oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Guru ngaji saya dulu
membedakan manusia dengan cara mengibaratkannya dengan panci, pispot, dan
akuarium. Maksudnya, perilaku manusia diibaratkan barang-barang tersebut.
Orang yang kotor lahirnya atau tampak kotor luarnya,
tetapi dalam batinnya bersih diibaratkan “panci” yang suka digunakan memasak
air atau sayur itu. Penampilannya jelek, perilakunya juga tidak menyenangkan,
sering sekali memuakkan, tak jarang membuat orang lain sakit hati, tetapi ibadat ritualnya rajin, shalat tidak
telat, hobinya ngaji, puasa juga sering, dan senang di masjid atau di majelis
ilmu. Lihat saja panci. Luarnya hitam kotor karena jelaga terkena api kompor.
Terkadang bagi pemilik panci pemalas, hanya bagian dalam yang dicuci bersih,
sedangkan luarnya hanya disiram karena takut kotor juga tangannya. Kotor luar,
bersih di dalam.
Orang yang bersih luarnya atau lahirnya, tetapi kotor di
dalam batinnya, diibaratkan manusia “pispot”. Tingkah lakunya baik, bahasanya santun,
gemar menolong, menyenangkan orang lain jika bertemu, tetapi di dalam hatinya
kotor bukan main. Dia gemar berbohong, tidak ikhlas, tindakan baiknya berharap
pujian manusia, kecewa jika tidak dipuji, ibadat ritualnya tidak baik, dan
seenaknya dalam hal agama. Lihat saja pispot. Pispot itu kan tempat buang
kotoran, baik air kencing atau tinja manusia. Di luarnya bersih, bahkan
sekarang ada banyak yang bergambar bunga-bunga, ikan, tumbuhan yang segar,
tetapi di dalamnya menjijikkan. Manusia pispot.
Orang yang jujur, terbuka, dan tidak penuh dusta
diibaratkan “akuarium”. Jika melihat akuarium, kita bisa melihat apa yang terlihat
dari luar akuarium, itu pula yang ada di dalam akuarium. Tidak mungkin kita
melihat ikan Koi dari luar akuarium, tetapi di dalamnya ikan Arwana. Oleh sebab
itu, pemilik akuarium yang baik selalu membersihkan akuarium supaya semakin
bersih dan semakin jelas apa yang terlihat dari luar, itulah yang pasti ada di
dalamnya. Indah dari luar, indah pula di dalamnya.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment