebut yang mempersulit Indonesia karena Filipina memang negara yang memiliki kecenderungan berkiblat ke arah Barat.

            Ketika penculikan WNI bisa diatasi, pemerintah Indonesia pun segera melakukan pelarangan untuk berlayar ke perairan Filipina. Akan tetapi, ternyata masih ada perusahaan yang melanggar larangan itu. Akibatnya, ABK mereka diculik juga. Menurut saya, perusahaan yang melanggar moratorium pelayaran itu harus diperiksa juga karena memicu masalah yang sebetulnya tidak perlu terjadi lagi. Bisa jadi mereka pun merupakan bagian dalam memberikan gangguan bagi Indonesia. Sudah tahu dilarang, masih berlayar juga. Kalu tidak bego, mereka berarti benar-benar sedang membuat gangguan terhadap Indonesia. Kalau itu benar terjadi, perusahaan itu harus ditindak tegas, dicabut izinnya, dan pemiliknya atau pemimpinnya ditangkap.

            Hal yang mencurigakan lainnya adalah adanya pernyataan dari Beny Mamoto mantan Ketua Tim Pembebasan Sandera 2006. Ia menyatakan bahwa ada intel militer Filipina yang bermain dalam penyanderaan itu. Bahkan, pembebasan sandera yang selalu di dekat rumah salah satu gubernur di Filipina pun patut diperhatikan dan dipertanyakan. Di samping itu, Beny Mamoto pun berharap bahwa Presiden Filipina yang baru dapat mengangkat panglima militer yang kredibel dan tegas karena ada kemungkinan oknum militer Filipina pun ikut terlibat dalam beberapa kasus penculikan.

            Seperti yang saya bilang bahwa membicarakan masalah ini seperti “mengarang indah” karena menyambung-nyambungkan peristiwa dan menghubung-hubungkannya, lalu mencari pemahaman dari hal-hal itu.

            Kita semua harus paham dan sadar bahwa sejak dulu banyak sekali pihak yang tidak menginginkan Indonesia menjadi besar dan memiliki kekuatan lebih besar dalam menentukan percaturan dunia. Hal ini pun bisa dilihat dari banyaknya berita bohong di internet yang berbahasa asing yang menggambarkan bahwa Indonesia adalah negara yang intoleran, pelanggar Ham, dan lain sebagainya. Tampaknya, banyak orang yang sangat khawatir Indonesia bisa lebih kuat dalam berperan menentukan arah sejarah dunia sekaligus banyak orang yang iri dan tidak ingin percaya bahwa Indonesia sebagai negara dari dunia ketiga yang mayoritas muslim mampu hidup dengan tenang dan tenteram penuh kedamaian dalam keadaan makmur. Mereka akan terus mengganggu sebagaimana syetan yang selalu mengganggu membuyarkan konsentrasi ketika kita melakukan shalat. Mereka akan terus mengganggu.


            Kita tidak bisa menghentikan mereka karena begitulah tugas hidup mereka, mengganggu manusia supaya tidak hidup dalam keadaan tenang. Satu-satunya hal yang bisa kita lakukan adalah melindungi diri dari setiap gangguan itu sehingga para pengganggu itu putus asa sebagaimana putus asanya Iblis Laknatullah untuk menggoda orang-orang beriman setelah sempurnanya ajaran Islam. Iblis dan anak buahnya hanya mampu menjerumuskan manusia dalam hal-hal kecil, seperti, perceraian, perjudian, pelacuran, dan lain sebagainya. Akan tetapi, mereka sudah berputus asa dalam persoalan-persoalan besar semisal “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Perkara ketauhidan sudah mutlak tak tergoyahkan. Demikian pula para pengganggu Indonesia yang sudah mulai berputus asa dalam perkara-perkara besar, seperti, disintegrasi, konflik antaragama, dan penentangan terhadap ideologi Pancasila. Mereka sudah sangat kesulitan membuat kerusakan dalam hal-hal besar seperti itu. Mereka hanya mampu mengganggu Indonesia melalui perilaku-perilaku jahat kecil-kecil yang cenderung kriminal murahan yang nilainya tak lebih dan tak kurang seperti pencuri kecil yang mengutil di supermarket.

