oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Bacharuddin Jusuf Habibie,
Presiden ke-3 RI adalah orang cerdas, baik, banyak jasanya, luas manfaatnya
bagi orang lain. Semoga Allah swt memberikan tempat yang sangat baik di
sisi-Nya. Meskipun demikian, dia sama dengan kita, manusia yang punya kelebihan
dan kekurangan. Oleh sebab itu, dalam beberapa hal mungkin banyak yang tidak
sependapat dengan Habibie. Itu wajar. Tidak sepaham, berbeda pendapat, bukan
berarti harus menjadi musuh.
Saya pun punya pendapat berbeda dengan Habibie. Dulu
ketika referendum/penentuan pendapat rakyat dilaksanakan di Timor Timur,
Habibie terlalu cepat mengabulkan dilaksanakannya referendum. Akibatnya, Timor Timur lepas dari NKRI dan menjadi negara
sendiri dengan nama Timor Leste. Dia terlalu cepat karena Indonesia tidak
mempersiapkan diri untuk menjadi pemenang referendum, sedangkan mereka yang
ingin berpisah dari NKRI bekerja sangat keras dengan dibantu pihak asing.
Perbedaan paham tersebut tidak mengurangi rasa hormat
saya kepada Presiden Habibie. Berbeda ya berbeda saja. Biasa saja.
Sekarang pun saya punya pendapat yang berbeda dengan
Habibie. Selepas BJ Habibie wafat, tiba-tiba viral isi pidatonya di Kairo,
Mesir. Awalnya, saya tidak percaya Habibie berpidato seperti itu. Saya anggap
sebagaimana postingan yang lalu-lalu, dibuat oleh orang iseng yang kerjaannya
bikin ramai di dunia maya. Akan tetapi, setelah di televisi ada orang yang
mengaku menyaksikan pidato itu, saya agak percaya meskipun tidak percaya
sepenuhnya karena tidak mendengar langsung dan tidak melihat rekaman/video saat
pidato itu terjadi.
Saya anggap saja pidato itu memang terjadi dengan isi
seperti itu. Ada yang menggelitik dari isi pidato itu, terutama pada bagian
ketika dia mengatakan bahwa jika harus memilih antara teknologi dan ilmu agama,
akan memilih ilmu agama. Kata-katanya itu jelas menyiratkan bahwa ada ilmu
duniawi dan ilmu agama. Di situlah perbedaannya dengan saya.
Bagi saya, tidak ada yang namanya ilmu agama dan ilmu
duniawi. Semua ilmu itu sumbernya dari Zat Yang Satu, yaitu Allah swt.
Teknologi membuat pesawat terbang juga dari Allah swt. Ilmu arsitektur juga
dari Allah swt. Ilmu kedokteran, ekonomi, sosiologi, politik, pemerintahan,
kebijakan publik semuanya dari Allah swt.
Kalau bukan dari Allah swt, dari siapa atuh?
Seorang ahli teknologi yang mampu membuat pesawat terbang
jika dia membuatnya dengan niat “lillahi
taala” untuk kebaikan manusia akan memperoleh pahala yang teramat besar
dari Allah swt. Bayangkan saja pada masa lalu orang untuk pergi ibadat ke Mekah
itu bisa berbulan-bulan dengan menggunakan perahu layar, begitu juga dengan
perahu mesin, masih berbulan-bulan juga. Akan tetapi, sekarang dengan teknologi
pesawat terbang, pergi berhaji ke Mekah bisa hanya hitungan jam. Jauh lebih
cepat, lebih hemat, dan lebih sehat.
Bukankah itu tindakan berpahala yang dapat menyebabkan
pembuat pesawat terbang masuk surga dan dicintai Allah swt?
Begitu juga dengan ilmu arsitek. Dengan ilmu itu, kita bisa
membuat masjid yang besar, bertingkat, mewah, dan indah. Gubernur Jawa Barat
Ridwan Kamil mampu membuat bangunan masjid yang indah, mewah, dan futuristik.
Bukankah itu tindakah yang baik, berpahala?
Kalau tidak menguasai ilmu arsitek, bagaimana mungkin
umat bisa memiliki bangunan megah dan tinggi untuk beribadat di Mekah dan Madinah?
Apalagi ilmu kedokteran yang sangat dekat dengan masyarakat,
sangat penting bagi dakwah. Kalau ustadz, mubaligh, dai, para habib sakit, ilmu
kedokteran sangat berguna dalam mempercepat dan menjadi jaminan kesehatan
dibandingkan para dukun.
Kalau ilmu kedokteran dianggap rendah dibandingkan duduk
bersila di dalam masjid mendengarkan ceramah, jangan ke dokter atuh kalau
sakit. Apalagi penyakit jantung. Dengarin aja ceramah terus, siapa tahu sembuh.
Itu semua adalah teknologi yang juga dari Allah swt. Tak
ada pemisahan antara ilmu dunia dengan ilmu agama. Teknologi pun jika diawali
dengan niat yang benar, proses yang benar, dan hasil yang benar, itu bagian
dari agama. Semua ilmu dari Allah swt.
Kalaupun mau dipisahkan, paling juga “ilmu khusus” dan “ilmu
umum”. Ilmu khusus adalah ilmu yang mempelajari dan mengajarkan tentang
ibadat-ibadat ritual. Ilmu umum adalah ilmu yang mempelajari dan mengajarkan
berbagai ilmu untuk kepentingan hubungan sosial, ekonomi, politik, teknologi,
sastra, dan lain sebagainya. Ilmu khusus dan ilmu umum berasal dari Zat Yang Satu
Yang Sama, Allah swt. Ilmu khusus dan ilmu umum adalah bagian dari agama.
Boleh berbeda pendapat?
Boleh atuh. Yang tidak boleh itu bermusuhan.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment