Monday, 9 September 2019

Ujian Tanpa Belajar


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Biasanya, untuk mengikuti ujian, seseorang harus mengikuti proses pembelajaran sebelumnya. Untuk mengikuti ujian di sekolah, kursus, bahkan bela diri, wajib sebelumnya mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, hal-hal yang diujikan adalah berbagai pelajaran yang sudah diikuti atau diberikan sebelumnya. Akan tetapi, ada ujian yang diikuti langsung tanpa proses belajar sebelumnya secara resmi.

            Apa itu?

            Itulah namanya ujian untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi (Sim) di Indonesia, baik sepeda motor maupun mobil.

            Untuk mendapatkan Sim, para pemohon langsung saja mengikuti ujian teori dan praktik. Akibatnya, banyak sekali yang gagal, tidak dapat lulus dari berbagai ujian tersebut. Hal itu bisa mudah dimengerti. Para pemohon Sim banyak yang gagal karena memang tidak ada proses pembelajaran sebelumnya, baik teori maupun praktik. Tiba-tiba saja para pemohon harus menghadapi ujian yang belum pernah secara khusus dipelajarinya dengan menggunakan kendaraan yang bisa saja berbeda dengan yang dimilikinya. Pemohon Sim banyak yang hanya mengandalkan pengetahuan dan keterampilan dengan cara belajar sendiri, otodidak.

            Banyak yang gagal uji meskipun sudah diulang berkali-kali. Akibatnya, karena berbagai hal, banyak pemohon yang mencoba menggunakan “jalan belakang” yang jelas tidak resmi meskipun harus mengeluarkan uang yang jauh lebih besar dibandingkan jalur yang resmi. Ini sudah menjadi rahasia umum.

            Memang ada  kursus menyetir mobil, tetapi berapa banyak tempat kursus semacam itu?

            Bisakah menampung seluruh para pemohon Sim?

            Berapa orang yang memanfaatkan tempat-tempat kursus tersebut?

            Jelas ada kekhawatiran yang beralasan jika para pemohon mendapatkan Sim melalui jalur yang tidak resmi. Mereka memiliki Sim, tetapi tidak memahami rambu lalu lintas, etika berlalu lintas, menggunakan kendaraan dengan benar, dan lain sebagainya. Akibatnya, jalan banyak digunakan oleh para pengguna jalan yang kurang pengetahuan.

            Sebaiknya, pemerintah, kepolisian, termasuk Dinas Perhubungan, membentuk institusi khusus yang bertugas untuk melaksanakan proses pembelajaran mengenai teori dan praktik untuk para pemohon Sim, baik sepeda motor maupun mobil. Dengan demikian, para pemohon Sim dapat lebih baik untuk mengikuti berbagai materi ujian dan  kemungkinan lulus dengan nilai sebagaimana yang diharapkan pihak kepolisian. Situasi di jalan raya pun semakin baik dan kondusif.

            Memang akan ada tambahan biaya untuk memohon Sim dengan sebelumnya melalui proses pembelajaran lebih dulu. Akan tetapi, hal itu wajar terjadi. Toh, tetap saja masyarakat yang sulit lulus uji akan berusaha menempuh jalan yang tidak resmi dengan biaya yang berlipat-lipat untuk mendapatkan Sim yang diinginkannya.

            Daripada uang masyarakat mengalir ke jalur yang tidak resmi, lebih baik digunakan untuk membiayai pembelajaran berlalu lintas yang baik yang dilaksanakan secara resmi. Setelah itu, mengikuti ujian dengan kemungkinan lulus tinggi dan mendapatkan nilai yang baik.

            Iya toh?

            Sampurasun

No comments:

Post a Comment