Tuesday, 19 July 2016

Perploncoan Adalah Kepengecutan

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Perploncoan di mana pun adalah manifestasi dari kepengecutan.

            Siapa yang pengecut?

            Para pengecut itu adalah lembaga yang mengadakannya dan orang-orang yang terlibat aktif dalam melaksanakan perploncoan.

            Lembaga apa pun namanya dan di tingkat apa pun, perploncoan adalah tindakan para pengecut. Mereka pengecut karena takut juniornya atau orang-orang yang berada di bawahnya tidak menghormatinya. Mereka pengecut karena takut tidak dihargai dan tidak dikenal para junior. Mereka pengecut karena menciptakan kondisi semu yang membuat para juniornya mau tidak mau harus menghormati, menghargai, mengenal, dan takut kepada mereka yang inginnya disebut para senior itu. Di samping itu, banyak hal yang sesungguhnya menunjukkan bahwa mereka itu adalah para pengecut parah.

            Memang sudah seharusnya para junior menghormati, menghargai, mengenal, dan berupaya mendekat kepada para senior. Hal ini sangat sesuai dengan budaya asli Indonesia yang telah disempurnakan oleh ajaran Islam, yaitu yang lebih muda harus menghormati yang lebih tua dan yang lebih tua harus menyayangi yang lebih muda. Akan tetapi, kondisi ini harus diciptakan dan terwujud oleh tindakan-tindakan yang terpuji, bukan oleh perploncoan. Mereka yang lebih senior harus menampilkan diri sebagai pelindung, penyayang, dan pemberi nasihat kepada yang lebih muda. Pengalaman hidupnya yang lebih lama dibandingkan yang muda harus memberikan manfaat yang banyak terhadap para juniornya. Mereka yang junior harus benar-benar memahami pengalaman para seniornya agar dapat lebih baik lagi menghadapi tantangan dan hambatan pada masa depan. Para junior tidak perlu mengalami berbagai kesukaran dan kekurangan yang telah dialami para seniornya. Mereka dapat mempelajari berbagai hal dari para seniornya sehingga dapat hidup dan beraktivitas lebih baik dibandingkan seniornya. Karena para senior memiliki pengalaman yang lebih bagi dirinya serta memberikan banyak nasihat dan masukan, para junior sudah seharusnya menghormati para seniornya. Begitulah seharusnya yang terjadi. Dengan demikian, generasi berikutnya akan selalu lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya. Itulah yang dimaksudkan Nabi Muhammad saw bahwa beruntunglah orang-orang yang hari ini lebih baik dibandingkan hari kemarin dan hari esok lebih baik dibandingkan hari ini. Artinya, setiap generasi terbaru atau para junior dapat lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya atau para senior.

            Berbeda dengan perploncoan yang pengecut itu. Para senior berupaya mendapatkan penghormatan, rasa takut, dan penghargaan dari para junior melalui tindakan-tindakan yang dikondisikan dan mengada-ada. Hal itu disebabkan orang-orang yang inginnya disebut senior itu tidak memiliki kemampuan untuk menampilkan diri sebagai pelindung, penyayang, dan pemberi nasihat ulung bagi juniornya. Mereka tidak memiliki karya yang bermanfaat yang dapat menjadi contoh bagi para juniornya. Mereka pun tidak mengerti bagaimana seharusnya hidup serta berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada para juniornya. Pengalaman hidup mereka dan pengetahuan mereka sama sekali tidak berguna bagi para juniornya. Akan tetapi, mereka memaksakan diri ingin dihormati, bahkan ditakuti oleh para juniornya. Oleh sebab itu, mereka menciptakan hal-hal yang tidak bermanfaat dan bermartabat agar para junior tunduk patuh dan hormat kepada mereka. Dengan demikian, para senior jiwanya merasa terpuaskan. Padahal, kondisi itu adalah kondisi penuh kepalsuan. Di dalam hati para juniornya tersimpan kemarahan, kebencian, sekaligus menyaksikan kelucuan-kelucuan para seniornya yang berupaya mendapatkan rasa hormat dengan tindakan yang sama sekali tidak ada gunanya.

            Karena perploncoan adalah manifestasi dari kepengecutan para senior, kita harus mendukung penuh pemerintah Indonesia dalam hal ini Kemendikbud RI yang berupaya menghapuskan perploncoan di lingkungan pendidikan. Hal itu disebabkan di samping sangat tidak berguna, juga mendidik bangsa Indonesia untuk menjadi para pengecut, para pendendam, dan orang-orang angkuh yang menimbulkan rasa kebencian.

            Apa pun alasannya perploncoan adalah kepengecutan yang sangat tidak berguna. Perploncoan untuk melatih kedisiplinan adalah bohong. Perploncoan untuk mengenal lingkungan baru adalah bohong. Perploncoan untuk menciptakan keakraban senior-junior juga adalah bohong. Apa pun alasan untuk melaksanakan perploncoan adalah kebohongan. Perploncoan adalah kebohongan yang sia -sia.

            Nabi Muhammad saw mengajarkan, “Jauhilah perbuatan yang sia-sia.”

            Perploncoan adalah kepengecutan yang penuh kebohongan dan sia-sia. Oleh sebab itu, wajib dijauhi.


No comments:

Post a Comment