Friday, 22 July 2016

Tidak Ada Negara Islam

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Istilah dan konsep Negara Islam adalah istilah tanpa konsep jelas yang berasal dari mereka yang ingin memiliki kekuasaan sekaligus mereka yang ingin menghancurkan Islam. Mereka yang menginginkan kekuasaan adalah orang-orang yang beragama Islam. Adapun mereka yang ingin menghancurkan Islam adalah para kafir yang membenci Islam. Kedua pihak yang tampaknya bermusuhan ini sebenarnya memiliki kontribusi yang sama besar dalam merusakkan ajaran Islam dan nama baik Islam.

            Orang-orang Islam yang menginginkan kekuasaan itu menyandarkan gagasannya dalam mendirikan Negara Islam adalah berdasarkan negara yang dibentuk Muhammad Rasulullah saw di Madinah. Orang-orang kafir yang membenci Islam pun menyandarkan kebenciannya pada negara yang katanya dibentuk Nabi Muhammad saw dengan disertai kisah-kisah dusta yang mengerikan dan menjijikan.

            Sesungguhnya, jika dilihat dari berbagai sisi, Nabi Muhammad saw tidak pernah mendirikan negara. Madinah itu bukanlah suatu negara sebagaimana yang kita kenal sekarang. Mustahil Nabi Muhammad saw mendirikan sebuah negara. Hal itu disebabkan “negara” dan “Islam” adalah dua konsep yang jauh berbeda. Konsep dan istilah negara yang kita kenal sekarang lahir “pascaperjanjian Westphalia” pada 24 Oktober 1648 akibat dari perang antara Protestan dan Katolik selama tiga puluh tahun serta ketidakjelasan kekuasaan atas wilayah-wilayah di Eropa yang selalu menimbulkan perang, pembunuhan, dan berbagai kekusutan lainnya. Adapun Islam lahir jauh sebelum itu terjadi. Nabi Muhammad saw saja lahir pada 20 April 571 Masehi. Artinya, antara kehidupan Madinah yang dibentuk Nabi Muhammad saw dengan istilah “negara” terpisah sekitar 1.027 tahun. Hal itu menunjukkan bahwa tidak ada konsep “negara” pada masa Nabi Muhammad saw. Oleh sebab itu, mustahil Nabi Muhammad saw membentuk Negara Islam di Madinah karena tidak mengenal konsep negara. Islam sudah lahir sebelum konsep negara dikenal manusia. Bahkan, Islam sudah ada sebelum Nabi Muhammad saw lahir. Islam sudah dikenal sejak Adam as.

            Demikian pula bila dilihat dari sisi asal mula terbentuknya negara. Madinah sama sekali tidak termasuk dalam fakta-fakta asal mula terbentuknya sebuah negara. Mari kita lihat fakta-fakta dari terbentuknya negara-negara di dunia ini.

            Occupatie (pendudukan), yaitu negara yang lahir hasil dari suatu pendudukan terhadap suatu daerah atau wilayah yang tidak bertuan dan belum dikuasai oleh suku atau kelompok tertentu.

            Cessie (penyerahan) adalah suatu wilayah diserahkan pada negara lain berdasarkan suatu perjanjian tertentu.

            Accesie (penaikan) adalah suatu negara yang terjadi akibat penaikan lumpur sungai atau timbul dari dasar laut (delta).

            Fusi (peleburan). Negara ini terjadi karena beberapa negara mengadakan peleburan (fusi) dan membentuk satu negara baru.

            Proklamasi adalah negara yang lahir  sebagai hasil dari perlawanan penduduk pribumi yang diduduki oleh bangsa lain. Fakta inilah yang melahirkan Negara Indonesia.

            Innovation (pembentukan baru) adalah munculnya suatu negara baru di atas wilayah suatu negara yang pecah dan lenyap karena atas suatu hal.

            Anexatie (pencaplokan/penguasaan) adalah suatu negara lahir karena telah mencaplok wilayah yang dikuasai oleh bangsa lain tanpa reaksi berarti.

            Sekarang mari kita cocokan termasuk negara yang lahir dengan cara apa Madinah yang dibentuk Muhammad Rasulullah saw?

            Hayo, coba cocokan Madinah dengan fakta-fakta terbentuknya suatu negara!

            Tidak ada bukan?

            Hal itu menunjukkan bahwa Madinah sama sekali bukan sebuah negara. Madinah hanyalah sebuah wilayah yang penduduknya bersedia melindungi Muhammad saw beserta kaum muslimin dari kejaran kaum kafir Quraisy. Adapun untuk menjaga ketertiban di wilayah itu dengan kaum Yahudi, agama lain, dan suku-suku lain digunakan perjanjian yang dikenal dengan nama Piagam Madinah.

            Adapun hukum-hukum yang kemudian berlaku di Madinah sesungguhnya bukan berasal dari Nabi Muhammad saw dan kaum muslimin, melainkan berawal dari orang-orang Yahudi. Ketika ada orang Yahudi yang melakukan kemaksiatan, orang itu dibawa kepada Nabi Muhammad saw untuk diadili. Orang Yahudi itu dibawa sendiri oleh kaum Yahudi, bukan oleh orang Islam. Kaum Yahudi meminta Nabi Muhammad saw untuk menjatuhkan hukuman pada orang Yahudi yang bermaksiat itu.

            Rasulullah saw malah balik bertanya, “Hukum apa yang ada di dalam Taurat kalian jika ada orang yang berbuat seperti itu?”

            Kaum Yahudi pun segera menjelaskannya sesuai dengan Taurat.

            Setelah mendengar penjelasan kaum Yahudi, Nabi Muhammad saw berkata, “Lakukanlah sebagaimana yang ada dalam Taurat!”

            Orang-orang Yahudi pun segera melaksanakannya.

            Nabi Muhammad saw pun berujar, “Biarkanlah Allah swt menyaksikan bahwa aku sesungguhnya orang yang menegakkan hukum-hukum Taurat.”

            Hukuman itu pun direstui Allah swt yang kemudian tercantum dalam Al Quran menjadi hukum Qishas sebagaimana yang sering diperbincangkan orang itu sampai saat ini. Itulah yang dijelaskan Muhammad Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad.

            Hal itu itu menjelaskan bahwa hukum itu dibuat berdasarkan “kesepakatan” atas dasar “kebutuhan” masyarakat. Seperti kita di Indonesia “bersepakat” bahwa pengedar Narkoba harus dihukum mati karena berdasarkan “kebutuhan” yang sangat mendesak.  Tidak ada dalam Al Quran soal hukuman mati untuk pengedar Narkoba, tetapi kita sepakat karena kita butuh itu. Insyaallah, Allah swt merestuinya.

            Dengan melihat bahwa istilah “negara” itu lahir lebih dari seribu tahun setelah Madinah terbentuk dan dengan tidak termasuknya Madinah dalam fakta-fakta pembentukan sebuah negara baru, istilah “Negara Islam” sesungguhnya tidak ada dalam Islam. Istilah Negara Islam hanyalah merupakan konsep yang dibuat manusia yang menginginkan kekuasaan atas dasar Islam yang mereka yakini sendiri.

            Apakah Negara Islam Indonesia yang pernah diproklamasikan SM Kartosoewiryo adalah sesuai dengan ajaran Islam?

            Apakah Republik Islam Iran sesuai dengan ajaran Islam?

            Oh, nanti dulu. Hal itu patut diuji terlebih dahulu dengan menggunakan Al Quran dan Al Hadits. Paling tidak, kita bisa mengujinya dengan tujuan Islam itu sendiri.

            Islam diturunkan adalah terutama untuk meng-esa-kan Allah swt dan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Hal itu ada dalam kalimat yang paling harus sering diucapkan umat Islam dalam setiap keadaan, yaitu Bismillaahirrahmaannirraahiim, ‘Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang’. Artinya, kalimat itu harus maujud dalam diri setiap muslim untuk menjadikan Allah swt sebagai sesembahan dan penguasa dengan cara mematuhi setiap perintah-Nya melalui sikap dan tindakan mengasihi dan menyayangi manusia, hewan, tumbuhan, jin, dan seluruh ciptaan Allah swt. Apabila tidak berlaku seperti itu, siapa pun orangnya, sehebat apa pun dia, sesungguhnya dia adalah pembohong dan perusak kehidupan manusia.

            Jangan percaya kepada orang-orang yang mengaku-aku sebagai pejuang Islam atau tentara Allah swt, tetapi tindakannya justru melakukan banyak kebohongan, kedustaan, janji-janji palsu, kekerasan yang tidak perlu, huru-hara yang tidak berdasar, dan kematian yang sia-sia. Kalau harus berperang dan harus membunuh, alasannya harus jelas dan benar. Kalau umat Islam diusir dari tempat tinggalnya, dihina, dikejar, dan diburu, perang dan membunuh musuh adalah sebuah jihad wajib. Lihat Nabi Muhammad saw. Dia berperang bukan mencari gara-gara atau memicu perang, melainkan karena diusir, dianiaya, diburu, dikejar, diculik, dan dibunuh. Dia tidak melakukan pertarungan ketika di Mekah sepanjang tidak diusir dan tidak diburu. Akan tetapi, ketika pengusiran, penganiayaan, dan perburuan terhadap kaum muslimin sudah menjadi-jadi, perang adalah jawaban logis untuk mengakhiri kezaliman.

            Islam tidak memerlukan negara untuk hidup, malahan Islam menghidupkan negara. Sebelum ada negara pun Islam sudah lebih dulu hidup. Ketika ada negara, Islam semakin hidup. Jika negara hancur pun Islam akan tetap tegak berdiri karena wilayah Islam sesungguhnya meliputi langit dan Bumi. Hal itu disebabkan seluruh langit dan Bumi adalah milik Allah swt.

            Orang-orang yang ingin mendirikan Negara Islam berupaya mengolaborasikan konsep negara yang lahir belakangan dengan Islam yang lahir jauh lebih dulu sebelum itu. Hal itu berarti “Negara Islam” bukanlah ajaran Islam, bukan perintah Allah swt, dan bukan pula ajaran Nabi Muhammad saw. Negara Islam hanyalah upaya untuk mendapatkan kekuasaan dengan dalih untuk melaksanakan ajaran Islam. Padahal, ajaran Islam dapat dilakukan dan dilaksanakan di mana pun dalam situasi apa pun dengan tujuan utama meng-esa-kan Allah swt dan menebarkan kasih sayang di seluruh muka Bumi.

            Jangan percaya kepada orang-orang yang mempromosikan “Negara Islam” karena bisa jadi mereka adalah “kaki tangan” musuh-musuh Islam yang menginginkan citra Islam sebagai ajaran yang kejam dan penuh dengan permusuhan. Mereka masih menginginkan berita bohong dan ceritera tentang “Kaum Muslimin yang Melakukan Penaklukan dan Huru-Hara di Mana-Mana”. Dengan itulah mereka mempromosikan Islam sebagai agama yang menakutkan dan menjadi ancaman bagi negara di seluruh dunia.


            Tak ada “Negara Islam”. Yang harus diperjuangkan terus-menerus adalah “Negara yang Islami”, yaitu negara yang aman, penuh berkah, penuh kedamaian, dan kasih sayang. Kalaupun situasi dunia berubah sesuai dengan kehendak Allah swt dengan kehancuran konsep dan realita negara-negara seperti hari ini sehingga situasi kembali pada masa pra-Westphalia yang dipenuhi oleh penguasa-penguasa tanpa batas-batas teritorial yang jelas, kaum muslimin harus tetap tampil meng-esa-kan Allah swt dan menebarkan kasih sayang di mana saja agar kehidupan tetap dalam keadaan damai dan teratur. Itulah Islam. Islam tetap ada untuk menciptakan “Kehidupan Islami” hingga Allah swt menghilangkan Islam dari muka Bumi ketika kiamat beberapa saat lagi tiba.