Sunday, 24 July 2016

Filipina Kurang Ustadz

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Dengan mencermati percakapan via telepon antara juru bicara Abu Sayyaf dengan wartawan MetroTv yang ditayangkan MetroTv, kita bisa melihat kekacauan berpikir dan kesemrawutan cara bicara dari juru bicara tersebut. Hal itu memperlihatkan mereka tidak memiliki landasan berpikir yang jelas untuk bertindak dengan baik secara masuk akal.

            Hal yang sungguh sangat membingungkan adalah mereka mengakui melakukan penculikan dan penahanan terhadap warga Negara Indonesia (WNI) dan menegaskan meminta uang tebusan. Apabila permintaan mereka tidak dipenuhi, mereka akan memenggal kepala para sandera. Hal itu dikatakan dengan lancar tanpa keraguan, tanpa ada rasa sama sekali, baik rasa marah, sedih, atau kesal. Dari nadanya seperti sedang ngobrol masalah yang biasa saja.

            Anehnya, ketika wartawan MetroTV memberikan kesempatan kepadanya untuk mengatakan sesuatu kepada pemerintah Indonesia, Si Jubir mengatakan bahwa Indonesia adalah saudara bagi mereka. Kita sama-sama muslim dan menyembah Tuhan yang sama, yaitu Allah swt.

            Bukankah kalimat-kalimat itu penuh kerancuan dan sama sekali keluar dari pikiran yang kurang pengetahuan?

            Dia mengatakan akan memenggal para sandera dari Indonesia jika tuntutan tidak dipenuhi, tetapi dalam saat yang sama juga menganggap Indonesia sebagai saudara sesama muslim. Dalam pandangan Islam, hal itu sama sekali tidak bisa dipahami. Hal itu disebabkan bahwa darah seorang muslim adalah haram bagi muslim lainnya. Artinya, seorang muslim tidak boleh membunuh muslim lainnya tanpa ada hukum yang jelas, misalnya, penerapan qishas. Di samping itu, sangat tidak masuk akal jika mengakui sebagai saudara, tetapi mengancam akan memenggal saudaranya itu.

            Hal itu menunjukkan bahwa mereka kurang pengetahuan mengenai Islam. Entah siapa yang mengajari mereka tentang Islam dan apa saja yang diajarkan kepada mereka. Jelas mereka kurang guru Islam, kurang ustadz, kurang kiyai, kurang dosen Islam, kurang akademisi Islam. Pemahaman mereka sangat lemah dan kacau tentang Islam. Dari percakapan yang hanya sebentar itu saja bisa terlihat jelas kesemrawutan cara berpikir mereka.

            Pemerintah Filipina harus bekerja sama dengan Indonesia dalam mengajari kaum muslimin di Filipina tentang pemahaman Islam yang benar dan cara-cara melaksanakannya dengan benar. Mereka mungkin hanya “tercelup” dua kalimat syahadat tanpa memahami hal lainnya, terikat sebagai orang Islam, diajari soal kejayaan kekhalifahan yang membuat mereka rindu kemenangan, kewajiban jihad untuk mendapatkan kekuasaan, ditambah ramalan-ramalan mengenai Al Mahdi yang membuat mereka terus terbina semangatnya, serta janji syahid masuk surga untuk mereka. Jika hanya itu yang diajarkan kepada mereka, tak heran mereka hidup seperti itu karena di dalam alam pikirannya dunia ini adalah medan perang untuk mendapatkan kekuasaan yang mereka pikir kekuasaan Islam yang diridhoi Allah swt. Padahal, Islam adalah ajaran untuk membuat kehidupan ini penuh rahmat dan kasih sayang. Islam mengajarkan setiap umatnya untuk menjadi pribadi-pribadi yang baik dan tercerahkan oleh cahaya Illahi. Perang dan kekerasan hanya wajib dilakukan kepada mereka yang mengganggu upaya perwujudan kehidupan yang penuh rahmat, kasih sayang, dan damai. Filipina jelas kurang orang-orang Islam yang bijak. Mereka membutuhkan banyak guru agar mampu menjadi orang-orang Islam yang baik.

            Saya jadi teringat sebuah tulisan di sebuah majalah yang isinya tentang pengalaman seorang Indonesia yang berada di Afrika. Ia berada tiga bulan di Afrika dan disebut sebagai “orang suci” oleh orang-orang Islam Afrika. Hal itu disebabkan hanya karena dia melaksanakan shalat lima waktu dalam satu hari satu malam, sementara kaum muslim Afrika hanya shalat satu kali atau tiga kali. Shalat lima kali dalam sehari semalam adalah sesuatu yang luar biasa dalam pandangan kaum muslim Afrika. Hal itu menunjukkan bahwa banyak orang Islam pada berbagai belahan dunia yang belum memahami ajaran Islam dengan baik, minimal hal-hal yang sederhana. Di Indonesia memang juga masih sangat banyak orang Islam yang shalatnya hanya satu kali dalam seminggu atau bahkan hanya satu kali dalam satu tahun. Akan tetapi, orang-orang Indonesia yang melakukan hal itu bukan berarti tidak tahu bahwa seharusnya lima kali dalam sehari semalam. Mereka tahu, tetapi belum mau. Berbeda dengan di Afrika yang tidak tahu bahwa shalat itu harus lima kali dalam sehari semalam. Mereka shalat seenaknya, yang penting percaya kepada Allah swt dan Nabi Muhammad saw.

            Kenyataan itu menunjukkan bahwa kaum muslim harus belajar Islam dengan baik dan mengajari saudara-saudaranya untuk melaksanakan Islam secara baik dan benar. Kalau di Indonesia, kita tidak perlu khawatir karena di sini banyak sekali ustadz dan ahli Islam yang rupa-rupa warnanya, macam-macam karakternya, bervariasi bidang ilmunya. Hal itu menyebabkan orang Indonesia memiliki banyak kesempatan untuk mendapatkan banyak ilmu pengetahuan. Meskipun di antara para ahli Islam itu terkadang terdapat perbedaan, tetapi perbedaan-perbedaan itu justru menambah wawasan kaum muslim Indonesia untuk melaksanakan Islam dengan lebih baik dan mampu memilih serta memilah sesuai dengan kemampuan dan keyakinannya masing-masing. Indonesia lebih beruntung daripada mereka. Oleh sebab itu, kita harus banyak berbagi pengetahuan dengan mereka agar pengetahuan mereka bertambah dan pengetahuan kita pun semakin terasah.


            Sedikit-sedikit bisa kita pahami mengapa orang-orang itu melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji, tetapi perbuatan buruk itu dianggapnya merupakan langkah yang sesuai dengan ajaran Islam. Hal itu disebabkan mereka kurang memahami Islam dengan baik karena tidak ada ustadz atau para ahli yang membimbing mereka untuk menjadi lebih bijak. Tak heran mereka mudah sekali dipengaruhi oleh para perusak kemanusiaan yang mengajarkan Islam secara salah dan dengan materi sebagian-sebagian yang dimanipulasi oleh berbagai kepentingan politik dan ekonomi yang sangat rendah. Mereka kurang ustadz, kurang pengetahuan sehingga salah dalam bertindak.

No comments:

Post a Comment