Tuesday 5 July 2016

Ssst ... Jangan Ngomongin Soal Bom ... Berisik!

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Pada penghujung Ramadhan 1437 H, 2016 M, telah meledak beberapa bom pada beberapa tempat di seluruh dunia. Bom-bom itu meledak di Turki, Bangladesh, Irak, Arab Saudi, Indonesia, dan lain sebagainya. Peristiwa itu menyedot perhatian media massa di seluruh dunia.

                 Sebaiknya, berita-berita semacam itu jangan terlalu dibesar-besarkan. Itu memang berita, tetapi buat saja menjadi berita kecil. Soalnya, mereka yang melakukan peledakan itu cuma narsis. Mereka hanya mencari perhatian dengan mendompleng pada bulan Ramadhan dan kegembiraan Idul Fitri. Apabila berita itu terlalu dibesar-besarkan, kita jadi tertarik pada agenda mereka. Orang-orang itu memang inginnya mendapatkan berita spektakuler dan dianggap eksis berat di muka Bumi ini.

                 Tampaknya mereka itu iri dengan kebahagiaan kaum muslimin pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Pada bulan Ramadhan tahun ini bukan hanya umat Islam yang merayakannya, melainkan pula umat-umat lain mulai menunjukkan penghormatan yang tulus dan persaudaraannya terhadap kaum muslimin sebagai sesama manusia. Rasa hormat dan kedamaian yang harmonis memang semakin menguat. Khusus di Indonesia, banyak sekali nonmuslim yang merasakan getaran menyenangkan dari suasana Ramadhan dan kebahagiaan Idul Fitri. Hal itu menunjukkan peningkatan yang sangat luar biasa dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik.

                 Sementara itu, orang-orang yang penuh kebencian semakin terpuruk dengan agenda-agenda kusut mereka. Orang-orang ini sudah tercerabut dari lingkungannya karena memang memisahkan diri dari orang lain dan memastikan dirinya sebagai “kumpulan manusia terbaik” yang tidak memerlukan orang lain lagi. Kasihan mereka. Ketika orang-orang mudik dalam suasana bahagia dan ingin lebih bahagia berkumpul bersama keluarganya di kampung tempatnya lahir, orang-orang kusut pikiran cemburu karena terpisah secara emosi dari keluarga dan sanak saudaranya.

                 Orang-orang yang selama ini menggerakkan dan membiayai mereka pun cemburu berat dengan hal itu. Ketika melihat kaum muslimin bergembira dengan Ramadhan dan Idul Fitri yang juga mendapatkan penghormatan dari umat-umat lain, mereka merasa tersisihkan. Ketika manusia-manusia yang waras otak berusaha menjaga jalinan hubungan perdamaian dan kasih sayang, orang-orang yang penuh agenda kebencian itu sangat iri, gelisah, dan marah. Oleh sebab itu, mereka membuat banyak huru-hara di tempat-tempat yang dianggap menjadi perhatian manusia.

                 Bagaimana tidak akan iri dengan kebahagiaan kaum muslimin?

                 Kaum muslimin itu memiliki minimal dua kebahagiaan dalam Ramadhan. Kata Nabi Muhammad saw orang yang berpuasa itu memiliki dua kebahagiaan, yaitu ketika berbuka dan ketika Idul Fitri.

                 Orang-orang yang kusut pikiran tidak memiliki dua kebahagiaan itu. Jelas sekali jika mereka iri. Rasa iri mereka diwujudkan dengan melakukan pemboman di tempat-tempat yang mereka benci. Masjid Nabawi adalah tempat yang mereka benci. Pemboman di tempat itu menunjukkan bahwa mereka membenci kebahagiaan kaum muslimin, mempertahankan suasana tidak aman di negeri-negeri muslim, menciptakan berita dan ceritera bahwa kaum muslimin selalu berada dalam huru-hara, dan menunjukkan betapa narsisnya mereka.


                 Dengan demikian, tak perlu dibesar-besarkan berita tentang perilaku murahan seperti itu. Terlalu rendah bagi kita untuk selalu memperhatikan mereka. Waspada memang harus terus dijaga dan yang lebih penting adalah sekarang saatnya untuk terus mengagungkan Allah swt dan memuliakan kaum muslimin serta menjaga kasih sayang di antara sesama manusia dan menciptakan keseimbangan kehidupan di seluruh alam semesta.

No comments:

Post a Comment