oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Biasanya, untuk mengikuti
ujian, seseorang harus mengikuti proses pembelajaran sebelumnya. Untuk
mengikuti ujian di sekolah, kursus, bahkan bela diri, wajib sebelumnya
mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, hal-hal yang diujikan adalah
berbagai pelajaran yang sudah diikuti atau diberikan sebelumnya. Akan tetapi, ada
ujian yang diikuti langsung tanpa proses belajar sebelumnya secara resmi.
Apa itu?
Itulah namanya ujian untuk mendapatkan Surat Izin
Mengemudi (Sim) di Indonesia, baik sepeda motor maupun mobil.
Untuk mendapatkan Sim, para pemohon langsung saja
mengikuti ujian teori dan praktik. Akibatnya, banyak sekali yang gagal, tidak
dapat lulus dari berbagai ujian tersebut. Hal itu bisa mudah dimengerti. Para
pemohon Sim banyak yang gagal karena memang tidak ada proses pembelajaran
sebelumnya, baik teori maupun praktik. Tiba-tiba saja para pemohon harus
menghadapi ujian yang belum pernah secara khusus dipelajarinya dengan menggunakan
kendaraan yang bisa saja berbeda dengan yang dimilikinya. Pemohon Sim banyak
yang hanya mengandalkan pengetahuan dan keterampilan dengan cara belajar
sendiri, otodidak.
Banyak yang gagal uji meskipun sudah diulang
berkali-kali. Akibatnya, karena berbagai hal, banyak pemohon yang mencoba
menggunakan “jalan belakang” yang jelas tidak resmi meskipun harus mengeluarkan
uang yang jauh lebih besar dibandingkan jalur yang resmi. Ini sudah menjadi
rahasia umum.
Memang ada kursus
menyetir mobil, tetapi berapa banyak tempat kursus semacam itu?
Bisakah menampung seluruh para pemohon Sim?
Berapa orang yang memanfaatkan tempat-tempat kursus
tersebut?
Jelas ada kekhawatiran yang beralasan jika para pemohon
mendapatkan Sim melalui jalur yang tidak resmi. Mereka memiliki Sim, tetapi
tidak memahami rambu lalu lintas, etika berlalu lintas, menggunakan kendaraan
dengan benar, dan lain sebagainya. Akibatnya, jalan banyak digunakan oleh para
pengguna jalan yang kurang pengetahuan.
Sebaiknya, pemerintah, kepolisian, termasuk Dinas
Perhubungan, membentuk institusi khusus yang bertugas untuk melaksanakan proses
pembelajaran mengenai teori dan praktik untuk para pemohon Sim, baik sepeda
motor maupun mobil. Dengan demikian, para pemohon Sim dapat lebih baik untuk mengikuti
berbagai materi ujian dan kemungkinan
lulus dengan nilai sebagaimana yang diharapkan pihak kepolisian. Situasi di
jalan raya pun semakin baik dan kondusif.
Memang akan ada tambahan biaya untuk memohon Sim dengan
sebelumnya melalui proses pembelajaran lebih dulu. Akan tetapi, hal itu wajar
terjadi. Toh, tetap saja masyarakat yang sulit lulus uji akan berusaha menempuh
jalan yang tidak resmi dengan biaya yang berlipat-lipat untuk mendapatkan Sim
yang diinginkannya.
Daripada uang masyarakat mengalir ke jalur yang tidak
resmi, lebih baik digunakan untuk membiayai pembelajaran berlalu lintas yang
baik yang dilaksanakan secara resmi. Setelah itu, mengikuti ujian dengan
kemungkinan lulus tinggi dan mendapatkan nilai yang baik.
Iya toh?
Sampurasun
No comments:
Post a Comment