oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Pada
penghujung Ramadhan 1437 H, 2016 M, telah meledak beberapa bom pada beberapa
tempat di seluruh dunia. Bom-bom itu meledak di Turki, Bangladesh, Irak, Arab
Saudi, Indonesia, dan lain sebagainya. Peristiwa itu menyedot perhatian media
massa di seluruh dunia.
Sebaiknya, berita-berita
semacam itu jangan terlalu dibesar-besarkan. Itu memang berita, tetapi buat
saja menjadi berita kecil. Soalnya, mereka yang melakukan peledakan itu cuma narsis.
Mereka hanya mencari perhatian dengan mendompleng pada bulan Ramadhan dan
kegembiraan Idul Fitri. Apabila berita itu terlalu dibesar-besarkan, kita jadi
tertarik pada agenda mereka. Orang-orang itu memang inginnya mendapatkan berita
spektakuler dan dianggap eksis berat di muka Bumi ini.
Tampaknya mereka itu iri dengan
kebahagiaan kaum muslimin pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Pada bulan
Ramadhan tahun ini bukan hanya umat Islam yang merayakannya, melainkan pula
umat-umat lain mulai menunjukkan penghormatan yang tulus dan persaudaraannya
terhadap kaum muslimin sebagai sesama manusia. Rasa hormat dan kedamaian yang
harmonis memang semakin menguat. Khusus di Indonesia, banyak sekali nonmuslim
yang merasakan getaran menyenangkan dari suasana Ramadhan dan kebahagiaan Idul
Fitri. Hal itu menunjukkan peningkatan yang sangat luar biasa dalam mewujudkan
kehidupan yang lebih baik.
Sementara itu, orang-orang yang
penuh kebencian semakin terpuruk dengan agenda-agenda kusut mereka. Orang-orang
ini sudah tercerabut dari lingkungannya karena memang memisahkan diri dari
orang lain dan memastikan dirinya sebagai “kumpulan manusia terbaik” yang tidak
memerlukan orang lain lagi. Kasihan mereka. Ketika orang-orang mudik dalam
suasana bahagia dan ingin lebih bahagia berkumpul bersama keluarganya di
kampung tempatnya lahir, orang-orang kusut pikiran cemburu karena terpisah secara
emosi dari keluarga dan sanak saudaranya.
Orang-orang yang selama ini
menggerakkan dan membiayai mereka pun cemburu berat dengan hal itu. Ketika
melihat kaum muslimin bergembira dengan Ramadhan dan Idul Fitri yang juga
mendapatkan penghormatan dari umat-umat lain, mereka merasa tersisihkan. Ketika
manusia-manusia yang waras otak berusaha menjaga jalinan hubungan perdamaian
dan kasih sayang, orang-orang yang penuh agenda kebencian itu sangat iri,
gelisah, dan marah. Oleh sebab itu, mereka membuat banyak huru-hara di
tempat-tempat yang dianggap menjadi perhatian manusia.
Bagaimana tidak akan iri dengan
kebahagiaan kaum muslimin?
Kaum muslimin itu memiliki
minimal dua kebahagiaan dalam Ramadhan. Kata Nabi Muhammad saw orang yang berpuasa itu memiliki dua
kebahagiaan, yaitu ketika berbuka dan ketika Idul Fitri.
Orang-orang yang kusut pikiran
tidak memiliki dua kebahagiaan itu. Jelas sekali jika mereka iri. Rasa iri
mereka diwujudkan dengan melakukan pemboman di tempat-tempat yang mereka benci.
Masjid Nabawi adalah tempat yang mereka benci. Pemboman di tempat itu
menunjukkan bahwa mereka membenci kebahagiaan kaum muslimin, mempertahankan
suasana tidak aman di negeri-negeri muslim, menciptakan berita dan ceritera
bahwa kaum muslimin selalu berada dalam huru-hara, dan menunjukkan betapa
narsisnya mereka.
Dengan demikian, tak perlu
dibesar-besarkan berita tentang perilaku murahan seperti itu. Terlalu rendah
bagi kita untuk selalu memperhatikan mereka. Waspada memang harus terus dijaga
dan yang lebih penting adalah sekarang saatnya untuk terus mengagungkan Allah
swt dan memuliakan kaum muslimin serta menjaga kasih sayang di antara sesama manusia
dan menciptakan keseimbangan kehidupan di seluruh alam semesta.
No comments:
Post a Comment