Saturday, 14 September 2019

Berbeda Pendapat dengan Habibie


oleh Tom Finaldin



Bandung, Putera Sang Surya
Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden ke-3 RI adalah orang cerdas, baik, banyak jasanya, luas manfaatnya bagi orang lain. Semoga Allah swt memberikan tempat yang sangat baik di sisi-Nya. Meskipun demikian, dia sama dengan kita, manusia yang punya kelebihan dan kekurangan. Oleh sebab itu, dalam beberapa hal mungkin banyak yang tidak sependapat dengan Habibie. Itu wajar. Tidak sepaham, berbeda pendapat, bukan berarti harus menjadi musuh.

            Saya pun punya pendapat berbeda dengan Habibie. Dulu ketika referendum/penentuan pendapat rakyat dilaksanakan di Timor Timur, Habibie terlalu cepat mengabulkan dilaksanakannya referendum. Akibatnya,  Timor Timur lepas dari NKRI dan menjadi negara sendiri dengan nama Timor Leste. Dia terlalu cepat karena Indonesia tidak mempersiapkan diri untuk menjadi pemenang referendum, sedangkan mereka yang ingin berpisah dari NKRI bekerja sangat keras dengan dibantu pihak asing.

            Perbedaan paham tersebut tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Presiden Habibie. Berbeda ya berbeda saja. Biasa saja.

            Sekarang pun saya punya pendapat yang berbeda dengan Habibie. Selepas BJ Habibie wafat, tiba-tiba viral isi pidatonya di Kairo, Mesir. Awalnya, saya tidak percaya Habibie berpidato seperti itu. Saya anggap sebagaimana postingan yang lalu-lalu, dibuat oleh orang iseng yang kerjaannya bikin ramai di dunia maya. Akan tetapi, setelah di televisi ada orang yang mengaku menyaksikan pidato itu, saya agak percaya meskipun tidak percaya sepenuhnya karena tidak mendengar langsung dan tidak melihat rekaman/video saat pidato itu terjadi.

            Saya anggap saja pidato itu memang terjadi dengan isi seperti itu. Ada yang menggelitik dari isi pidato itu, terutama pada bagian ketika dia mengatakan bahwa jika harus memilih antara teknologi dan ilmu agama, akan memilih ilmu agama. Kata-katanya itu jelas menyiratkan bahwa ada ilmu duniawi dan ilmu agama. Di situlah perbedaannya dengan saya.

            Bagi saya, tidak ada yang namanya ilmu agama dan ilmu duniawi. Semua ilmu itu sumbernya dari Zat Yang Satu, yaitu Allah swt. Teknologi membuat pesawat terbang juga dari Allah swt. Ilmu arsitektur juga dari Allah swt. Ilmu kedokteran, ekonomi, sosiologi, politik, pemerintahan, kebijakan publik semuanya dari Allah swt.

            Kalau bukan dari Allah swt, dari siapa atuh?

            Seorang ahli teknologi yang mampu membuat pesawat terbang jika dia membuatnya dengan niat “lillahi taala” untuk kebaikan manusia akan memperoleh pahala yang teramat besar dari Allah swt. Bayangkan saja pada masa lalu orang untuk pergi ibadat ke Mekah itu bisa berbulan-bulan dengan menggunakan perahu layar, begitu juga dengan perahu mesin, masih berbulan-bulan juga. Akan tetapi, sekarang dengan teknologi pesawat terbang, pergi berhaji ke Mekah bisa hanya hitungan jam. Jauh lebih cepat, lebih hemat, dan lebih sehat.

            Bukankah itu tindakan berpahala yang dapat menyebabkan pembuat pesawat terbang masuk surga dan dicintai Allah swt?

            Begitu juga dengan ilmu arsitek. Dengan ilmu itu, kita bisa membuat masjid yang besar, bertingkat, mewah, dan indah. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mampu membuat bangunan masjid yang indah, mewah, dan futuristik.

            Bukankah itu tindakah yang baik, berpahala?

            Kalau tidak menguasai ilmu arsitek, bagaimana mungkin umat bisa memiliki bangunan megah dan tinggi untuk beribadat di Mekah dan Madinah?

            Apalagi ilmu kedokteran yang sangat dekat dengan masyarakat, sangat penting bagi dakwah. Kalau ustadz, mubaligh, dai, para habib sakit, ilmu kedokteran sangat berguna dalam mempercepat dan menjadi jaminan kesehatan dibandingkan para dukun.

            Kalau ilmu kedokteran dianggap rendah dibandingkan duduk bersila di dalam masjid mendengarkan ceramah, jangan ke dokter atuh kalau sakit. Apalagi penyakit jantung. Dengarin aja ceramah terus, siapa tahu sembuh.

            Itu semua adalah teknologi yang juga dari Allah swt. Tak ada pemisahan antara ilmu dunia dengan ilmu agama. Teknologi pun jika diawali dengan niat yang benar, proses yang benar, dan hasil yang benar, itu bagian dari agama. Semua ilmu dari Allah swt.

            Kalaupun mau dipisahkan, paling juga “ilmu khusus” dan “ilmu umum”. Ilmu khusus adalah ilmu yang mempelajari dan mengajarkan tentang ibadat-ibadat ritual. Ilmu umum adalah ilmu yang mempelajari dan mengajarkan berbagai ilmu untuk kepentingan hubungan sosial, ekonomi, politik, teknologi, sastra, dan lain sebagainya. Ilmu khusus dan ilmu umum berasal dari Zat Yang Satu Yang Sama, Allah swt. Ilmu khusus dan ilmu umum adalah bagian dari agama.

            Boleh berbeda pendapat?

            Boleh atuh. Yang tidak boleh itu bermusuhan.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment