oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Dengan mencermati percakapan
via telepon antara juru bicara Abu Sayyaf dengan wartawan MetroTv yang ditayangkan MetroTv,
kita bisa melihat kekacauan berpikir dan kesemrawutan cara bicara dari juru
bicara tersebut. Hal itu memperlihatkan mereka tidak memiliki landasan berpikir
yang jelas untuk bertindak dengan baik secara masuk akal.
Hal yang sungguh sangat membingungkan adalah mereka
mengakui melakukan penculikan dan penahanan terhadap warga Negara Indonesia
(WNI) dan menegaskan meminta uang tebusan. Apabila permintaan mereka tidak
dipenuhi, mereka akan memenggal kepala para sandera. Hal itu dikatakan dengan
lancar tanpa keraguan, tanpa ada rasa sama sekali, baik rasa marah, sedih, atau
kesal. Dari nadanya seperti sedang ngobrol masalah yang biasa saja.
Anehnya, ketika wartawan MetroTV memberikan kesempatan kepadanya untuk mengatakan sesuatu
kepada pemerintah Indonesia, Si Jubir mengatakan bahwa Indonesia adalah saudara bagi mereka. Kita sama-sama muslim dan
menyembah Tuhan yang sama, yaitu Allah swt.
Bukankah
kalimat-kalimat itu penuh kerancuan dan sama sekali keluar dari pikiran yang
kurang pengetahuan?
Dia mengatakan akan memenggal para sandera dari Indonesia
jika tuntutan tidak dipenuhi, tetapi dalam saat yang sama juga menganggap
Indonesia sebagai saudara sesama muslim. Dalam
pandangan Islam, hal itu sama sekali tidak bisa dipahami. Hal itu disebabkan
bahwa darah seorang muslim adalah haram bagi muslim lainnya. Artinya, seorang
muslim tidak boleh membunuh muslim lainnya tanpa ada hukum yang jelas,
misalnya, penerapan qishas. Di samping itu, sangat tidak masuk akal jika
mengakui sebagai saudara, tetapi
mengancam akan memenggal saudaranya itu.
Hal itu menunjukkan bahwa mereka kurang pengetahuan
mengenai Islam. Entah siapa yang mengajari mereka tentang Islam dan apa saja
yang diajarkan kepada mereka. Jelas mereka kurang guru Islam, kurang ustadz,
kurang kiyai, kurang dosen Islam, kurang akademisi Islam. Pemahaman mereka
sangat lemah dan kacau tentang Islam. Dari percakapan yang hanya sebentar itu
saja bisa terlihat jelas kesemrawutan cara berpikir mereka.
Pemerintah Filipina harus bekerja sama dengan Indonesia
dalam mengajari kaum muslimin di Filipina tentang pemahaman Islam yang benar
dan cara-cara melaksanakannya dengan benar. Mereka mungkin hanya “tercelup” dua kalimat syahadat tanpa memahami hal
lainnya, terikat sebagai orang Islam, diajari soal kejayaan kekhalifahan yang
membuat mereka rindu kemenangan, kewajiban jihad untuk mendapatkan kekuasaan,
ditambah ramalan-ramalan mengenai Al Mahdi yang membuat mereka terus terbina
semangatnya, serta janji syahid masuk surga untuk mereka. Jika hanya itu yang
diajarkan kepada mereka, tak heran mereka hidup seperti itu karena di dalam
alam pikirannya dunia ini adalah medan perang untuk mendapatkan kekuasaan yang
mereka pikir kekuasaan Islam yang diridhoi Allah swt. Padahal, Islam adalah
ajaran untuk membuat kehidupan ini penuh rahmat dan kasih sayang. Islam
mengajarkan setiap umatnya untuk menjadi pribadi-pribadi yang baik dan
tercerahkan oleh cahaya Illahi. Perang dan kekerasan hanya wajib dilakukan
kepada mereka yang mengganggu upaya perwujudan kehidupan yang penuh rahmat,
kasih sayang, dan damai. Filipina jelas kurang orang-orang Islam yang bijak.
Mereka membutuhkan banyak guru agar mampu menjadi orang-orang Islam yang baik.
Saya jadi teringat sebuah tulisan di sebuah majalah yang
isinya tentang pengalaman seorang Indonesia yang berada di Afrika. Ia berada
tiga bulan di Afrika dan disebut sebagai “orang suci” oleh orang-orang Islam
Afrika. Hal itu disebabkan hanya karena dia melaksanakan shalat lima waktu
dalam satu hari satu malam, sementara kaum muslim Afrika hanya shalat satu kali
atau tiga kali. Shalat lima kali dalam sehari semalam adalah sesuatu yang luar
biasa dalam pandangan kaum muslim Afrika. Hal itu menunjukkan bahwa banyak
orang Islam pada berbagai belahan dunia yang belum memahami ajaran Islam dengan
baik, minimal hal-hal yang sederhana. Di Indonesia memang juga masih sangat
banyak orang Islam yang shalatnya hanya satu kali dalam seminggu atau bahkan
hanya satu kali dalam satu tahun. Akan tetapi, orang-orang Indonesia yang
melakukan hal itu bukan berarti tidak tahu bahwa seharusnya lima kali dalam
sehari semalam. Mereka tahu, tetapi belum mau. Berbeda dengan di Afrika yang
tidak tahu bahwa shalat itu harus lima kali dalam sehari semalam. Mereka shalat
seenaknya, yang penting percaya kepada Allah swt dan Nabi Muhammad saw.
Kenyataan itu menunjukkan bahwa kaum muslim harus belajar
Islam dengan baik dan mengajari saudara-saudaranya untuk melaksanakan Islam
secara baik dan benar. Kalau di Indonesia, kita tidak perlu khawatir karena di
sini banyak sekali ustadz dan ahli Islam yang rupa-rupa warnanya, macam-macam
karakternya, bervariasi bidang ilmunya. Hal itu menyebabkan orang Indonesia
memiliki banyak kesempatan untuk mendapatkan banyak ilmu pengetahuan. Meskipun
di antara para ahli Islam itu terkadang terdapat perbedaan, tetapi
perbedaan-perbedaan itu justru menambah wawasan kaum muslim Indonesia untuk
melaksanakan Islam dengan lebih baik dan mampu memilih serta memilah sesuai
dengan kemampuan dan keyakinannya masing-masing. Indonesia lebih beruntung
daripada mereka. Oleh sebab itu, kita harus banyak berbagi pengetahuan dengan
mereka agar pengetahuan mereka bertambah dan pengetahuan kita pun semakin
terasah.
Sedikit-sedikit bisa kita pahami mengapa orang-orang itu
melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji, tetapi perbuatan buruk itu
dianggapnya merupakan langkah yang sesuai dengan ajaran Islam. Hal itu
disebabkan mereka kurang memahami Islam dengan baik karena tidak ada ustadz
atau para ahli yang membimbing mereka untuk menjadi lebih bijak. Tak heran
mereka mudah sekali dipengaruhi oleh para perusak kemanusiaan yang mengajarkan
Islam secara salah dan dengan materi sebagian-sebagian yang dimanipulasi oleh
berbagai kepentingan politik dan ekonomi yang sangat rendah. Mereka kurang
ustadz, kurang pengetahuan sehingga salah dalam bertindak.
No comments:
Post a Comment